728x90 AdSpace

Latest News

Jumat, 08 Juli 2011

BANI FATHIMIYAH


MESIR ZAMAN BANI FATHIMIYAH
(358-567 H / 969-1171 M)
Kerajaan Bani Fathimiyah itu penjelmaan dari partai Syiah dan satu-satunya Dinasti Syiah dalam Islam.[1] Tidak aneh apabila partai Syiah itu memberi nama Kerajaan “Bani Fathimiyah”. Hal itu untuk mengambil peranan pengaruh Rasulullah SAW. Karena Fathimah istri Ali Bin Abu Thalib itu adalah putri dari Rasulullah SAW. Mengambil nama kerajaan “Bani Fathimiyah” agar memiliki pegaruh dan wibawa yang lebih tinggi dari pada diberi nama yang lain.
Partai Alawiyin (Syiah) berdiri sejak zaman pemerintahan Khalifah Ali Bin Abu Thalib, tapi semenjak Ali wafat , ternyata tidak mendapatkan tempat berpijak baik pada zaman pemerintahan Bani Umayyah maupun pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyah.
Setelah terserak-serak kesana-sini, ternyata mendapat tempat subur baginya yaitu di negeri Tunis.
Mengapa disana sebab:

1.            Tunis letaknya jauh dari pemerintahan pusat Abbasiyah.
2.            penduduk di Tunis mayoritas tidak menyukai pemerintahan Abbasiyah, karena membebani pajak yang berat.
A.          BERDIRINYA KERAJAAN BANI FATHIMIYAH (288 H / 901 M)
Kerajaan Bani Fathimiyah berdiri di Tunis setelah mereka berhasil menaklukan Bani Aghlab di Tunis. Sedang pendirinya adalah Sa’id bin Husayn, keturunan pendiri kedua sekte ismailiyah[2], seorang Persia yang bernama ‘Abdullah bin Maymun.   Kemudian Sa’id memploklamirkan dirinya sebagai penguasa dengan julukan Imam[3] Ubaidillah Al Mahdi dan mengklaim sebagai keturunan Fathimah melalui Al Husayn dan Isma’il. Dan ia mendapat pengakuan rakyat banyak dan memakai gelar Khalifah. Dinasti yang didirikannya ini sering disebut sebagai Dinasti Al Ubaydiyah, khususnya oleh mereka yang tidak mempercayainya sebagai keturunan Fathimah.
Pandangan para sejarawan muslim mengenai keaslian san keabsahan silsilah al-Syi’i sebagai keturunan Fathimah terbagi menjadi dua kelompok. Setidaknya ada delapan garis silsilah berbeda yang dikemukakan baik oleh para pendukungnya maupun musuh-musuhnya. Bahkan, sebagian orang yang memusuhinya melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa ia adalah anak seorang Yahudi. Beberapa sejarawan terkemuka yang mendukung keabsahan silsilahnya adalah Ibn al-Atsir, Ibn Khaldun, dan al-Maqrizi. Sedangkan kalangan yang menyangkal silsilah keturunan itu, dan menganggap Sa’id sebagai penipu yang lihai diantaranya adalah Ibn Khallikan, Ibn al-Idzari, al-Suyuthi, dan Ibn Taghri Birdi. Bagaimanapun, patut diperhatikan bahwa tidak muncul perselisihan pendapat tentang keabsahan silsilah itu hingga 1011, ketika seorang khalifah Abbasiyah, al-Qadirmengeluarkan sebuah manifesto di Baghdad yang ditandatangani oleh beberapa tokoh Sunni dan Syiah. Manifesto itu menyatakan bahwa saingannya yang orang Mesir, yaitu al-Hakim bukan keturunan Fathimah, tapi keturunan Daisan, seorang pelaku bidah.
Pada zaman itulah umat islam memiliki tiga kerajaan besar yang kepala negaranya bergelar Khalifah semua. Yaitu; di Tunis, di Andalusia, dan di Baghdad.
