I. PENDAHULUAN
Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang oleh Allah SWT. untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses belajar itu dimulai dengan orang terdekatnya. Proses belajar itulah yang kemudian menjadi basis pendidikan.
Aktivitas pendidikan terkait dengan perubahan yang secara moral bersifat lebih baik, ciri perubahan atau kemajuan secara fundamental adalah terjadinya perkembangan internal diri manusia yaitu keimanan dan ketaqwaan, bukan hanya perubahan eksternal yang cenderung bersifat material yang dapat menghancurkan keimanan dan ketaqwaan manusia.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahanya adalah bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subyektif yang sering justru dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan rohaninya. Produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan kesombongan untuk memperdayai orang lain, kecerdikannya digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah dan egois.
Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai rohaniyah (keimanan dan ketaqwaan) terhadap peserta didik (murid) dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam proses pembelajaran di samping banyak faktor-faktor yang lain, kedua faktor tersebut adalah strategi pembelajaran serta orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah (guru). Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan metode pendekatan yang menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriyah dan batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap penyampai pesan (guru).
Dari banyak faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan, metode pembelajaran dan mentalitas pendidik memerlukan perhatian khusus. Sebagus apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh dua faktor tersebut, yaitu metode yang tepat dan mentalitas pendidik yang baik, sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara memuaskan atau tidak, bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh karena itu pemeliharaan metode pendidikan Islam harus dilakukan secara cermat disesuaikan dengan berbagai faktor terkait sehingga hasil pendidikan memuaskan.
Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia terakhir yang dipilih Allah SWT. untuk menyampaikan risalahNya, sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan Islam yang benar terhadap para sahabatnya, strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat, dalam menyampaikan ajaran Islam beliau sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, Rasulullah SAW. merupakan sosok guru yang ideal dan sempurna, sehingga nilai-nilai Islam dapat dengan baik ditransfer kepada murid.
Nabi Muhammad SAW sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah SWT. dan syari’atNya sehingga terpelihara fitrah manusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan kecenderungan hati dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih tinggi, lewat cara seperti itulah beliau membawa masyarakat kepada kebangkitan dan ketinggian derajat.
II. PEMBAHASAN
1. DEFINISI METODE PENDIDIKAN
Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah ketepatan menentukan metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan, tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi Islami, selain itu metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan mono pragmatis. Polipragmatis bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat, sebaliknya monopragmatis bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaan mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru, baru berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai nilai yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Dari rumusan-rumusan di atas dapat di maknai bahwa metode pendidikan Islam adalah berbagai macam cara yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai, karena metode pendidikan hanyalah merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka dalam menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu mempertimbangkan aspek aspek lain dari pembelajaran, seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu .
2. SEJARAH METODE PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan sebagai suatu sistem yang merupakan suatu kesatuan dari beberapa unsur yang saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. Mengkaji sistem pendidikan islam di masa klasik tidak pas jika hanya dilihat dari sistem pendidikan islam di masa sekarang karena kondisi periode klasik sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Oleh karena itu digunakan kategori-kategori dalam sistem pendidikan islam berdasarkan fakta sejarah dan menggunakan patokan konsep-konsep pendidikan sekarang.
Di dalam proses belajar-mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada muridnya. Dengan metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh pelajar, sehingga murid dapat menyerap apa yang telah disampaikan oleh gurunya.
Metode pengajaran yang digunakan pada masa Dinasti Abbasiyyah dapat dikelompokan ke dalam 3 macam yaitu:
· Lisan
Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode ini di anggap penting karena pada masa klasik buku-buku cetakan sulit dimiliki.
Dikte adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang di anggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan.
Metode ceramah disebut juga metode al-asma sebab dalam metode ceramah, guru membacakan buku atau menjelaskan isi buku dengan hafalan sedangkan murid mendengarkannya.
Metode qira’ah atau membaca biasanya digunakan untuk belajar membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode yang khas dalam pendidikan islam di masa ini. Dalam proses penyerapan ilmu, diskusi adalah metode yang lebih efektif dibanding dengan metode-metode yang lain.
· Hafalan
Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan islam di masa ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Hanafi bahwa seorang murid harus membaca suatu pelajaran dan terus menerus mengulanginya sampai dia menghafalnya.[1] Akan tetapi metode menghafal bisa bersifat pasif jika murid hanya sekedar menghafal tanpa di ikuti pemahaman karena ilmunya tidak akan berkembang.
