728x90 AdSpace

Latest News

Rabu, 06 Juli 2011

Pengembangan Kreatifitas dengan Tidak Banyak Menegur Anak



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak keluarga yang tidak memperdulikan pendidikan anak di rumah, orang tua hanya menitipkan anaknya di sekolah namun tidak diimbangi dengan pendidikan di keluarga yang memadai. Namun ketika ia menjumpai anaknya tidak sesuai yang ia harapkan , ia akan menyalahkan pendidikan di sekolahnya dan ananya sendiri.
Sehubungan dengan hal ini, barangkali seseorang akan mengatakan : “Seandainya kita bersikap lemah lembut dan banyak toleran, tentulah anak akan bertambah berani melakukan pelanggaran dan kita tidak bias mengarahkan atau membimbingnya lagi.”
Akan tetapi, mengapa Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Zaid ibnu Harits, dan putranya Usamah ibnu Zaid, anak-anak Ja’far, maupun anak-anak lainnya yang pendidikannya di tangani oleh Nabi SAW tidak berbuat kurang ajar?
Walaupun keadaan para pemuda telah berubah dan generasi muda seperti yang kita lihat sendiri yang tentu beda dengan nama-nama yang telah saya sebutkan diatas. Maka saya jawab bahwa sesungguhnya dalam menjalankan misi pendidikannya Nabi SAW telah berinteraksi pula dengan sejumlah pemuda yang berwatak aneh. Nabi pernah berinteraksi dengan seorang pemuda yang dating kepadanya meminta izin untuk berzina, maka beliau memperlakukannya dengan cara yang lembut dan cara yang bijaksana sehingga mampu mengganti tangannya menuju ke jalan keselamatan dan tobat.
Sehubungan dengan hal ini, dalam uangkapan yang bijak disebutkan bahwa melakukan celaan akan mengakibatkan penyesalan. Teguran dan celaan yang berlebihan akan berakibat makin beraninya tindakan keburukan dan hal-hal tercela.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling menghindari hal tersebut. Beliau tidak pernah banyak melakukan teguran terhadap anak dan tidak pula banyak mencela sikap apapun yang dilakukan anak. Tidaklah sekali-kali Nabi mengambil sikap ini, melainkan untuk menanamkan dalam jiwa anak perasaan punya malu serta menumbuhkan keutamaan sikap mawas diri dan ketelitian yang berkaitan erat dengan akhlak yang mulia. Semuanya dirasakan oleh Anas yang pernah melayani Rasulullah yang diungkapkan dalam suatu hadits.


B.       PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas kami mengajukan beberapa pertanyaan :
1.        Apakah hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan ataupun menegur anak dapat dipertanggung jawabkan keshahihannya?
2.        Apa maksud dari hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan ataupun menegur anak?
3.        Apakah maksud dari hadits tersebut sesuai dengan keadaan ummat manusia sekarang ini?

C.      PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini kami membatasi hanya dua hadits dari jalur sanad yang berbeda yang berkaitan dengan hadits Rasulullah tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan ataupun menegur anak.

D.      TUJUAN DAN KEGUNAAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui validitas hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan ataupun menegur anak baik dari segi sanad ataupun matannya. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya hadits tersebut dijadikan acuan sebagai metode pendidikan. Selanjutnya dapat kita analisis apakah hadits ini sesuai dengan masa kini atau tidak.

E.       METODE YANG DIGUNAKAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah telaah kepustakaan yaitu dengan menggunakan program maktabah syamilah dan juga menggunakan buku-buku lain sebagai pelengkap.

F.       LANDASAN TEORI
Umat Islam dalam menjalani hidupnya memiliki dua pedoman yang ketika kita berpegang kepada keduanya maka ia tidak akan pernah tersesat. Kedua pedoman tersebut adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Al-Qur’an jelas berfungsi sebagai petunjuk dari Allah untuk manusia, sedangkan Rasulullah sebagai aktornya. Al-Qur’an juga biasa disebut sebagai landasan konsepsional sedangkan Sunnah Rasul sebagai landasan operasionalnya.
   Untuk Al-Qur’an dalam QS. Al-Hijr ayat 9 dikatakan bahwa Allahlah yang  langsung memelihara Al-Qur’an samapai hari akhir. Sehingga ke otentikan Al-qur’an tidak perlu ditanyakan kembali.
Namun untuk Sunnah Rasul yang sudah dibukukan dalam kitab-kitab hadits pada kenyataannya tak mampu terjaga yang dilatar belakangi oleh banyak faktor. Sehingga kita harus memakai asas praduga bersalah, kita harus kritis ketika mendapatkan suatu hadits, karena ini merupakan usaha kita untuk tetap memelihara keotentikan hadits.
Hal ini mendorong kita untuk selalu mencermati dan meneliti berbagai hadits yang kita dengar dan dapatkan. Jangan sampai hadits yang menjadi rujukan kita berkualitas dha’if apalagi sampai maudhu’ atau palsu. Cara yang tepat untuk mengetahui kualitas dari suatu hadits adalah dengan cara mentakhrijnya. Dengan mentakhrij hadits-hadits tersebut kita dapat mengetahui sumber asli dari suatu hadits, mengetahui sanadnya, kualitas perawinya, mengetahui matan suatu hadits secara utuh, sampai mengetahui kualitas dan kevaliditasannya.