USAHA-USAHANYA:
1.            Mendirikan kota baru dengan nama Al Mahdiyah di dekat Qairuan di Afrika Utara yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan Bani Fathimiyah.
2.            Meluaskan pengaruhnya, sehingga seluruh daerah Afrika Utara menjadi wilayah kekuasaannya.
3.            Terus-menerus mengadakan percobaan menyerbu Mesir, yang akan dijadikan tempat penyiaran madzhab Syiah, tetapi pada tahun itu belum dapat berhasil.
Kemudian dia wafat pada tahun 323 H / 935 M. Terus digantikan oleh puteranya yang bernama Qaim.
II.         AL QAIM
Al Qaim menggantikan ayahnya. Usaha-usahanya ialah mengadakan penyerbuan ke Mesir, tetapi kali itu belum juga berhasil sebab Muhammad Al Ikhsyidi (wali Mesir waktu itu memiliki pasukan yang kuat).
Pada tahun 334 H, Qaim wafat dan digantikan puteranya yang bernama Manshur.
III.      MANSHUR
Manshur melanjutkan pemerintahan Tunis dan melanjutkan usahanya menyerbu Mesir. Kali itupun tidak berhasil juga, kerana di Afrika Utara ada pemberontakan. Jadi penyerbuan ke Mesir terpaksa diberhentikan sebelum berhasil. Setelah Manshur wafat digantikan oleh puteranya bernam Al Muiz Lidinillah.
IV.       AL MUIZ LIDINILLAH (341-365 H / 952-975 M)
AL Muiz adalah Khalifah Bani Fathimiyah yang terkuat. Dia berhasil menaklukan Bani Idris dan Kabilah Barbar. Wilayahnya meliputi dari batas Tripoli Timur sampai Samudera Atlantik di sebelah Barat. Termasuk daerahnya juga pulau Sicilia di Laut Tengah.
MENGUASAI MESIR
Mesir adalah daerah yang luas dan dubur tanahnya, suatu daerah yang baik sekali untuk tempat menanam gandum dan lain-lain bagi Bani Fathimiyah. Kecuali itu Mesir rakyatnya banyak jumlahnya, suatu tempat yang baikuntuk penyebaran madzhab Alawiyin.
Oleh karena itu setelah  merasa kuat di Tunis, maka sekali lagi terfikir oleh Muiz untuk menguasai Mesir.
Pada tahun 358 H/ 969 M Mesir dibawah pemerintahan Amir Ahmad bin Ali Al Ikhsyidi. Tiba-tiba Muiz mengirim pasukan sebanyak 100.000 orang dipimpin panglima Jauhar As Saqali intuk menaklukan Mesir.
JALAN PENYERBUAN DAN TINDAKAN - TINDAKAN JAUHAR AS SAQALI SELAMA PENYERBUAN.
1.            Jauhar bergerak dari Afrika Utara langsung menyerbu dan mengepung kota Iskandariyah. Kota tersebut menyerah dan mengepung kota Iskandariyah. Kota tersebut menyerah dan penduduknya meminta perlindungan jiwa dan harta bendanya.
2.            Setelah Iskandariyah takluk terus menyerbu kota Fusthath, disana mendapat perlawanan dari Bani Ikhsyidi yang tidak berarti. Kemudian kota tersebut tunduk dan penduduknya minta perlindungan. Disana panglima mengambil tindakan untuk menstabilisasikan keadaan setempat, atas nama khalifah, yaitu:
a.       Mendirikan gudang gandum untuk menyimpan (penyimpanan) gandum yang dikirimkan oleh Muiz dari Tunis guna dibagi-bagikan secara adilkepada rakyat yang kelaparan.
b.      Menghukum para pedagang yang hanya mencari untungnya sendiri. Hal itu menambah harumnya nama Jauhar.
c.       Melarang mendo’akan Khalifah Abbasiyah didalam Khutbah-khutbah dan menyuruh mendo’akan khalifah Bani Fathimiyah dalam khutbah.