· Tulisan
Metode tulisan di anggap sebagai metode yang paling penting dalam proses belajar mengajar pada masa itu. Metode tulisan ialah pengkopian karya-karya ulama. Metode ini disamping bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan tetapi juga besar artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
3. PRINSIP METODE PENDIDIKAN ISLAM
Agar proses pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam, seorang pendidik dalam meggunakan metodenya harus berpegang kepada prinsip-prinsip yang mampu mengarahkan dan kepada tujuan tersebut. Dengan berpegang kepada prinsip-prinsip tersebut, seorang pendidik diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan berlandaskan kepada ayat-ayat al-Quran dan al-Hadis, M. Arifin menetapkan sembilan prinsip yang harus dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan Islam, kesembilan prinsip tersebut adalah : prinsip memberikan suasana kegembiraan, prinsip memberikan layanan dengan lemah lembut, prinsip kebermaknaan, prinsip prasyarat, prinsip komunikasi terbuka, prinsip pemberian pengetahuan baru, prinsip memberikan model prilaku yang baik, prinsip pengamalan secara aktif, prinsip kasih sayang
4. PERANAN METODE PENDIDIKAN
Peranan metode pendidikan berasal dari kenyataan yang menunjukkan bahwa materi kurikulum pendidikan islam tidak mungkin akan tepat di ajarkan, melainkan diberikan dengan cara yang khusus. Ketidak tepatan dalam penerapan metoda ini kiranya akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu. Seorang pendidik juga memiliki aspek-aspek kewajiban yang harus di mengerti, yaitu :
· Hakekat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam, yakni membentuk pribadi orang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
· Mengadakan penelitian tentang aktualisasi metode-metode instruksional yang ditunjukkan Al-Qur’an atau yang dapat di deduksikan kepadanya.
· Berkenaan dengan pemberian motivasi atau disiplin, atau tema-tema Al-Qur’an tentang ganjaran atau hukuman.
Kunci pembentukan karakter dalam proses pendidikan menurut Al-Qur’an menunjukkan bahwa manusia itu lahir dengan fithrah yang baik. Kepercayaan akan adanya fithrah yang baik ini akan mempengaruhi implikasi-implikasi praktis bagi metode-metode yang seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar. Tugas seorang pendidik juga tidak hanya terbatas dalam merencanakan situasi-situasi pengajaran dan meninggalkan para pelajar agar memilih keputusan sendiri dengan mengacuhkan pilihan-pilihan yang seharusnya. Bahkan guru tidak bisa tinggal diam, apabila para pelajar memilih jalan yang tidak baik atau jalan yang sesat.
Seorang pendidik yang memudahkan urusan-urusan bagi para pelajarnya untuk membangun kecendrungan- kecendrungan mereka, maka hal ini tidak akan bisa terlaksana dengan baik jika hanya mempunyai perasaan-perasaan sejenis ini. Agar dapat mencapai tujuan pendidikan, maka seorang pendidik memiliki pertimbangan metode-metode mana yang seharusnya diterapkan, sebagaimana juga harus memilih waktu yang tepat bila dengan metode tertentu. Ketika guru atau pendidik gagal dalam memilih waktu yang tepat, maka hanya akan berakibat negatif.
Penerapan metode secara bertahap, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks merupakan prosedur kependidikan yang juga diperintahkan Al-Qur’an. Maka kata-kata Rabbani dengan jama’nya Rabbaniyyun didalam Al-Qur’an ada tiga ayat, bahwa sebagai pendidik yang baik adalah memulai mengajarkan kepada manusia dengan materi pengetahuan yang mudah sebelum mengajarkan yang sulit. Kata Rabb tersebut merupakan bentuk kata dasar yang mengindikasikan pentingnya penerapan metode dalam proses belajar mengajar.
Variasi metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Mengajar seorang murid untuk menulis sebuah kalimat secara cermat dan baik, harus merupakan tuntutan pengajaran menulis di papan tulis maupun di buku tulisnya, atau melalui tugasnya untuk melihat keterampilan dan tingkah laku muridnya. Dalam Al-Qur’an banyak sekali metode yang bisa diterapkan untuk menyampaikan kalam-kalam Allah kepada manusia.
5. PEMBAGIAN METODE PENDIDIKAN
a) Metode Hikmah
Sumber Metode Hikmah adalah :
· Allah menyebut namanya dengan kata hikmah dalam Al-Qur’an sebanyak 80 kali.