BAB II
PEMBAHASAN
Seringkali orang tua baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak. Bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi.
Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering  membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak  menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang. 
Rasulullah SAW adalah orang yang paling menghindari hal tersebut. Beliau tidak pernah banyak melakukan teguran terhadap anak dan tidak pula banyak mencela sikap apapun yang dilakukan anak. Tidaklah sekali-kali Nabi mengambil sikap ini, melainkan untuk menanamkan dalam jiwa anak perasaan punya malu serta menumbuhkan keutamaan sikap mawas diri dan ketelitian yang berkaitan erat dengan akhlak yang mulia.
HASIL PENELITIAN
Setelah saya cari di maktabah syamilah, ada lima hadits yang sama namun berbeda perawinya yang sesuai dengan konsep tidak banyak menegur anak. Kelima hadits tersebut adalah :
Hadits Riwayat Shahih Bukhari àJuz 18 Hal 464
5578 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ سَمِعَ سَلَّامَ بْنَ مِسْكِينٍ قَالَ سَمِعْتُ ثَابِتًا يَقُولُ حَدَّثَنَا أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ وَلَا لِمَ صَنَعْتَ وَلَا أَلَّا صَنَعْتَ

Hadits Riwayat Abu Daud à Juz 12 Hal 392
4144 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ بِالْمَدِينَةِ وَأَنَا غُلَامٌ لَيْسَ كُلُّ أَمْرِي كَمَا يَشْتَهِي صَاحِبِي أَنْ أَكُونَ عَلَيْهِ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ قَطُّ وَمَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا أَوْ أَلَّا فَعَلْتَ هَذَا

Hadits Riwayat Ahmad à Juz 26 Hal 98
12551 - حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَمَا كُلُّ أَمْرِي كَمَا يُحِبُّ صَاحِبِي أَنْ يَكُونَ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ وَلَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا وَأَلَّا فَعَلْتَ هَذَا

Hadits Riwayat Ahmad à Juz 26 Hal 108
12561 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّازَّقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ ثَابِتٍ عَنِ أَنَسٍ قَالَ
خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ لَا وَاللَّهِ مَا سَبَّنِي سَبَّةً قَطُّ وَلَا قَالَ لِي أُفٍّ قَطُّ وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ لِمَ فَعَلْتَهُ وَلَا لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ أَلَّا فَعَلْتَهُ

Hadits Riwayat Ahmad à Juz 27 Hal 288
13181 - حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا سَلَّامٌ يَعْنِي ابْنَ مِسْكِينٍ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ
خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ قَطُّ وَلَا قَالَ لِمَ صَنَعْتَ كَذَا







Namun dalam penelitian saya kali ini, saya hanya akan bataskan pada hadits riwayat Bukhari saja.
Hadits Riwayat Shahih Bukhari àJuz 18 Hal 464 Nomor 5578
A.      TINJAUAN MATAN
5578 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ سَمِعَ سَلَّامَ بْنَ مِسْكِينٍ قَالَ سَمِعْتُ ثَابِتًا يَقُولُ حَدَّثَنَا أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ وَلَا لِمَ صَنَعْتَ وَلَا أَلَّا صَنَعْتَ


حَدَّثَ à Menceritakan, memberitakan
سَمِعَ à Mendengar
قَالَ à Berkata
خَدَمَ à Melayani
عَشْرَ سِنِينَ à10 tahun
أُفٍّ à “ah” àmaksudnya menghardik atau kata-kata hardikan
صَنَعَ à membuat sesuatu





Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami bahwa dia mendengar Sallam bin Miskin berkata ; saya mendengar Tsabit berkata; Anas radhiallahu ‘anhu telah menceritakan kepada kami, dia berkata : “Aku menjadi pelayan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali tidak pernah mengatakan “ah”, apa yang kamu perbuat? Dan kenapa kamu tidak melakukannya?








B.       TINJAUAN SANAD





1





Kalangan       Kuniya           Negeri Hidup             Wafat
Sahabat                        Abu Hamzah   Bashrah                       91 H

Tabi’in             Abu Muhammad  Bashrah                   127 H
Kalangan biasa
Tabi’ut Tabi’in Abu Rauh        Bashrah                       167 H
Kalangan tua
Tabi’ut Tabi’in Abu Salamah   Bashrah                       223 H
Kalangan pertengahan
                                                                                                                                    252 H

C.      TAKHRIJ
Musa bin Isma’il
Biografi Singkat
الاسم : موسى بن إسماعيل المنقرى ، مولاهم ، أبو سلمة التبوذكى البصرى ( مشهور بكنيته و باسمه )
الطبقة :  9  : من صغار أتباع التابعين
الوفاة :  223 هـ بـ البصرة
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  ثقة ثبت
رتبته عند الذهبي :  الحافظ ، ثقة ثبت

Nama-Nama Guru Musa bin Isma’il
أبان بن يزيد العطار ( خت د ت )
إبراهيم بن سعد الزهرى ( خ د )
إسماعيل المنقرى ( أبيه )
أعين الخوارزمى ( بخ )
بكار بن عبد العزيز بن أبى بكرة ( د )
تميم بن شريك بن تميم بن عبد الله البصرى
أبى زهير ثابت بن زهير
أبى زيد ثابت بن يزيد الأحول
ثواب بن حجيل
جرير بن حازم
جويرية بن أسماء ( خ )
أبى محمد جويرية مولى بلال بن أبى بردة
الحارث بن عُبيد أبى قدامة الإيادى ( بخ )
حبان بن يسار ( د )
حفص بن عمر الشنى ( د ت )
حماد بن زيد ( يقال : حديثا واحدا )
حماد بن سلمة ( خت د س ق )
حمزة بن نجيح ( بخ )
خالد بن عثمان المزنى
خالد بن أبى عثمان الأموى ( قاضى البصرة )
الخزرج بن عثمان ( بخ )
خليفة بن غالب الليثى ( عخ )
داود بن أبى الفرات ( خ )
ربعى بن عبد الله بن الجارود ( بخ )
الربيع بن عبد الله بن خطاف ( بخ )
الربيع بن مسلم ( بخ )
ربيعة بن كلثوم ( بخ )
زربى أبى يحيى
سعيد بن سلمة بن أبى الحسام ( خت م )
سفيان بن نشيط ( عخ )
سكين بن عبد العزيز ( بخ )
سليمان بن المغيرة ( خت د )
سوادة بن أبى الأسود القطان
سوادة بن أبى العالية العامرى
سوادة بن مسعود بن سهل
سلام بن مسكين
سلام بن أبى مطيع ( خ )
شعبة بن الحجاج ( يقال : حديثا واحدا )
شعيث بن عبيد الله العنبرى
الصباح بن عبد الله العبدى ( عخ )
صدقة بن موسى الدقيقى ( ت )
الصعق بن حزن ( بخ )
الضحاك بن نبراس ( بخ )
ضمضم بن عمرو الحنفى ( بخ )
طالب بن حجير ( د )
عباد بن عباد المهلبى ( د )
عبد الله بن بكر بن عبد الله المزنى ( د )
عبد الله بن حسان العنبرى ( بخ د )
عبد الله بن دكين ( بخ )
عبد الله بن المبارك ( د )
عبد العزيز بن أبى حازم ( د )
عبد العزيز بن عبد الله بن أبى سلمة الماجشون ( خ د )
عبد العزيز بن المختار ( بخ د )
عبد العزيز بن مسلم ( خ )
عبد الواحد بن زياد ( خ )
عبد الوارث بن سعيد ( خ )
عمر بن عبد الله الرومى ( بخ )
عمرو بن يحيى بن سعيد القرشى السعيدى ( خ )
عمران بن محمد بن سعيد المسيب ( مد )
عيسى بن المنهال
غالب بن حجرة العنبرى ( د )
الفضل بن صالح البصرى
الفضل بن ميمون صاحب الطعام
القاسم بن الفضل الحدانى ( بخ )
قيس بن الربيع الأسدى ( د )
مبارك بن فضالة ( خت )
محمد بن راشد المكحولى
مطر بن عبد الرحمن الأعنق ( بخ )
معتمر بن سليمان ( خ )
مهدى بن ميمون ( خ د )
موسى بن خلف العمى
هارون بن موسى النحوى ( خ )
همام بن يحيى ( خ د )
هنيد بن القاسم
أبى عوانة الوضاح بن عبد الله ( خ ت )
الوليد بن دينار السعدى
وهيب بن خالد ( خ د )
يحيى بن عبد الرحمن العصرى ( بخ )
أبى عقيل يحيى بن المتوكل ( د )
يزيد بن إبراهيم التسترى ( خ )
يوسف بن عبدة ( بخ )
أبى الأشهب العطاردى ( د )
أبى الحارث الكرمانى ( بخ )
أبى هلال الراسبى ( ى )
حبابة بنت عجلان ( ق )