d.      Mengangkat Ibnu Furat (bekas menteri pemerintahan Ikhsyid) menjadi menteri Bani Fathimiyah agar dapat menolong pemberesan peralihan pemerintahan Mesir.
e.       Mendirikan kota Al-Qahirah (Cairo) dengan tujuan:
1.      Untuk penyiaran madzhab Syiah.
2.      Untuk benteng pertahanan guna menangkis serbuan kaum Karmat dari Syria. Pada tahun 358 H. Jauhar meletakkan batu pertama kota Cairo.
f.       Pada tahun 359 H mendirikan Jami’ Al Azhar dan diselesaikan tahun 361 H / 971 M. Pada mulanya Al-Azhar hanya khusus untuk tempat penyiaran madzhab Syiah, tetapi kemudian dijadikan Universitas Umum, guna mempelajari segala macam vak ilmu pengetahuan. Betapa besar amal tersebut sebab sepanjang sejarah Al-Azhar menunjukkan bukti memiliki peranan penting sebagai sumber ilmu pengetahuan.
3.            Setelah Mesir menjadi kokoh Panglima Juhar bermaksud menguasai Syam. Maka dikirimkan sebesar pasukan untuk menaklukkan Hasan al ikhsyidi yang berkuasa di Syam. Akhirnya pasukannya berhasil merebut Syam dari tangan Hasan tahun 359 H.
Damaskus juga ditaklukkan oleh Juhar. Pada mulanya Damaskus tunduk dan membayar upeti kepada kaum Karmat, tetapi setelah ditaklukkan oleh Bani Fathimiyah tidak mau membayar upeti kepada Bani Fathimiyah. Oleh sebab itu Bani Fathimiyah menyerbu Kaum Karmat (360 H). Kaum Karmat berhasil merebut Damaskus kembali, sesudah itu mereka menyerbu Mesir sampai dapat merebut Ainusyam (362 H).
Kemudian Jauhar mendapat bentuan dari Tunis, akhirnya Kaum Karmat seluruhnya berhasil diusir dari Mesir oleh Jauhar.
IBUKOTA PINDAH KE KAIRO (AL QAHIRAH)
(Bulan Sya’ban – 362 H / 972 M)
Semula ibukota kerajaan Bani Fathimiyah di kota Manshuriyah (sebuah kota yang didirikan oleh ayahnya bernama Manshur di Afrika Utara). Kemudian oleh Mu’is dipindahkan ke kota Cairo (Al Qahirah) di Mesir.
Dari Manshuriyah Khalifah Muiz  berangkat ke Ciro dengan membawa semua alat kebesaran kerajaan dan membawa semua jenazah nenek moyangnya melalui Iskandariyah, Gizah, dan terus ke Cairo. Tidak lama kemudian kota Cairo dengan cepat menjadi kota yang ramai.
Perpindahan ibukota Bani Fathimiyah yang sangat menguntungkan itu yang berjasa besar adalah Panglima Jauhar As Saqali. Dengan demikian kita dapat menilai bahwa Jauhar itu bukan saja seorang Panglima yang gagah berani melaikan juga seorang negarawan serta orang yang jujur dan setia pada tugas negara.
USAHA-USAHA KHALIFAH MUIZ
Setelah berada di Mesir Khalifah Muiz mulai bekerja keras, berusaha keras meningkatkan kehidupan rakyat, agama, dan negara. Usahanya itu meliputi pada bidang-bidang:
1.            Dalam Bidang Pemerintahan
Khalifah mengangkat dua orang Yahudi yang sudah masuk islam (Ya’cub bin Kils dan Asluj bin Hasan) menjadi menteri sebagai pembantu utama dari Jauhar As Asqali dalam urusan pemerintahan.