· Diantara pekerjaan Rasulullah saw, adalah mengajarkan Hikmah.
· Allah menganjurkan untuk berdakwah dengan Metode Hikmah ini, dalam surat Al-Nahl ayat 125.
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pembagiannya adalah :
· Metode Cerita dan Ceramah
Cerita tentang kejadian, terutama peristiwa sejarah, merupakan metode yang banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Banyak bagian-bagian Al-Qur’an yang berisi kisah kesejarahan atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, atau setidaknya merupakan bagian yang bisa di anggap cerita. Di samping itu, banyak pula kisah-kisah kesejarahan yang di abadikan dalam nama-nama surat Al-Qur’an. Pengujian tentang cerita Al-Qur’an ini telah banyak memberikan kesaksian terhadap keabsahan metodologi cerita atau metode historis. Terdapat dalam Firman Allah SWT :
ô‰s)s9 šc%x. ’Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã ’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏ‰tn 2”uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏ‰óÁs? “Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ Ÿ@‹ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« “Y‰èdur ZpuH÷qu‘ur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÊÊÊÈ
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. ( Q.S. Yusuf : 111)
Dalam surat tersebut dikatakan bahwa cerita itu mengandung pelajaran yang bermakna bagi manusia, berdasarkan pemahamannya akan cerita yang terjadi di dalamnya. Ternyata bukan semata-mata cerita kosong, namun harus mendapat perhatian pemikiran atau kebahagiaan yang terletak di hati manusia berkenaan dengan cerita yang ada di dalam Al-Qur’an. Tujuan yang lebih khusus tentang metode cerita dalam Al-Qur’an adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada Nabi SAW dalam perjuangannya melawan orang-orang kafir. Keseluruhan tujuan seperti inilah yang harus di ungkapkan sebagai contoh-contoh menuju cerita lebih lanjut. Cerita dan kisah tentang nabi-nabi dalam Al-Qur’an bertujuan menggapai relevansinya dengan perbuatan dan situasi yang dihadapi Nabi SAW bersama kaum mukminin. Firman Allah SWT :
yxä.ur Èà)¯R y7ø‹n=tã ô`ÏB Ïä!$t6/Rr& È@ß™”9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù 4 x8uä!%y`ur ’Îû ÍnÉ‹»yd ‘,ysø9$# ×psàÏãöqtBur 3“tø.ÏŒur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇÊËÉÈ
Artinya : “ Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S. Hud : 120)
Relevansi metode cerita di lingkungan sekolah seolah-seolah seperti benar-benar terjadi dengan sesungguhnya. Cerita-cerita yang di maksudkan merupakan metode yang sangat bermanfaat untuk menyampaikan informasi dan pelajaran. Maka kewajiban pendidik muslim adalah berkehendak melakukan realisasi peranannya untuk membentuk sikap-sikap yang merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan islam. Masalah pokok yang menjadi perhatian para pendidik dan sangat relevan dengan metode didalam Al-Qur’an adalah fenomena pengulangan dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi. Sebagian besar kisah-kisah yang di ceritakan didalam Al-Qur’an itu rata-rata dalam satu masalah diceritakan lebih dari satu surat Al-Qur’an.
Yang di maksud metode ceramah yaitu cara menyampaiakan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai.[2]
Jadi dengan penyampaian metode ini menggunakan lisan maupun tulisan seseorang dapat menyampaikan apa yang di ajarkan kepada anak didiknya. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaanya di kelas. Di dalam kelas peran guru lebih dominan.
Kelebihan metode ceramah:
· Bahan dapat di sampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat
· Guru dapat menguasai situasi kelas
· Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah di laksanakan
· Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga
Kekurangan metode ceramah:
· Ceramah hanya cenderung mempertimbangkan segi banyaknya bahan pelajaran yang akan disajikan, dan kurang memperhatikan/mementingkan segi kualitas (mutu) penguasaan bahan pelajaran
· Bila situasi kelas tidak dapat di kuasai oleh guru secara baik, maka proses pengajaran akan dapat menjadi tidak efektif. Bahkan dapat berakibat lebih jauh.
· Pada metode ceramah komunikasi hanya terpusat kepada guru. Dan siswa banyak berperan sebagi pendengar setia. Sehingga proses pengajaran sering dikritik karena murid terlalu pasif
· Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pelajaran yang telah di berikan itu oleh anak didik
· Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologis, maka ceramah dapat bersifat melantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.
· Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode ini lebih kita kenal dengan kata Pekerjaan Rumah (PR) yakni ketika guru di sekolah member tugas kepada muridnya untuk di kerjakan di rumah. Guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada murid agar tugas tersebut di kerjakan sebagai bentuk tanggung jawab dan kesadaran bagi si murid.
Kelebihan metode resitasi:
· Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa
· Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri
· Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar
· Dapat mempraktekan hasil teori/ konsep dalam kehidupan yang nyata/ masyarakat
· Dapat memperdalam pengetahuan siswa dengan spesialisasi tertentu.
Kekurangan metode resitasi:
· Siswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain
· Bila tugas di berikan terlalu banyak, siswa dapat mengalami kejenuhan, dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin siswa merasa terganggu
· Pemberian tugas cendrung memakan waktu, tenaga serta biaya yang cukup berarti.
b) Metode Mauidzah Hasanah
Metode ini adalah sebuah metode yang berdasarkan dengan metode yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.
Sumber Metode Mauidzah Hasanah adalah :
· Surat Al-Nahl ayat 125
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
· An-Nissa ayat 63
y7Í´¯»s9'ré& šúïÉ‹©9$# ãNn=÷ètƒ ª!$# $tB ’Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚÌôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóŠÎ=t/ ÇÏÌÈ
Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
· Nasehat atau Mauidzah adalah sebagai dasar Agama, seperti diungkapkan Rasul dalam Sabdanya, “Agama adalah Nasehat.”
Pembagiannya adalah :
· KADERISASI
Dalam menanamkan ajaran dan petunjuk kehidupan di hati umatnya Rasulullah mempergunakan metode yang tidak ada bandingannya sehingga ajaran-ajarannya benar-benar mendarah daging dalam jiwa mereka, lepasnya ajaran-ajaran tersebut dari hati mereka berarti kematian.
Metode yang diterapkan Rasulullah saw ini sangat layak untuk dipelajari agar kita tahu bahwa praktek belajar-mengajar yang beliau lakukan betul-betul terorganisir dengan rapi, sesuai dengan target yang hendak dicapai terhadap peserta didik. Jadi bukan sekedar pemahaman, hafalan dan pelaksanaan, tetapi lebih dari pada itu untuk melahirkan kader-kader pendidik. Karena apa-apa yang beliau ajarkan tidak hanya terbatas untuk satu generasi saja bahkan mencakup generasi-generasi yang telah lalu, sekarang dan yang akan datang, sehingga mampu membersihkan diri dari debu-debu yang mengotori kehidupan dan menjadikan hidup ini hanya untuk Allah swt semata.
Praktek belajar-mengajar pada zaman Rasulullah saw adalah untuk mempersiapkan kader-kader pendidik yang lebih dari sekedar mendengar, memahami, menghafal dan mengamalkan, tetapi harus mampu menyampaikan (tabligh).
Rasulullah tidak hanya mendidik untuk satu generasi, tetapi pendidikan tersebut untuk tujuan jangka panjang, membentuk generasi-generasi masa depan. Masa depan tidak pernah luput dari perhatian Nabi saw, karenanya beliau berwasiat kepada para sahabatnya untuk menyampaikan ajaran beliau kepada orang-orang yang datang sesudah mereka.
· MAJELIS-MAJELIS NABI SAW
Selaku pendidik, Rasulullah saw menyampaikan tugas kerasulannya pada setiap kesempatan yang memungkinkan baginya untuk menyampaikan risalahnya. Ada kalanya beliau menyampaikan di perjalanan atau di kediamannya, kepada perorangan atau di hadapan jamaah. Sungguhpun demikian, telah ditetapkan waktu-waktu tertentu untuk mengadakan majelis-majelis secara berjamaah di samping majelis-majelis lainnya. Lima kali sehari kaum muslimin berkumpul dan berjamaah di masjid dan seminggu sekali mereka menyelenggarakan pertemuan yang lebih besar, demikian pula pada hari raya setiap tahunnya, atau pun pada saat-saat tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi. Karena itu perlu kiranya di sini dijelaskan tentang beberapa hal berkaitan dengan majelis-majelis Nabi saw.