Nama-Nama Murid Musa bin Isma’il
البخارى ( ت )
أبو داود
إبراهيم بن إسحاق الحربى
إبراهيم بن الحسين بن ديزيل
أحمد بن الحسن الترمذى ( ت )
أبو بكر أحمد بن أبى خيثمة
أحمد بن داود المكى
أبو بكر أحمد بن عمرو بن أبى عاصم النبيل ( ابن ابنته )
أحمد بن منصور الرمادى
إسماعيل بن عبد الله الأصبهانى سمويه
الحسن بن على الخلال ( م )
العباس بن الفضل الأسفاطى
عبد الرحمن بن عبد الوهاب العمى ( ق )
أبو زرعة عبيد الله بن عبد الكريم الرازى
عبيد الله بن فضالة بن إبراهيم النسائى ( س )
عُبيد بن الحسن الغزال الأصبهانى
على بن محمد بن عبد الملك بن أبى الشوارب
أبو حاتم محمد بن إدريس الرازى
محمد بن إسحاق الصاغانى
محمد بن أيوب بن يحيى بن الضريس الرازى
محمد بن غالب تمتام
أبو الأحوص محمد بن الهيثم ( قاضى عكبرا )
محمد بن يحيى الذهلى ( د ق )
موسى بن سعيد الدندانى
يحيى بن مطرف الأصبهانى
يحيى بن معين
يعقوب بن سفيان
يعقوب بن شيبة .

Pandangan para ulama hadits tentang beliau :
Abu Hatim berpendapat bahwa ia Tsiqah. Abu Dzahabi mengatakan bahwa ia Hafidz. Menurut Ibnu Hajar ia Tsiqah Tsabat. Ibnu Hibbani menyebutkannya dalam ‘ats tsiqaat.

Sallam bin Miskin bin Rabi’ah
Biografi Singkat

الاسم : سلام بن مسكين بن ربيعة الأزدى النمرى البصرى ، أبو روح ، و يقال سليمان
الطبقة :  7  : من كبار أتباع التابعين
الوفاة :  167 هـ
روى له :  خ م د س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  ثقة رمى بالقدر
رتبته عند الذهبي :  قال أحمد : ثقة كثير الحديث . قال التبوذكى : كان من أعبد أهل زمانه
قال المزي في تهذيب الكمال : روى عن
Nama-Nama Guru Sallam bin Miskin bin Rabi’ah
أبى عمرو بشر بن حرب الندبى
ثابت البنانى ( خ م د س )
الحسن البصرى ( مد )
حوشب البصرى
سليمان بن على الربعى
شعيب بن الحبحاب
عاصم الجحدرى
عائذ الله الأشجعى ( ق )
عباس الجريرى
عبد العزيز بن أبى جميلة الأنصارى
عبد العزيز بن صهيب
عقيل بن طلحة ( س )
عمر بن معدان
عمران بن عبد الله بن طلحة الخزاعى
عون بن ربيعة الثقفى
قتادة بن دعامة
هلال أبى ظلال
يزيد بن عامر الضبى
أبى العلاء يزيد بن عبد الله بن الشخير
يعقوب بن إبراهيم السدوسى
أبى غالب صاحب أبى أمامة
أبى يزيد المدينى

Pandangan para ulama hadits tentang beliau :
Menurut Abu Hatim ia Shalihul Hadits. An-Nasa’I menyatakan Laisa bihi ba’s. Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani menyatakan bahwa ia Tsiqoh namun tertuduh qadariyah. Menurut Yahya bin Ma’in ia Tsiqah Shalih.