Kedua orang tersebut diperintah agar menyusun undang-undang pajak yang baru. Dengan undang-undang yang baru itulah rakyat merasa ringan pajaknya, maka nafsu bekerja lebih besar, dan merasa diperlakukan secara adil oleh pemerintah. Oleh karena itu, kehidupan rakyat menjadi mekmur dan perbendaharaan negara penuh padat berisi uang.
2.            Bidang Pendidikan
pada masa itu rakyat Mesir mayoritas bermadzhab Ahlus Sunnah. Oleh karena itu Khalifah Muiz dalam melaksanakan pendidikan yang berdasar madzhab Syiah sangat berhati-hati dan bijaksana jangan sampai menyinggung perasaan mayoritas rakyat Mesir itu.
Setapak demi setapak pendidikan Syiah itu berjalan hingga merata ke seluruh Mesir, tetapi proses perkembangannya tidak menimbulkan ketegangan suasana di Mesir yang mayoritas bermadzhab Ahlus Sunnah itu.
Dalam jabatan Qadlipun tidak terlepas dari perkembangan faham madzhab tersebut diatas. Meskipun orang-orang Ahlus Sunnah masih juga ditetapkan memegang jabatan mulai dari pusat sampai di daerah-daerah, tetapi makin hari pejabat-pejabat Qadli dari orang-orang Syiah. Akhirnya pada tahun 379 H jabatan-jabatan Qadli yang penting seluruhnya sudah ditangan orang-orang madzhab Syiah. Sedang para Ahlus Sunnah hanya memegang jabatan-jabatan kecil dan tidak penting.
Karena pandai dan bijaksananya pemimpin-pemimpin Syiah itu, maka para Ahlus Sunnah tidak merasa kalau terdesak jabatannya.
3.            Bidang Ekonomi dan Kebudayaan
Muiz bekerja keras memajukan pertanian dengan mempertinggi daya guna sungai Nil, mempergiat perniagaan mengingat strategisnya letak Mesir, dan memajukan perusahaan kerajinan yang sukar bandingannya tentang mutu hasil produksinya.
Hasil kerajinan itu antara lain:
a.       Terutama kerajinan tenun, mengukir, dan menyulam dalam berbagai jenis tikar permadani yang sukar tandingannya.
b.      Membuat pakaian dan pelana kuda
c.       Kerajinan dari logam terutama dari perak dan emas misalnya membuat bejana dan lain-lain
d.      Mendirikan pabrik tenun untuk khusus pakaian pegawai pemerintah mulai dari yang berpangkat tinggi sampai pegawai rendahan. Hal itu berlaku sampai merupakan tradisionil.
4.            Mengenai Bidang Pertahanan
Muiz mendirikan pabrik kapal perang.
Kapal-kapal perang itu dipersiapkan untuk menjaga dan menghubungkan antara: kota-kota Iskandariyah, ‘Uka, Tyrus, dan Askalona.
Demikianlah antara lain kegiatan-kegiatan bermanfaat yang dikerjakan oleh Muiz dengan bantuan orang kuat yang sukar bandingannya, yakni Panglima Jauhar As Saqali. Maka tidak aneh bila kemudiannya Jauhar ditempatkan sebagai orang yang enak dan bahagia hidupnya oleh Khalifah Muiz.
Pada akhirnya Muiz wafat meninggalkan negara dalam keadaan kokoh, makmur, dan bahagia. Isterinya pun masyhur sebagai puteri yang kaya-raya.
V.          AL AZIZ
(365-386 H / /975-996 M)
Al Aziz seorang pujangga dan cinta akan ilmu pengetahuan. Suka hidup mewah (sebagai bukti serbannya berhiaskan emas dan pelana kuda disirami minyak kesturi) dan suka berburu binatang buas di hutan.
USAHA-USAHANYA:
1.      Bidang Pendidikan
Pada tahun 378 H, Al Aziz mendirikan masjid Al Azhar sebagai tempat mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan. Sejumlah besar para siswa dan mahasiswa disediakan sejumlah 35 orang guru yang khusus memberi pelajaran Al Qur’an. Mereka disana disediakan asrama dan belanja yang cukup.