Penyelenggaraan majelis-majelis tersebut telah melahirkan peringkat teratas dalam pembentukan lingkungan ilmiah. Suasana yang hening selama Nabi saw berbicara dan menyampaikan pelajaran menunjukkan ketinggian adab mereka. Adab yang terpancar dari kandungan nilai-nilai ajaran al-qu’ran surat Al-Hujurat:1-3.
Mereka yang menghadiri majelis-majelis Nabi adalah orang-orang yang mampu menahan lidahnya guna memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi pendengarnya agar dapat menangkap semua yang disampaikan oleh Nabi, kecuali ketika mengajukan beberapa pertanyaan, memohon tambahan penjelasan ataupun beberapa hal menyangkut adab kesopanan. Bahkan Nabi melarang segala perbuatan yang akan melengahkan dan mengingatkan agar dapat mengkonsentrasikan perhatian dan pendengaran.
Maka, kendatipun majelis-majelis Nabi dihadiri dengan penuh ketenangan dan perhatian ketika berlangsungnya pengajaran, akan tetapi tidak terlepas dari selingan-selingan berupa gurauan dan canda yang ringan dan baik sehingga dengan begitu terjalinlah hubungan yang erat dan familiar antara guru dengan murid.
· METODE PENYAMPAIAN
Suatu metode penyampaian yang menjadikan seseorang yang awam mampu menghafal setiap ucapan yang di dengarnya dari Nabi saw, diantara sifat-sifat tersebut antara lain:
Susunan katanya teratur rapi dengan kefasihan yang tinggi. Bahkan beliau adalah orang yang paling fasih dalam berbicara sesudah Al-qur’an Al-karim.
Kekuatan dasar kaum Badui telah menyatu dengan kemurnian bahasa dan keindahan susunan kata masyarakat yang telah maju di masa itu dalam diri Nabi saw, sehingga mampu mengukuhkan argumentasi ketuhanan dengan wahyu sebagai sumber ilmu yang tidak seorang pun mampu menandinginya,
Apabila berbicara di depan jamaah, suaranya lantang penuh kewibawaan, sehingga dapat di dengar dengan jelas oleh para hadirin. Apabila jamaahnya terlalu banyak sehingga suaranya tidak dapat di dengar oleh mereka yang berada jauh di belakang, beliau perintahkan seseorang untuk mengulangi ucapan-ucapannya dengan suara yang lebih keras sehingga suaranya sampai ke tempat mereka.
Intonasi suara yang dibarengi dengan isyarat-isyarat tertentu yang dapat dilihat oleh pendengar akan memperjelas dan mengukuhkan makna setiap kata. Suara yang tinggi dan lantang bukan berarti teriakan-teriakan yang memekakkan telinga, tetapi suara yang jelas berintonasi, diucapkan dengan fasih, sehingga membuat perasaan nyaman bagi setiap orang yang mendengarnya.
Apabila berbicara, setiap tutur katanya terperinci dengan jelas dan tidak terlalu cepat sehingga bias dihafalkan, tidak pula terputus-putus sehingga banyak berhenti pada setiap suku kata. Bahkan petunjuk yang terkandung dalam makna setiap ucapannya adalah petunjuk yang paling sempurna.
Sungguhpun perkataan-perkataan dalam khutbah beliau disampaikan dengan singkat dan ringkas, namun penuh dengan makna-makna yang luas dan panjang, mengandung anjaran kenabian bagi seluruh alam. Semua makna yang terkandung dalam setiap ucapan beliau disampaikan dengan kerangka pemikiran yang tersusun rapi serapi sulaman-sulaman benang diatas kain, tidak ada seorang pendengar pun yang merasa kesulitan dalam memahami dan menghafalkannya.
· EVALUASI
Rasulullah saw selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para penanya untuk menanyakan apa saja yang tidak mereka ketahui. Beliau selalu memberi motivasi kepada para sahabatnya untuk menjaga baik-baik dan mencatat dengan rapi semua yang telah beliau ajarkan. Dalam majelis-majelisnya, beliau mengkoreksi setiap kesalahan para sahabatnya dalam memahami dan menghafal apa-apa yang beliau ajarkan.
· LANDASAN KEIKHLASAN
Diantara adab yang selalu ditanamkan oleh sang pendidik Rasulullah saw dalam setiap jiwa pengikutnya adalah “keikhlasan”, yakni meluruskan niat dalam belajar dan bekerja semata-mata karena Allah swt, sehingga mampu menempatkan ilmu dan amal pada peringkat teratas sebagaimana yang diharapkan. Lalu memperingatkan mereka dari perbuatan “riya” dan berniat selain karena Allah swt dalam menuntut ilmu.
c) Metode Mujadalah yang Ahsan
Sumber Mujadalah yang Ahsan yaitu :
· Allah memerintahkan menggunakan metode Mujadalah dalam surat Al-Nahl: 125 dan surat Al-Ankabut: 46.