Tsabit bin Aslam
Biografi Singkat
الاسم : ثابت بن أسلم البنانى ، أبو محمد البصرى
الطبقة :  4  : طبقة تلى الوسطى من التابعين
الوفاة :  100 و بضع و عشرون هـ
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  ثقة عابد
رتبته عند الذهبي :  كان رأسا فى العلم و العمل
Nama-Nama Guru Tsabit bin Aslam
أنس بن مالك ( خ م د ت س ق )
بكر بن عبد الله المزنى ( ق )
الجارود بن أبى سبرة الهذلى ( ت )
حبيب بن أبى سبيعة الضبعى ( سى )
سليمان الهاشمى ( س ) ، مولى الحسن بن على بن أبى طالب
شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو بن العاص ( د س ق ) ، والد عمرو بن شعيب
شهر بن حوشب ( د ت )
صفوان بن محرز المازنى
عبد الله بن رباح الأنصارى ( م د ت س ق )
عبد الله بن الزبير بن العوام الأسدى ( خ س )
عبد الله بن أبى عتبة
عبد الله بن عمر بن الخطاب ( م س )
عبد الله بن مغفل المزنى ( س )
عبد الرحمن بن عباس القرشى ( بخ )
عبد الرحمن بن عجلان
عبد الرحمن بن أبى ليلى ( م ت س ق )
عمر بن أبى سلمة ( ف ت سى ) ، ربيب النبى صلىالله عليه وسلم
عمرو بن شعيب ( سى ) ، و هو أكبر منه
كنانة بن نعيم العدوى ( م س )
مطرف بن عبد اللله بن الشخير ( م د تم س )
معاوبة بن قرة بن إياس المزنى ( م س )
واقع بن سحبان البصرى
أبى أيوب الأزدى المراغى ( ق )
أبى بردة بن أبى موسى الأشعرى ( م د سى )
أبى برزة الأسلمى
أبى رافع الصائغ ( خ م د س ق )
أبى ظبية الكلاعى ( د سى )
أبى العالية الرياحى
أبى عثمان النهدى ( م د س )
أبى عقبة الهلالى
أبى عيسى الأسوارى
أبى المتوكل الناجى ( س )
سمية البصرية ( د س ق ) .
Pandangan para ulama hadits tentang beliau :
Menurut An-Nasa’I ia Tsiqah. Lalu menurut Ibnu ‘Adi ia Tsiqah Ma’mum. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani ia Tsiqoh Abid. Dan Ibnu Hibban menyebutkan kedalam ats-tsiqaat.

Anas bin Malik bin An-Nadlir bin Diamdlom bin Zaid bin Haran
Biografi Singkat
الاسم : أنس بن مالك بن النضر بن ضمضم بن زيد بن حرام بن جندب بن عامر بن غنم بن عدى بن النجار الأنصارى النجارى ، أبو حمزة المدنى
الطبقة :  1 : صحابى
الوفاة :  92 هـ و قيل 93 هـ
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  صحابى
رتبته عند الذهبي :  صحابى
Nama-Nama Guru Anas bin Malik bin An-Nadlir bin Diamdlom bin Zaid bin Haran
النبى صلى الله عليه وسلم ( خ م د ت س ق )
أبى بن كعب ( خ س ق )
أسيد بن حضير ( خ م ت س )
ثابت بن قيس بن شماس ( خ )
جرير بن عبد الله البجلى ( خ م )
زيد بن أرقم ( خ ) ، فيما كتب إليه
زيد بن ثابت ( خ م ت س ق )
أبى طلحة زيد بن سهل الأنصارى ( خ م د ت س )
سلمان الفارسى ( ق )
عبادة بن الصامت ( خ م د ت س )
عبد الله بن رواحة ( ق )
عبد الله بن عباس ( س )
أبى بكر الصديق عبد الله بن عثمان ( خ م د ت س ق )
أبى موسى عبد الله بن قيس القيسى ( خ م د ت س ق )
عبد الله بن مسعود ( م )
عبد الرحمن بن عوف ( م س )
عتبان بن مالك ( م سى )
عثمان بن عفان ( خ ت سى )
عمر بن الخطاب ( خ م ت س ق )
مالك بن صعصعة ( خ م ت س )
محمود بن الربيع ( م سى )
معاذ بن جبل ( خ م سى )
أبى أسيد الساعدى
أبى ذر الغفارى ( خ م )
أبى قتادة الأنصارى ( سى )
أبى هريرة ( خ م )
فاطمة الزهراء بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم ( خ )
أم الفضل لبابة بنت الحارث الهلالية ( س )
أم أيمن حاضنة النبى صلى الله عليه وسلم ( ق )
أم حرام بنت ملحان ( خالته ) ( خ م د س ق )
أم سليم بنت ملحان ( أمه ) ( خ م د ت س ) .
Pandangan para ulama hadits tentang beliau :
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan Anas tergolong sahabat.

D.      KUALITAS SANAD
Berdasarkan data-data dan komentar dari para ulama hadits dapat disimpulkan bahwa sanad hadits diatas muttashil (bersambung). Dan semua perawinya dinilai rata-rata tsiqah, maka hadits ini paling tinggi derajatnya Shahih. Sehingga hadits ini dapat dijadikan rujukan.



E.       KAITAN ANTARA MATAN DENGAN KENYATAAN
Ditinjau dari segi konteksnya hadits ini berkaitan dengan sikap atau cara Nabi SAW mendidik anak dengan tidak menghardik dengan menggunakan kata-kata ataupun tidak pernah menekan dengan terus mempertanyakan, kenapa kamu melakukan ini atau kenapa kamu tidak melakukan ini. Jadi kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita dalam mendidik anak, yaitu dengan metode tidak menegur anak. Selain itu kita jangan terlalu sering mengarahkan anak didik kita dengan celaan, karena yang bersangkutan akan terbiasa dengan celaan. Akhirnya ia malah bertambah berani melakukan keburukan.
Selain itu hadits inipun masih relevan dengan kehidupan kita sekarang ini, karena sejatinya manusia tidak suka ditekan ataupun diatur-atur secara berlebihan ataupun dihardik dengan menggunakan kata-kata. Karena jika anak terlalu sering kena teguran atau celaan aka nada pengaruh-pengaruh yang sampai ke anak. Mungkin ada anak yang akan menurut atau diam saja, namu dikasus yang lain ditemukan pengaruh-pengaruh negative dari teguran-teguran yang dilayangkan ke anak.