Dalam hal itu yang berjasa besar yaitu menteri Ya’cub bin Kils yang banyak mengarang buku-buku berdasarkan ajaran Syiah.
2.      Bidang Ekonomi dan Kebudayaan
khalifah juga berusaha keras untuk menambah kekayaan negara dengan usaha-usaha:
a.       Menggali banyak saluran air untuk menambah pengairan sawah-sawah, agar produksi pangan bertambah.
b.      Memperbaiki jalan-jalan, jembatan, dan pelabuhan-pelabuhan untuk memudahkan perhubungan yang mempunyai arti penting bagi ekonomi negara.
c.       Memperbesar serta memperbanyak perusahaan dan perniagaan. Oleh karena itu kemakmuran dan kebahagiaan dapat dirasakan betul-betul oleh rakyat.
d.      Karena kekayaan negara berlimpah-limpah Khalifah memerintahkan membuat masjid lagi yang kemudiannya diberi nama Jami’al Hakim. Kecuali itu Khalifah banyak mendirikan istana.
3.      Penyiaran Madzhab Syiah
Khalifah Abdul Aziz dalam menyiarkan madzhab Syiah melalui beberapa cara antara lain yaitu:
a.       Disalurkan melalui pendidikan di sekolah-sekolah.
b.      Menuliskan riwayat kelebihan dan kemuliaan Ali bin Abu Thalib dan keturunannya pada dinding-dinding masjid dan pada mata uang.
c.       Para hakim diharuskan melakukan hukum-hukum yang berdasarkan undang-undang ajaran syiah semata-mata.
d.      Mengadakan perayaan besar-besaran pada hari-hari Maulid Nabi Muhammad SAW, kelahiran Husain dan Fathimah, Idul Fitri, dan Idul Adha. Disanalah Khalifah bersuka ria dengan rakyat.
e.       Mengutuk nama-nama: Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Khalifah Utsman bin Affan di dalam khutbah-khutbah di masjid di seluruh Mesir.
4.      Menumpas Kaum Karmat
Kaum Karmat dan Iftikin di Syam pada masa itu selalu mengancam dan mengganggujalannya pemerintahan Bani Fathimiyah di Negeri Syam. Oleh karena itu dikirimlah Jauhar As Saqali untuk menundukkan pengacau itu. Tetapi penyerbuan kali itu Jauhar kalah. Oleh karena itu Aziz berangkat sendiri dengan pasukannya ke Syam, dan penyerbuan itu ternyata berhasil baik. Iftikin ditangkap, tetapi oleh Aziz diperlakukan dengan baik. Kesalahan Iftikin dimaafkan bahkan dibuatkan rumah untuk kediamannya, dan diizinkan berkunjung ke istana Khalifah di Mesir.
5.      Sikap Abdul Aziz Terhadap Agama Lain
Khalifah Abdul Aziz memiliki banyak sifat kasih sayang terhadap umat manusia. Hal itu dapat kita lihat sikapnya terhadap golongan agama lain, yaitu:
a.       Terhadap umat Kristen Koptik Khalifah bersifat sangat baik. Sampai-sampai permaisurunya juga Kristen, kecuali itu dua saudaranya menjadi Patriak, seorang di Iskandariyah dan seorang menjadi patriak di Palestina. Patriak di Ifraham juga diperbolehkan membangun gereja-gereja di Fusthath.
b.      Wazirnya juga ada yang terdiri dari seorang Kristen, yaitu Isa bin Nasturius.
c.       Terhadap orang-orang Yahudi pun juga bersikap baik, ternyata ada salah seorang negarawan Yahudi yang diangkat menjadi Wali di Syam oleh Khalifah Abdul Aziz.
Akhirnya Abdul Aziz wafat pada tahun 386 H. Digantikan puteranya Al Hakim, dan meninggalkan Mesir dalam keadaan baik.