· Metode ini merupakan akibat dari tabiat fitrah manusia yang suka membantah. Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi: 54
Pembagiannya adalah :
1. Metode Diskusi/Musyawarah
Dengan musyawarah inilah cara terbaik dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam pendidikan metode ini kita kenal dengan nama diskusi yaitu cara bagaimana seorang siswa menyajikan bahan pelajaran sehingga menarik siswa lainya sehingga akan timbulah pertanyaan-pertanyaan yang akan di diskusikan jawabannya.
Kelebihan metode diskusi:
· Suasana kelas lebih hidup dan dinamis
· Mempertinggi pastisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya baik secara individu maupun kelompok
· Merangsang siswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang di hadapi bersama dengan cara bermusyawarah
· Melatih sikap dinamis dan kreatif dalam berfikir
· Menumbuhkan sikap toleransi
· Hasik diskusi dapat di simpulkan dan mudah di pahami
· Memperluas cakrawala dan wawasan berfikir
Kekurangan metode diskusi:
· Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif dijadikan kesempatan untuk bermain-main dan menggangu temannya yang lain
· Apabila suasana kelas tidak di kuasai, kemungkinan pengguanaan waktu menjadi tidak efektif dan dapat berakibat tujuan pelajaran tidak tercapai
· Sulit memprediksi arah penyelesaian jika terjadinya perbedaan pendapat
· Bagi siswa yang pemalu sulit untuk mengeluarkan pendapat.[3]
2. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ini suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa untuk menyelesaikan tugas yang telah di tentukan dengan cara bersama-sama atau tolong-menolong. Sebaimana firman Allah:
Kelebihan metode kerja kelompok:
· Menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan
· Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagi kelompok yang terbaik
· Kemungkinan terjadi adanya transfer ilmu pengetahuan antar sesama kelompok
· Timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok
· Dapat meringankan tugas guru
Kekurangan metode kerja kelompok:
· Memerlukan persiapan yang matang
· Persaingan yang tidak sehat bisa saja terjadi apabila guru tidak memberikan pengertian kepada siswa
· Apabila ada siswa yang pemalas ia akan pasif dalam kelompoknya
· Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang teras terabaikan
· Jika tugas yang diberikan kepada kelompok tidak diberikan batas waktu tertentu maka akan terabaikan.[4]
3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab ialah cara menyajikan materi pelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk di jawab.
Kelebihan metode Tanya jawab:
· Situasi kelas menjadi hidup karena siswa aktif
· Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapatnya
· Mengetahui perbedaan pendapat antarsiswa dan guru
· Membangkitkan semangat belajar dan daya saing antar siswa
· Dapat mengukur batas kemampuan terhadap pelajaran yang telah di berikan
Kekurangan metode Tanya jawab:
· Jika terjadi pendapat akan menyita waktu untuk menyelesaikannya
· Tanya jawab dapt menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan
· Tidak cepat merangkum bahan pelajaran
· Tanya jawab akan mebosankan jika pertanyaan tidak variatif.
4. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Metode ini bertujuan agar dapat membantu siswa dalam lancarnya proses belajar mengajar dan meningkatkan kerja sama antar guru dalam mengembangkan mata pelajaran. Dalam islam sangat dinajurkan untuk menasehati sesama. Sebagaimana firman Allah:
ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# ’Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr : 1-3)
Kelebihan metode system regu:
· Banal interaksi mengajar akan lebih lancar
· Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan mendalam
· Unsur kerjasama antar siswa dan guru sangat menonjol
· Tugas mengajar guru lebih ringan
· Pelajaran yang diberikan guru dapat di pertanggung jawabkan karena di tangani oleh beberapa guru
Kekurangan metode system regu:
· Pelajaran tidak sistematis, jika masing-masing berjalan sendiri
· Kemungkinan dalam pembentukan regu hanya membicarakan factor ekonomis pengajaran yang justru bukan hal pokok
· Jika terciptanya hubungan kerja regu yang tidak harmonis akan berakibat tidak tercapainya tujuan pelajaran
5. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pelaksanaan metode ini siswa di biasakan untuk percaya terhadap dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi.