PENGARUH  TEGURAN DAN CELAAN TERHADAP ANAK

Anak-anak yang sering  diberi perhatian negatif, apalagi dengan teguran keras atau bentakan, akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan  ia bisa  berkembang menjadi anak yang:
- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak pernah menerima perhatian positif saat ia melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk melakukan atau mencoba sesuatu karena takut salah. Misalnya, ia jadi tidak pede  untuk mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara orang tuanya selalu membentaknya bila mendengar bacaannya salah.
- Cuek atau tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya. Mungkin saat  dibentak atau dimarahi ia terlihat diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu. Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga kiri.
- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka membentak, tentu akan menakutkan bagi anak. Ya, anak menjadi takut  pada orang tuanya sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan? Dengan demikian, komunikasi antara orang tua dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini tentu berbahaya, karena bila menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak bisa sangat tertekan.
- Pemberontak atau penentang
Anak yang bersikap menentang bisa digolongkan dalam 3 tipe.
Pertama, tipe penentang aktif. Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia.
Kedua, tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan.
Ketiga, tipe selalu terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari tempat tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.
- Pemarah, temperamental dan suka membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila orang tua suka marah atau ‘main bentak’ karena sebab-sebab sepele, maka anak pun bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku seperti itu terhadap adiknya atau  teman-temannya. 
-  Kreatifitas Anak Tidak Berkembang
Karena anak merasa selalu tertekan karena selalu disalahkan lama kelamaan anak bis juga menjadi seperti robot, yang hanya menunggu perintah, karena ia takut bila ia melakukan sesuatu akan salah. Sehingga ia tidak berani untuk berkreasi.

Salah satu pengaruh negatif yang penulis soroti disini ialah kreatifitas anak tidak berkembang. Justru ini adalah pengaruh terburuk. Karena mau jadi apa generasi penerus jika tidak kreatif, yang ada generasi seperti robot yanga hanya bisa diperintah atau diperbudak. Ketika kita sudah mengetahui bahwa untuk mengembangkan kreatifitas anak, kita jangan mengekang mereka dengan banyak bertanya yang menekan atau nebegur, bahkan mencela. Lalu inilah cara mengembangkan kreativitas anak.
mengembangkan kreativitas anak
A.      Pengertian Kreativitas Pada Anak-Anak
Kreativitas anak yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran­-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Kreativitas ini juga,dimiliki oleh mayoritas anak-anak. Akan tetapi kreativitas anak berbeda antara satu anak dengan lainnya, dan antara satu lingkungan dengan lingkungan lainnya. Karena itu, kreativitas anak-anak sebenarnya adalah suatu pemikiran yang memiliki hasil cipta, bukan rutinitas atau sekedar mengikuti mode.
Kreativitas sebagaimana yang didefinisikan Williams dalam buku “Mengembangkan Kreativitas Anak” karya Amal Abdussalam Al-Khalili, memiliki beberapa aspek mendasar yang menyusunnya, yaitu:
a.         Ketangkasan; yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak.
b.         Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu kepada jenis pemikiran lainnya.
c.         Orisinalitas; yaitu kemampuan untuk berpikir dengan cara yang baru atau dengan ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran jenius yang lebih banyak daripada pemikiran yang telah menyebar atau telah jelas diketahui.
d.        Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk tertentu.
Seorang pribadi yang kreatif mampu untuk memberikan suatu pemikiran baru atas permasalahan-­permasalahan yang dihadapi secara individual maupun kelompok, baik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau berkaitan dengan kajian-kajian praktikum. Sedangkan bakat kreatif atau inovatif berarti proses rasionalisasi atau ia merupakan suatu produk akal.
Pemikiran yang kreatif dalam buku “Mengembangkan Kreativitas Anak” merupakan perwujudan dari  kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase: ­
1.      Fase persiapan; Yakni menyiapkan suatu kehidupan yang kreatif untuk dapat menghasilkan suatu kreasi.
2.      Fase Pengasuhan; Yaitu fase pertengahan antara,kesiapan dan inspirasi untuk berpikir.
3.      Fase inspirasi; Fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi yang kreatif dengan cara spontan.
4.      Fase realisasi; Dalam fase ini diupayakan adanya penjelasan mengenai kebenaran apa yang direalisasikan dari kreasi atau inovasinya dengan cara meletakkannya untuk diuji cobakan demi memperoleh keterangan mengenai kebenarannya.
Dengan demikian, kreativitas adalah segala pemikiran baru atau cara, atau pemahaman, atau model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan.
B.       Proses Perkembangan Kreativitas Anak
Dalam buku “Mengembangkan Kreativitas Anak”, ada tiga proses perkembangan kreativitas anak, yaitu:
a.      Suka meneliti dan selalu ingin tau
Tingkatan ini sangat penting bagi kreativitas. Bahkan tingkatan ini merupakan pengantar yang natural menuju kreativitas tersebut. Tingkatan ini dimulai dari pertanyaan yang sering muncul dalam setiap pembicaraan dan kata-kata mereka, “Apa ini?” Hal itu dikarenakan anak-anak memperhatikan dan mencermati dengan detail aktivitas untuk menemukan dan mengetahui sesuatu, topik, kejadian, dan pemikiran-pemikiran.
Mayoritas orang menemukan anak-anak menggunakan segenap perasaanya dalam menghimpun berbagai pengetahuan. Apabila seorang anak itu memegang suatu mainan, maka ia akan memperhatikan dan mencermati apa yang bias terjadi dengan permainan-permainan ini. Inilah yang disebut dengan pengawasan yang ketat dan sungguh-sungguh.
b.      Bermain
Tingkatan ini merupakan tingkatan kedua dari kreativitas, dan terwujud melalui pertanyaan ini, “Apa yang dapat saya lakukan dengan permainan ini?” Pada saat itu, seorang anak akan memulai mendalami, tenggelam, dan menyibukkan diri penuh dengan suatu mainan tertentu atau suatu pemikiran yang terbatas.
Dalam hal ini, langkah yang dapat dilakukan seorang anak dan yang sesuai dengan jalan pikiran tema-tema yang cocok bagi mereka pada fase ini yaitu spontanitas. Fase ini merupakan kesempatan yang baik dalam mencoba, dan melatih keterampilan, kemampuan, dan pengetahuannya yang telah dihasilkan pada fase sebelumnya.
c.       Berkreasi
Tingkatan ketiga ini dapat diraih setelah melewati seluruh fase sebelumnya. Bahkan, dapat dikatakan tingkatan ini merupakan hasil dari pemikiran, latihan, permainan yang menggunakan pemikiran, sarana-sarana, kecenderungan untuk menciptakan sesuatu, keluar dari hal-hal yang biasa, dan mampu menyelesaikan berbagai problematika.
Stimulasi (rangsangan) yang diberikan pada anak merupakan salah satu strategi kreativitas dan inovasi. Stimulasi merupakan latihan dalam spontanitas yang teratur. Dalam stimulasi, anak disemangati dalam waktu tertentu hingga mereka dapat berpikir menurut kemampuannya dengan pola pikir yang berbeda, bahkan hingga ia dapat berimajinasi.
Langkah-langkah yang sesuai untuk menstimulasi anak agar memiliki daya cipta yang lebih produktif, yaitu:
·           Tidak boleh memberikan penilaian atau kritik terhadap pemikiran tersebut dengan maksud agar anak dapat lebih perhatian dengan memaparkan pemikiran-pemikirannya sebagai ganti dari mencela atau menyalahkannya.
·           Para orang tua memberikan semangat pada anak untuk mengusulkan solusi-solusi yang lebih banyak sesuai dengan kemampuan untuk mendeskripsikannya, namun diwajibkan solusi-solusi ini mengandung inti kebenaran yang mungkin dikeluarkannya melalui latihan menganalisis setelah itu.
·           Meyakini bahwa sebagian besar pemikiran diekspresikan dengan suatu ukuran yang melahirkan keragaman.
·           Para partisipan berusaha memegang pemikiran, dan mengembangkannya yang diekspresikan dalam latihan tersebut.
Dengan demikian, latihan menstimulasi itu merupakan latihan yang terlebih dahulu dibutuhkan kesiapan, dengan harapan melalui latihan tersebut akan tumbuh kreativitas. Maka dari itu, subbab ini akan dijadikan sebagai pelengkap terbentuknya tag line agar orang tua dapat mengingat dan menyadari tentang pentingnya kreativitas anak untuk dikembangkan.
C.      Langkah-langkah Mengembangkan Kreativitas Pada Anak
Disini yang memegang peranan penting dalam usaha mengembangkan kreativitas anak adalah orang tua. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
a.      Mendiskusikan cerita dan menganalisisnya
Berdiskusi sangat penting bagi anak-anak, karena  diskusi ini dapat memastikan reaksi mereka terhadap kejadian-kejadian dalam cerita.
Contohnya:
·           Mendiskusikan beberapa peristiwa dalam cerita, tokoh, masa, tempat,permasalahan, dan solusi, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
·           Mendiskusikan langkah-langkah bagus yang terdapat dalam cerita, kosakata baru dan maknanya, serta meletakkannya dalam kalimat yang berbeda-beda.
·           Mendiskusikan kalimat, dan perilaku-perilaku yang terkandung dalam cerita tersebut kedalam diri anak dengan cara memuji perilaku itu.
·           Mendiskusikan nilai-nilai yang berbahaya dan perilaku yang tidak disukai di dalam cerita, dan menganjurkan anak untuk menjauhkan diri dari perilaku tersebut.
·           Membangun pola pandang yang ingin dibentuk pada anak, seperti cinta tanah air, cinta keindahan, membela diri dan masyarakat, gemar membaca dan meneliti, bekerja sama dan pola pandang lainnya.
·           Realitas-realitas ilmiah dan wawasan umum yang tercakup dalam cerita dapat memperluas pengetahuan anak, dan peradaban umum mereka seputar lingkungan yang mengelilingi mereka, dan sekitar alam raya ini seluruhnya.
·           Perilaku dan tradisi yang baik dan benar yang terangkum dalam cerita, mendorong anak berpegang pada perilaku dan tradisi tersebut.
b.      Menumbuhkan kreativitas pada anak melalui permainan
Permainan sangat penting dalam menjadikan anak gemar membaca dan mengembangkan kesiapannya untuk itu, yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk berkreativitas. Karena permainan merupakan sarana pertama dalam mengembangkan berbagai sisi kepribadian anak, pemikiran, dan bahasanya.
Contohnya:
·           Mainan alat-alat matematika. Seperti balok berbentuk angka,dll.
·           Mainan alat-alat musik. Seperti piano kecil,dll.
·           Alat-alat elektronik. Seperti radio, jam, dan mobil.
·           Buku-buku pengajaran tradisional dan buku-buku baru yang bias diwarnai, dirobek, dan ditempel, serta mendengarkan musik sambil membaca disesuaikan dengan pita-pita kaset.
·           Komputer sebagai alat yang tepat dan personal dirumah untuk bermain video, dan program CD interaktif yang disesuaikan dengan umur anak.
·           Berbagai mainan dan alat-alat ilmiah seperti pengeras suara, globe, dan alat-alat eksperimen kimiawi.

c.       Mengembangkan kreativitas melalui sarana-sarana/alat
Langkah-langkahnya yaitu:
·           Pengarahan anak kepada alat-alat mekanik yaitu dengan menggunakannya secara langsung. Dari situlah, seorang anak mulai mengenal berbagai macam alat, nama-nama dan bentuknya, serta membedakan bagian-bagiannya dan mempelajari cara-cara penggunaan dan penyusunannya.
·           Pengadaan alat itu dapat mendorong anak untuk menganalisisnya, dalam arti melepaskannya kemudian menyusunnya kembali. Ini merupakan metode yang terkadang mendorongnya membuat sebagian alat-alat, baik dengan meniru atau menciptakan sesuatu yang baru.
·           Tidak cukup hanya mengetahui hal-hal mekanis dan munyusunnya. Bahkan, dalam diri seorang anak akan muncul kebutuhan untuk menginterpretasikan dan mengetahui fenomena yang bersifat mekanis seperti: “Bagaimana? Mengapa Anda lakukan? Dalam hal apa Anda menggunakannya?”
Penjelasan-penjelasan lisan di atas cukup memuaskan sifat ‘suka meneliti’ pada diri anak’. Dari sinilah, akan muncul proses pemahaman anak yang menghimpun antara mimpi, imajinasi, dan realitas).
d.      Kreativitas dan penyelesaian problem
Jika kreativitas itu merupakan suatu sifat yang komplikatif bagi seluruh anak-anak kecil, maka ada yang mengatakan bahwa anak-anak kecil itu memiliki tabiat kreatif. Karena, kreativitas anak itu merupakan spontanitas yang dapat berkembang melalui latihan-latihan anak. Secara sederhana, kreativitas anak ini berarti penyusunan hubungan-­hubungan yang baru. Karena itu, banyak peneliti yang berpendapat bahwa kreativitas dan penyelesaian problem merupakan dua bentuk yang tampak satu. Dari sinilah, pemikiran kreatif dan perilaku inovatif itu menjadi sebuah bentuk perilaku yang maju, dan tampak dalam kemampuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.
Dari semua penjelasan tentang langkah-langkah mengembangkan kreativitas anak di atas, akan dijadikan beberapa tag line yang digunakan pada kampanye dan dilengkapi dengan beberapa teori berikutnya.
Torrance dalam buku Mengembangkan Kreativitas Anak menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.             Ditinjau dari sisi akal dan sastra, diharuskan mengetahui apa yang dimaksud dengan kreativitas, dan cara-cara mengarahkannya melalui ekspermen-eksperimen yang dilakukan terhadap anak.
2.             Membantu anak ketika mengungkapkan suatu pemikiran baru atau menghadapi suatu situasi dengan gaya yang kreatif.
3.             Memberikan semangat pada anak dalam menggunakan sesuatu, topik-topik, pemikiran dengan cara yang baru, sehingga dapat membantu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya, dan menguji pemikiran anak dengan cara yang teratur untuk mengaktualisasikan perkembangan kreativitasnya yang baik.
4.             Tidak boleh memaksakan kepada anak untuk menggunakan gaya tertentu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya atau dalam menghadapi situasi-situasi yang terjadi.
5.             Memberikan teladan yang baru dan baik melalui orang yang terbuka pikirannya (open mindedness) dalam berbagai bidang yang berbeda.
6.             Memperlihatkan kesadaran dan keinginan, serta menyingkap solusi-solusi yang baru ketika mendiskusikan tentang respon anak ketika menghadai situasi tertentu.
7.             Menciptakan situasi-situasi yang mempengaruhi kreativitas pada diri anak, seperti membincangkan mengenai nilai pemikiran-pemikiran yang berani (kontroversial), dan membuka dialog bersama mereka, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh anak tersebut.
8.             Menelaah kreasi-kreasi para sastrawan, seniman, dan para pakar, serta memberikan penghargaan secara khusus atas kreasi-kreasi yang dibuat oleh anak dalam bidang sastra.
9.             Menyemangati anak untuk menjaga pemikiran-pemikiran yang khusus dengan cara mencatatnya dalam buku harian mereka, atau dalam kertas khusus, atau dalam kartu-kartu pemikiran.
10.         Mencegah anak untuk menilai dirinya sendiri dengan penilaian yang negatif, karena hal itu akan dapat menghalangi perkembangan kreativias dalam diri mereka.
11.         Penyesuaian diri anak dengan lingkungan rumah, sekolah, dan teman-teman, memainkan peran penting dalam mengembangkan kemampuan berkreativitas.
12.         Aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak itu sangat penting, terutama aktivitas-aktivitas yang disukai oleh anak-anak, dan yang membantu mengembangkan pemikiran kreatif mereka.
13.         Permainan bebas anak itu juga membantunya untuk berpikir kreatif.
D.      Pola Asuh Orang Tua.
Berkembang atau tidaknya kreativitas yang dimiliki anak tergantung bagaimana pola asuh orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif.
Menurut Baumrind (1967) dalam artikel internet yang ditulis Ira  Petranto, terdapat 4 macam pola asuh orang tua:

·        Pola asuh Demokratis
·        Pola asuh Otoriter
·        Pola asuh Permisif
·        Pola asuh Penelantar
a.      Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh seperti ini sudah sesuai untuk perkembangan kreativitas anak, hanya perlu diingatkan saja.
b.      Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh seperti inilah yang dapat mematikan kreativitas anak seluruhnya.
c.       Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Dalam proses kreatif anak, salah satu sikap orang tua yang baik adalah pola asuh seperti ini, karena membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun biasanya mereka kurang menyadari dan memperhatikan perkembangan kreativitas anak karena terlalu acuh. Orang tua tipe ini bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

d.      Pola Asuh Penelantar
Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya, begitu pula dalam perkembangan kreativitas anak.
Berikut adalah karakteristik-karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh  orang tua menurut Ira Petranto, sebagai berikut:
1.     Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, kreatif  dan koperatif terhadap orang-orang lain.
2.     Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3.     Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
4.     Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Dari penjelasan tentang pola-asuh-pola asuh orang tua tersebut di atas, jelaslah bahwa tipe yang paling baik adalah tipe pola asuh Demokratis. Sedangkan pola asuh otoriter, permisif dan penelantar hanya akan memberikan dampak buruk pada anak.
Namun diantara ketiga pola asuh yang memberikan dampak buruk bagi anak tersebut yang dapat mematikan kreativitas pada anak adalah pola asuh otoriter. Berdasarkan artikel internet yang ditulis Mohammad Bambang Irawan tentang kecerdasan potensial anak, menurut pakar psikolog anak Dr Seto Mulyadi, kadang-kadang orang tua tidak sabar dengan sikap dan pola asuh yang diterapkan kepada anaknya. Dengan bertambahnya usia dan dengan semakin luasnya lingkungan sosial anak maka rasa ingin tahu anak diharapkan semakin tumbuh. Bukannya mendorong rasa ingin tahu alami anak serta mengembangkan keinginan belajarnya, orang tua malah melakukan kebalikannya. Rasa ingin tahu seorang anak akan sesuatu hal akan pupus apabila ia berkali-kali datang dan bertanya kepada orang tuanya serta mendapati bahwa orang tuanya tidak berminat untuk menjawabnya bahkan memperlihatkan kehadiran anak dengan pertanyaannya telah mengganggu ‘ke-asyikan'  sang ayah atau ibu, misalnya: ayah yang sedang membaca koran atau ibu sedang menonton televisi.
Selain sikap orang tua yang ambisius atau pola asuh yang otoriter dapat membuat anak frustasi dan ketakutan serta dapat memasung bakat serta kemampuannya, contohnya: orang tua menunjukkan sikap tidak suka apabila anak-nya menunjukkan kemampuan bernyanyi di depan umum karena ayah berpendirian bahwa anaknya tidak boleh menjadi seorang penyanyi atau artis apabila ia sudah menjadi dewasa kelak.
Orang tualah yang memperhatikan dan memberikan respon positif terhadap bakat-bakat yang telah diperlihatkan si anak. Dengan demikian orang tua bertindak sebagai fasilitator dalam mengembangkan minat dan bakat anak yang terlihat.
Usia balita merupakan masa penting bagi perkembangan potensi seseorang, termasuk rasa percaya dirinya. Sejalan dengan itu, ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia, AS, Dr Keith Osborn dalam artikel internet yang ditulis oleh Andyda Meliala menyatakan bahwa  perkembangan kecerdasan yang sangat pesat terjadi pada saat anak berusia nol sampai lima tahun.
Hampir 50 persen potensi kecerdasan anak, sudah terbentuk pada usia empat tahun, kemudian mencapai 80 persen pada saat anak berusia delapan tahun. Kreativitas seseorang mulai meningkat pada usia tiga tahun dan mencapai puncaknya pada usia 4,5 tahun, dan akan segera menurun apabila tidak diupayakan agar kemampuan tersebut tetap terus berkembang.
Maka dari itu, yang tepat untuk dijadikan target sasaran dalam kampanye ini adalah pola asuh tipe otoriter.
E.       Perilaku Orang Tua
Menurut Andyda Meliala, sebagai orang tua masa kini (modern), seringkali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Orang tua ingin anak-anak  menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci untuk kesuksesan hidup di masa depan.
Pada kenyataannya, tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya.
Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari kepribadiannya.  Kepribadian bisa juga dibentuk oleh keluarga dan lingkungan. Dari komunitas keluarga yang bermasalah, akan menimbulkan kepribadian yang tertutup dan sulit berkembang. Rumah adalah media belajar bagi anak. Anak-anak belajar bersikap manis, berterima kasih dan memperdulikan hak-hak dan kesejahteraan orang lain. Secara sederhana kalau orang tua marah – marah kepada anak, maka ia telah mengajarkan contoh yang akan di tiru oleh anak-anak. Secara sederhana kalau anak-anak tidak boleh melakukan, maka orang tua jangan melakukan. Sebenarnya yang diinginkan anak adalah akar dan sayap. Akar adalah menanamkan nilai dan norma. Sedangkan sayap adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Kecemasan orang tua dengan membatasi perempuan dan takut pada hal-hal yang tidak perlu selayaknya tidak berlebihan. Kita memerlukan keluarga yang bersifat jujur, memberikan kebebasan kepada anak-anak disertai dengan tanggung jawab. Akar dan sayap menjadi tuntutan setiap keluarga untuk memberikan contoh yang bisa dipelajari oleh anak. Sekarang, Anak lebih banyak bergaul dengan komputer dari pada dengan orang tua. Dengan kesibukan masing-masing maka kita tidak bisa memprediksi dengan siapa kita bergaul. Apabila orang tua memberikan tekanan dan kekerasan akan membawa anak pada pribadi yang frustasi dan stres. Sebaliknya orang tua yang penuh kehangatan dan memberikan rasa aman akan membentuk anak-anak yang sukses.
Najlah & Ivan dalam artikel internet yang berjudul Suara Hati Seorang Perempuan menuliskan bahwa faktor-faktor keluarga, ekonomi, pendidikan, lingkungan, masyarakat akan menjadi faktor penghambat sekaligus pendorong. Agar faktor tersebut menjadi pendorong pengembangan diri maka kesetaraan merupakan jalan atau pintu yang akan membuka ruang kebebasan secara adil. Misalnya bagi keluarga, bagaimanapun anak perempuan dari komunitas miskin yang memiliki potensi cerdas dan bakat yang tinggi, namun karena tidak mendapatkan kesempatan, maka ia tumbuh tidak maksimal. Namun apabila mereka mendapatkan kesempatan yang diasah melalui pendidikan yang berkualits akan mendorong anak cerdas tersebut menjadi berkembang secara maksimal. Nampak dari penjelasan di atas bahwa rumah adalah media belajar bagi anak dan berkumpul bersama orang tuanya. Hal ini bisa dimanfaatkan pula untuk penyebaran media kampanye yaitu peralatan rumah tangga.












BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan ataupun menegur anak ditemukan di Maktabah Syamilah yaitu berada diHadits Riwayat Shahih Bukhari àJuz 18 Hal 464, Hadits Riwayat Abu Daud à Juz 12 Hal 392, Hadits Riwayat Ahmad à Juz 26 Hal 98, Hadits Riwayat Ahmad à Juz 26 Hal 108, Hadits Riwayat Ahmad à Juz 27 Hal 288, dengan redaksi yang sedikit berbeda namun maknanya tetap sama. Namun disini saya hanya mengambil hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud untuk diteliti. Dan hasilnya adalah muttashil dan derajat haditsnya shahih.
Ditinjau dari segi konteksnya hadits ini berkaitan dengan sikap atau cara Nabi SAW mendidik anak dengan tidak menghardik dengan menggunakan kata-kata ataupun tidak pernah menekan dengan terus mempertanyakan, kenapa kamu melakukan ini atau kenapa kamu tidak melakukan ini. Jadi kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita dalam mendidik anak, yaitu dengan metode tidak menegur anak. Selain itu kita jangan terlalu sering mengarahkan anak didik kita dengan celaan, karena yang bersangkutan akan terbiasa dengan celaan. Akhirnya ia malah bertambah berani melakukan keburukan.
Selain itu hadits inipun masih relevan dengan kehidupan kita sekarang ini, karena sejatinya manusia tidak suka ditekan ataupun diatur-atur secara berlebihan ataupun dihardik dengan menggunakan kata-kata.

B.       SARAN
1.    Untuk menjaga kemurnian islam sebaiknya kita memakai asas praduga bersalah dalam penggunaan hadits Nabi. Maka kita harus melacaknya terlebih dahulu secara teliti hadits yang ingin kita jadikan rujukan.
2.    Untuk melacak suatu hadits kita dapat menggunakan kitab-kitab ataupun program digital seperti Al-Maktabah As-Syamilah atau Maushu’ah Al-Hadits.
3.    Sebagai orang tua atau pendidik janganlah kita banyak menegur anak.
4.    Terus kembangkan kreativitas anak dengan berbagai macam cara, karena mereka adalah generasi penerus bangsa.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Pengembangan Kreatifitas dengan Tidak Banyak Menegur Anak Description: Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top