VI.       AL HAKIM
(386-411 H / 996-1020 M)
Al Hakim dinobatkan menjadi khalifah baru usia 15 tahun, maka diangkatlah guru pribadinya bernama Barjuan dengan gelar Aminud Daulah artinya kepercayaan kerajaan. Barjuan suka bertindak menurut kehendak sendiri yang terlepas dari kekuasaan Khalifah. Maka setelah Al Hakim dewasa guru pribadinya itu dibunuhnya.
USAHA-USAHANYA:
1.      Dalam peraturan pemerintah Hakim sering mengeluarkan perintah yang berputar balik, mungkin dimaksudkan untuk memelihara keamanan.
2.      Al Hakim berusaha keras menekankan madzhab Syiah agar dianut oleh seluruh rakyat Mesir. Karena fanatiknya dia memerintahkan untuk melarang memperjual-belikan barang-barang (makanan atau pakaian) yang menjadi kegemaran Khalifah Abu Bakar, Siti ‘Aisyah dan Mu’awiyah). Serta mengutuk lawan politiknya itu dengan tulisan-tulisan pada dinding-dinding masjid. Tetapi karena gelagatnya aka nada perlawanan dari golongan madzhab Ahlus Sunnah, maka sikap dari pada Al Hakim berubah memeluk lawannya itu dengan mendirikan madrasah untuk belajar para Ahlus Sunnah.
3.      Dalam bidang pendidikan, rupa-rupanya Al Hakim termasuk seorang yang cinta akan ilmu pengetahuan dengan bukti:
a.       Mendirikan gedung perpustakaan (Kutub Khanah) sebagai tempat sumber ilmu pengetahuan.
b.      Mendirikan Darul Hikmah sebagai tempat untuk berdebat dan membahas bermacam-macam ilmu pengetahuan, khususnya faham Syiah.
c.       Mendirikan peneropong bintang pada bukit Mukattam yang diberi nama Ar Rasadul Hakimi.
Disamping ada usaha-usaha yang baik itu Al Hakim memiliki kelemahan-kelemahan–kelemahan.
KELEMAHAN SIFAT AL HAKIM
Al Hakim menyatakan bahwa “aku”-nya itu bersatu dengan Tuhan pada dirinya. Demikian itu juga menurut pernyataan dari pengawalnya yang bernama Hamzah ad Durzi. Sehingga orang yakin bahwa Al Hakim itu memegang sekian banyak mata-mata, terutama terdiri dari orang wanita, yang setiap saat mencium berita untuk dilaporkan kepada Al Hakim.
Akhirnya pada tahun 411 H, Khalifah Al Hakim dibunuh orang pada malam hari di atas punggung khimarnya sewaktu berkeliling kota. Siapa pembunuhnya tak tertangkap.
Rakyat Mesir pada pemerintahan Al Hakim itu merasa gelisah dan hidup merasa tidak tentram.
VII.   AZ ZAHIR
(411-427 H / 1020-1035 M)
Khalifah Az Zahir berusaha mengubah semua peraturan undang-undang yang dibuat oleh ayahnya, setelah itu rakyat Mesir merasa lega.
Pada masa itu sungai Nil surut airnya, maka Mesir mengalami paceklik. Untuk mengatasi kesulitan pangan pemerintah mengadakan perjanjian saling membantu dengan Byzantium yang isinya:
1.      Byzantium bersedia membantu gandum kepada Mesir.
2.      Mesir bersedia membangun kembali gereja Kiamat di Palestina yang dahulu diruntuhkan Al Hakim.
Setelah Az Zahir wafat digantikan oleh puteranya yang bernama Al Mustanshir.
VIII.      AL MUSTANSHIR
(427-487 H / 1035-1094 M)
Al Mustanshir dinobatkan menjadi khalifah baru usia 7 tahun. Dia memerintah sampai 60 tahun. Sebuah periode kekuasaan terpanjang dalam sejarah islam. Pemerintahan selama 60 tahun itu Al Mustanshir mengalami tiga masa:
»        MASA BAHAGIA (427-440 H)
Pada masa itulah pemerintahan Bani Fathimiyah mengalami zaman keemasan. Yaitu zaman kemakmuran rakyat, keindahan negeri, ketenteraman dan kebahagiaan kehidupan. Negeri Mesir benar-benar aman, pasar-pasar dan toko-toko bila ditinggal tidak usah dikunci karena tidak ada yang mengambil barangnya.
Wilayah Bani Fathimiyah masa itu sangat luas meliputi di sebelah barat mulai dari Laut Atlantik sampai sungai Eufrat di sebelah timur, dan dari Asia Kecil di sebelah utara sampai negeri Yaman di sebelah selatan.
Tetapi perjalanan sejarah itu berputar, maka keadaan Bani Fathimiyah yang memuncak itupun juga makin lama makin menurun.
»        MASA PERMULAAN KACAU (441-450 H)
Masa kebahagiaan tersebut diatas itu kemudian bertukar menjadi masa kekacauan yang disebabkan karena:
1.      Sungai Nil surut airnya yang berarti Mesir kekurangan air, makanan jadi mahal sekali dan keamanan rakyat terancam bahaya.
2.      Timbulnya pemberontakan dari rakyat Maghribil Aqsha yang ingin melepaskan diri.
3.      Pemberontakan dari rakyat Yaman yang ingin merdeka.
Untung pada waktu itu ada seorang menteri yang cakap, Al Yazuri namanya. Dengan memeras otak berusaha mengatasi bahaya kelaparan dengan mengatur pembagian makanan secara adil, dan dapat berhasil menyelamatkan keadaan yang terancam itu.
Setelah Al Yazuri wafat, keadaan menjadi lebih parah lagi.
»        MASA PEMBERONTAKAN BANGSA TURKI DAN AKIBATNYA (450-465 H)
Setelah menteri Al Yazuri wafat tidak ada pengganti yang cakap, berturut-turut 40 menteri tidak ada yang secakap dia. Maka timbul pemberontakan besar dari prajurit yang terdiri dari bangsa Sudan yang menjadi tulang punggung Khalifah. Pasukan Sudan yang diusir oleh pasukan Turki terus lari ke Said.
Pasukan Turki merampok dan menbuat kekacauan di kota-kota dan daerah-daerah, mereka memasuki istana Khalifah merusak barang-barang berharga dan menyebari buku-buku hingga terserak-serak.
AKIBAT PEMBERONTAKAN:
1.      Di kota-kota dan daerah-daerah kehabisan bahan makanan. Karena mahalnya bahan makanan itu sehingga bahan-bahan seperti : emas, permata, dan rumah tidak berharga.
Sampai terjadi sebuah rumah ditukar dengan sekati gandum. Binatang seperti keledai, kuda, kucing habis karena dagingnyaperlu untuk dimakan, sampai terjadi orang memperjual-belikan daging orang.
2.      Terjadi wabah besar dengan cepat menjalar dari kampung yang satu ke kampung yang lain. Kejadian negeri itu berjalan hingga 7 tahun lamanya (458-465 H).
B.           DAULAT BANI FATHIMIYAH RUNTUH (478-567 H /1092-1171 M)
Sementara sesudah Mesir mengalami bahaya paceklik selama 7 tahun (458-465 H) itu, ada seorang menteri yang cakap bernama Badrul Jamali, seorang bekas budak, dari pasukan kegubernuran Akka, dan memberinya wewenang untuk bertindak sebagai wazir dan panglima tertinggi. Dia berhasil menyelamatkan rakyat Mesir dari bahaya. Sejak pemerintahan Badrul Jamali itu dan seterusnya Khalifah tidak lagi mempunyai peranan yang penting dalam pemerintahan. Jadi hanya simbol belaka.
USAHA-USAHA BADRUL JAMALI (478-515 H)
1.      Mengembalikan nama baik dan kekuatan pasukan Mesir yang telah dirusak tentara Turki.
2.      Mendirikan benteng kota Cairo yang diberi nama “Pagar Badrul Jamali” untuk membendung bahaya dari luar.
3.      Mendirikan masjid raya yang diberi nama Jami’ul Juyus. Sebagai gelarnya (amirul Juyus).
Setelah menteri Badrul Jamali wafat digantikan oleh beberapa menteri yaitu:
1.      Al Malik Al Afdlal (525 H)
2.      Abu Ali Al Akmal (526 H)
3.      Ibnu Ruzzaik
4.      Al Adil
5.      Syawin (558 H)
Diantara lima orang menteri tersebut yang baikmemerintahnya ialah Ibnu Ruzzaik seorang Gubernur Shaid yang bergelar Al Malikus Shalih. Pada zamannya dia berhasil mengembalikan keamanan dan kehidupan rakyat. Tetapi sayang tiba-tiba dia mati terbunuh. Dan digantikan puteranya yang bernama Al Adil. Tidak lama memerintah Al Adil dipaksa turun tahta oleh Syawir Gubernur Shaid.
Pada waktu itu menteri Syawir memerintah mendapat saingan berat dari Dirgham seorang panglima bangsa Maghribi. Untuk mendapatkan kemenangannya itu Syawir minta bantuan kepada Sultan Nurudin Mahmud bin Zanki di negeri Syam.
Pada masa itu sedang terjadi Perang Salib dimana pasukan Nurudin berhadapan dengan pasukan Salib dibawah pimpinan Amalric. Dimana kedua belah pihak itu saling mengharapkan Mesir.
Akhirnya Mesir jatuh ke tangan Nurudin dibawah pimpinan Syirakuh kemudian jatuh ke tangan Shalahudin Al-Ayyubi dari mazhab Ahlus Sunnah. Dengan demikian jatuhlah kekuasaan Bani Fathimiyah di Mesir ke tangan Bani Ayyub (Ahlus Sunnah) tahun 561 H / 1172 M.
SEBAB-SEBAB JATUHNYA PERUNTUHAN BANI FATHIMIYAH DI MESIR.
»              SEBAB DARI DALAM
1.      Perpecahan di kalangan istana terutama perpecahan di kalangan Militer dari Maghribi, Turki, dan Sudan.
2.      Kelemahan para Khalifah sesudah Khalifah Al Mustanshir dan kesewenang-wenangan cara memerintah para menteri.
3.      Adanya beberapa daerah yang melepaskan diri dari pusat, yaitu daerah: Afrika Utara (443 H), Maroko (448 H), Yaman (473 H), dan daerah Sicilia (484 H / 1091 M).
»              SEBAB DARI LUAR
1.      Penyerbuan pasukan Sultan Nurudin dari Syam dibawah pimpinan Syirakuh, dan penyerbuan dari pasukan Salib dibawah pimpinan Amalric yang berakhir dengan kemenangan pasukan Syirakuh. Kemudian dia berkuasa di Mesir.
2.      Penyerbuan tentara Salib yang dipimpin oleh Amalric yang menyebabkan timbulnya perpecahan di kalangan pemimpin-pemimpin Bani Fathimiyah di Mesir dan akhirnya runtuh sama sekali pada tahun 561 H / /1172 M.


[1] Untuk kemerdekaan yang lebih awal para pemimpin kelompok ‘Ali mengincar Dinasti Idrisiyah dan Hamudiyah. Syarif-syarif di Maroko yang kekuasaannya diperkirakan bermula pada 1544, menelusuri garis keturunan mereka melalui al-Hasan, ke ‘Ali dan Fathimah. Tetapi mereka cenderung ortodoks.
[2] Pendiri aslinya adalah Imam Isma’il (w. 760)
[3] Al-Syi’ah, Dinasti Fathimiyah lebih memilih julukan Imam bagi para Khalifahnya.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: BANI FATHIMIYAH Description: Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top