Kelebihan metode pemecahan masalah:
· Mendorong siswa untuk berpean aktif dan kreatif dalam mencari bentuk pemecahan masalah
· Mendorong siswa untuk belajar sambil bekerja
· Memupuk rasa tanggung jawab
· Melatih siswa agar tidak berfikir sempit
Kekurangan metode pemecahan masalah:
· Banyak menimbulkan resiko
· Kesulitan mengevaluasi secara tepat
· Memerlukan waktu pemecahan masalah yang matang
6. RELEVANSI METODE PENDIDIKAN ISLAM DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN
Tidak ada suatu metode yang mutlak baik dan begitu pula sebaliknya tidak ada suatu metode yang jelek. Sesuai dengan hal tersebut, sebelum tidak ada suatu metode yang akan digunakan, terlebih dahulu ditanyakan apa yang diharapkan dicapai oleh murid sesudah proses belajar mengajar berakhir atau perubahan-perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri murid. Perubahan-perubahan itu mungkin meliputi cara berfikir, cara berbuat, cara merasa, pengetahuan dan keterampilan. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai itu meliputi tiga lapangan yaitu lapanan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan-tujuan tersebut harus pula dikemukakan secara jelas dan tepat. Dengan demikian tujuan itu akan banyak membantu dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar misalnya membantu petunjuk untuk memilih metode belajar dan mengajar, untuk menentukan alat dan bahan pelajaran dan untuk menentukan prosedur penilaian. Tujuan semacam itu pada umumnya lebih menekankan pada aspek proses belajar dan bukan pada aspek pelajaran atau aspek kegiatan guru. Hal ini berarti pula bahwa guru maupun murid mendapat kesempatan untuk memilih bahan dan metode untuk mencapai tujuan secara fleksibel.
III. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Dari banyak faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan, metode pembelajaran dan mentalitas pendidik memerlukan perhatian khusus. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara memuaskan atau tidak.
Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan, tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Metode pendidikan Islam adalah berbagai macam cara yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. dalam menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu mempertimbangkan aspek aspek lain dari pembelajaran, seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu .
Penerapan metode secara bertahap, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks merupakan prosedur kependidikan yang juga diperintahkan Al-Qur’an. Variasi metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Metode pendidikan pun dibagi menjadi tiga, yaitu ; metode hikmah (caranya dengan cerita atau ceramah serta pemberian tugas), metode mauidzoh hasanah (caranya dengan pengkaderan, majelis-majelis Nabi SAW, penyampaian, pengevaluasian, dan keikhlasan), dan metode mujadalah yang ahsan (Metode Diskusi/Musyawarah, Metode Kerja Kelompok, Metode Tanya Jawab, Metode Sistem Regu (Team Teaching), Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving))
Tidak ada suatu metode yang mutlak baik dan begitu pula sebaliknya tidak ada suatu metode yang jelek. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai itu meliputi tiga lapangan yaitu lapanan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan-tujuan tersebut harus pula dikemukakan secara jelas dan tepat. Dengan demikian tujuan itu akan banyak membantu dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar misalnya membantu petunjuk untuk memilih metode belajar dan mengajar, untuk menentukan alat dan bahan pelajaran dan untuk menentukan prosedur penilaian. Tujuan semacam itu pada umumnya lebih menekankan pada aspek proses belajar dan bukan pada aspek pelajaran atau aspek kegiatan guru. Hal ini berarti pula bahwa guru maupun murid mendapat kesempatan untuk memilih bahan dan metode untuk mencapai tujuan secara fleksibel.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: 2007
Abdul Fatah, Rohandi dan M. Tata Taufik, Manajemen Dakwah di era Global. Jakarta: CV. Fauzan Inti Kreasi, 2004
Anwar, Qomari Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa, Jakarta: Uhamka Press, 2003
Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW., Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994
Gulen, M. Fethullah, Versi Teladan: Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. (Terj.), Jakarta: PT. Rosda Karya, 2002.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001
Zuhairimi, Sejarah pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Daradjat, Zakiah, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. 1996. Jakarta : Bumi Aksara
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2005. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Jalaludin, Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam. Konsep dan Perkembangan. 1996. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Yusuf Al-Qardhawi. Kerangka Dasar Metode Pengajaran.
Hanun, Asrahah. Sejarah Pendidikan Islam. 1999. Ciputat : Logos wacana Ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar