BAB I
PENDAHULUAN
Metode Inkuiri pada suatu hasil 1957 yang menunjukkan 97% dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di kelas adalah dilakukan oleh guru. Selain dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat empiric dan lebih menekankan pada hipotesa dan pengujian hipotesa serta kesimpulan pada guru (James Raths, et al (Eds), 1971:215). Alasan-alasan di atas itulah kiranya menyebabkan mengapa metode tersebut inkuiri, menemukan sendiri dan pemecahan masalah menjadi salah satu dalam pengajaran. Di samping itu penting untuk dipahami oleh guru bahwa inkuiri yang didasarkan pada prosedur pemecahan masalah yang ilmiah merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk mengetahui bahwa sesuatu itu benar. Tidak sekedar mengingat fakta atau informasi. Untuk pertanyaan-pertanyaan seperti “ mengapa”, Bagaimana Anda tahu”. Istilah metode menemukan sendiri ( discovery method), selain inkuiri dan pemecahan masalah adalah salah satu prosedur mengajar yang menekankan pada studi individual, manipulasi objek dan percobaan lainnya sebelum siswa membuat generalisasi. Mungkin dapat juga dikatakan bahwa pendekatan menemukan sendiri ( discovery) merupakan upaya mengatasi metode mengajar ekspositori dimana dengan metode tersebut guru member kesempatan atau mendoronng siswa untuk menemukan sendiri informasi yg biasanya sudah disampaikan guru kepada siswa . Dalam strategi yang bersifat ekspoositori, guru hanya menuntut siswa untuk memberikan jawaban dengan sekedar mengingat apa yang telah merka dengarkan, baca, atau amati. Dengan strategi inkuiri, menemukan sendiri dan pemecahan masalah, maka perhatian guru
lebih meningkat pada apa di balik pemahaman literal siswa dari apa yang telah diajarkan. Dengan upaya meningkatkan pengalaman dan kepercayaan diri, pada diri siswa dan dapat mengajukan pertanyaan dengan pemikiran lebih jauh seperti menafsirkan, menganalisis, mengsintes atau menggunakan.[1]
lebih meningkat pada apa di balik pemahaman literal siswa dari apa yang telah diajarkan. Dengan upaya meningkatkan pengalaman dan kepercayaan diri, pada diri siswa dan dapat mengajukan pertanyaan dengan pemikiran lebih jauh seperti menafsirkan, menganalisis, mengsintes atau menggunakan.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Popham & Baker (1992 : 79) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13) metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian. Margono (1989 : 30) mengemukakan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya. Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13) mengemukakan bahwa agar metode ceramah efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut: a) merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas, b) mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa, c) menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance organizer), d) menyampai-kan bahan dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan tulis, memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan memberikan umpan balik (feed back), memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi, e) merencanakan evaluasi secara terprogram. Metode retitasi adalah metode pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, meskipun sebutan ini tidak seluruhnya benar. Metode tanya jawab digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang kegiatan berfikir siswa, dan untuk mengetahui keefektifan pengajarannya, sebagai mana diutarakan Popham & Baker (1992 : 89). Penerapan metode tanya jawab guru dapat mengatur bagian-bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus.
Dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah harus peka terhadap respon siswa. Skiner dalam Driscoll (1994 : 30) menjelaskan bahwa diskripsi hubungan antara stimulan dan respon tidaklah sesederhana yang diperkirakan, melainkan stimulan yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini artinya mempengaruhi respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekwensi yang akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Untuk menciptakan terjadinyan interaksi, menarik perhatian siswa dan melatih keterampilan siswa, metode ceramah biasanya dikombinasikan dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Resitasi atau tugas dapat pula dikerjakan di luar rumah ataupun di dalam laboratorium. Pasaribu mengemukanan bahwa metode resitasi mempunyai tiga fase, yaitu : a) guru memberi tugas, b) siswa melaksakan tugas, dan c) siswa mempertanggung-jawabkan pada guru apa yang telah dipelajari (Sutomo, 2003: 45).
Menurut Sujadi (1983 : 3), di dalam pembelajaran matematika penggunaan metode ceramah dan tanya jawab tersebut masih ditambah dengan pemberian contoh-contoh berupa gambar-gambar, model bangunan, dan contoh rumus-rumus beserta penggunaannya. Guru menjelaskan materi dengan bantuan gambar atau model, untuk mempermudah penanaman konsep bangun datar dan ruang.
Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti S.P (1999 : 43) menamakan model konvensional ini dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (the Teacher Centered Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada guru hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.
Somantri (2001 : 45) membedakan metode ekspositori dan metode ceramah. Dominasi guru dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, informasi diberikan pada saat-saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pemebelajaran, menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebaginya. Metode ekspositori adalah suatu cara menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan informasi dengan lisan atau tulisan.
Menurut Herman Hudoyo(1998 : 133) metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan. Pentatito Gunawibowo (1998 : 6.7) dalam pembelajaran menggunakan metode ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada guru. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini dominasi guru sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode demonstrasi, metode ini masih nampak lebih banyak.
Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6.7) menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.
Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan guru.[2]
Konsep danb Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi Pembelajaran ekspositori akan efektif apabila :
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi Pembelajaran ekspositori akan efektif apabila :
- Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa.
- Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu,misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran,sehingga ia akan dapat mengungangkapkannya kembali manakala diperlukan.
- Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan,artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru,misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus.
- Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu.
- Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur,biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
- Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
- Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu.
- Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur,biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
- Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
- Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
- Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa,misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
- Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
1.Rumuskan tujuan yang ingin dicapai.
2.Kuasai materi pelajaran dengan baik.
3.Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu :
a.Persiapan
b.Penyajian
c.Menghubungkan
d.Menyimpulkan
e.Penerapan
a.Persiapan
Dalam strategi ekspositori,langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting,tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah :
- Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif.
-Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
-Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
-Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam persiapan diantaranya :
- Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negative.
-Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
- Bukalah file dalam otak siswa.
b.Penyajian
-Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
- Intonasi suara, pengaturan nada suara akan akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,sehingga tidak akan mudah bosan.
- Menjaga kontak mata dengan siswa,melalui kontak mata yang selamanya terjaga,siswa bukan merasa dihargai oleh guru,akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses pembelajaran.
c.Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya.
d.Menyimpulkan
menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan.
f.Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.
menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan.
f.Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.
§ Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori
§ Keunggulan
a. Dengan strategi ekspositori,guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
b. Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sangat luas,sementara waktu yang disediakan cukup terbatas.
c. Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan ,siswa juga bisa melihat atau mengobservasi.
d. Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar.
a. Dengan strategi ekspositori,guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
b. Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sangat luas,sementara waktu yang disediakan cukup terbatas.
c. Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan ,siswa juga bisa melihat atau mengobservasi.
d. Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar.
§ Kelemahan
a. Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiiki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,pengetahuan,minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
c. Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah,maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi,serta kemampuan berpikir kritis
d. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru,baik persiapan,pengetahuan,semangat,antusiasme,motivasi dan berbagai kemampuan yang lain.
e. Karena lebih banyak satu arah,maja kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
a. Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiiki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,pengetahuan,minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
c. Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah,maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi,serta kemampuan berpikir kritis
d. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru,baik persiapan,pengetahuan,semangat,antusiasme,motivasi dan berbagai kemampuan yang lain.
e. Karena lebih banyak satu arah,maja kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
B. Metode Inquiry
Manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan. Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir). Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Metode inkuiri salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, dalam metode inkuiri siswa sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah. Pendekatan dan strategi pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan
Berikut ini beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri[3]:
o Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
o Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
o Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut[4]:
A. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
o Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
o Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
o Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang sedang dipelajari dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran yang sedang dipelajari. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inkuiri (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu :
- Question
- Student Engangement
- Cooperative Interaction
- Performance Evaluation
- Variety of Resources
v Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
v Student Engangement
Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
v Cooperative Interaction
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
v Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
v Variety of Resources
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
C. Pengembangan pembelajaran inquary
Di dalam proses belajar mengajar yang penting harus di tandaskan adalah aktifitas siswa. Strategi belajar mengajar harus di usahakan kadar keterlibatan siswa setinggi mungkin, dan siswa diberi kesempatan luas untuk menyerap informasi, mengahayati peristiwa-peristiwa untuk pembentukan sikap.
Ø Pengertian pendekatan inquary dan pendekatan penemuan dalam pengembangan pembelajaran.
Pengajaran menggunakan pendekatan inquary merupakan model pengajaran yang berorientasi dan pengolahan informasi untuk melatih siswa memiliki kemampuan berfikir untuk menemukan dan mencari sesuatu pengetahuan secara ilmiah. Lebih jelasnya dengan inquary berarti dalam pengajaran itu dimaksudkan untuk membantu siswa secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi, teori secara mandiri (independent).
menurut Sund pengembangan pembelajaran inquary dengan penemuan dalam kegiatan belajar mengajar, maksud penemuan disini adalah membantu siswa untuk menggunakan proses mental dalam mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Bagi seorang siswa untuk membuat penemuan, ia harus melakukan proses mental dengan mengamati, menggolongkan membuat dugaan, mengukur, menjelaskan, dan menarik kesimpulan.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pendekatan inquary dalam pengembangan pembelajaran adalah dengan mengutamakan kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan proses mental dalam menentukan konsep dan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya. Konsep atau prinsip itu ditemukan sebagai hasil atau akibat adanya pengalaman belajar yang telah “diatur” secara seksama oleh pelajar. Untuk mencari sesuatu sampai menemukan hasil belajar melalui proses-proses:
· Asimilasi, yaitu memasukkan hasil pengamatan kedalam struktur kognitif siswa yang telah ada.
· Akomodasi, yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam arti penyesuaian didalam struktur kognitif yang lama sehingga cocok dengan gejala (fenomena)baru yang di amati.
Strategi belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan penemuan inquary ini termasuk dalam strategi keuristik-hypotetik (keduanya menekankan peranan penggunaan proses-proses mental siswa untuk memahami objek atau sesuatu yang mereka jumpai di lingkungannya.[5]
A. Tujuan dari proses inquary terhadap pengembangan pembelajaran.
Suchman mengemukakan tujuan dari proses inquary merupakan pemikiran yang mantap yang implikasinya untuk perbaikan pendidikan gurudan peningkatan peristiwa kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru hendaknya mengembangkan proses inquary dengan memusatkan pada problrm-problem yang belum dipecahkan oleh siswa. Orientasi guru adalah memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
B. Proses belajar melalui pendekatan inquary
Proses belajar inquary dapat dilakukan denga beberapa aktifitas, yaitu:
1. Bertanya, artiya tidak semata-mata mendengarkan dan menghafal.
2. Bertindak, artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan
3. Mencari, artinya tidak semata-mata mendapatkan
4. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata belajar fakta
5. Mengaalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan
7. Berfikir, artinya tidak semata-mata melamun/membayangkan
8. Menghasilkan/memprodusir, artinya tidak semata-mata menggunakan
9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan
10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembali
11. Menerapkan, artinya tidak semata-mata mengingat-ingat
12. Mengeksperimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan
13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima.
14. Merancang, artinya tidak semata-mata berakal
15. Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.
C. Beberapa kondisi yang diperlukan untuk proses belajar inquary
ü Kondisi yang fleksibel, bebas, terbuka, untuk berinteraksi
ü Kondisi lingkungan yang responsif
ü Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian
ü Kondisi yang bebas dari tekanan.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan inquary adalah:
Ø Guru mampu menstimulasi (memberi rangsang dan menantang siswa untuk berfikir)
Ø Guru mampu memberikan fleksibelitas (kesempatan dan keluwesan serta kebersamaan untuk berpendapat, berinisiatif, dan bertindak)
Ø Guru mampu untuk memberikan dukungan untuk inquary
Ø Guru mampu mendiagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya
D. Beberapa keuntungan mengajar dengan menggunakan pendekatan-penemuan dan pendekatan inquary.
Ø Pengajaran berpusat pada satu siswa
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar.
Ø Pengajaran inquary dapat membentuk self concept (konsep diri)
Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif.
Ø Tingkat pengharapan bertambah
Ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
E. Kelemahan-kelemahan pendekatan inquary dalam pengembagan pembelajaran
1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar ini, dengan hati yang kokoh ia harus mampu menghilangkan hambatan.
2) Bila digunakan dalam kelas dengan jumlah yang besar, dirasa kurang berhasil
3) Siswa yang terbiasa belajar dengan pelajaran tradisional yang dirancang guru, biasanya sulit untuk memacu diri, apalagi belajar mandir i, sehingga mengecewakan guru dan siswa sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi. Sedangkan Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir). Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Metode inkuiri salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, dalam metode inkuiri siswa sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah. Pendekatan dan strategi pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. Dr. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan pustaka, alisis kebudayaan, Th. 1 No. 3, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 11980/1981
Materi pokok 1 (Proses Belajar dan Mengajar)
Stack, Edward M, The Language Laboratorium and language teaching, New Oxford University Press, 1971
Azis, Abdul, Metode dan model-model mengajar, Alfhabeta, Bandung:2009
http://adiwarsito.wordpress.com/2010/08/14/metode-belajar-inquiry/
[1] Prof. Dr. h. Abdul Azis Wahab, M.A, Metode dan model – model mengajar , Alfabeta: Bandung h.92
[2] Www.google.com facebook fasilitator idola,dibuka jam 05.00
[4] ibid., hlm. 202.
[5][5] Burhan, Jazir, problema bahasa danpelajaran bahasa Indonesia, bandung, hal 4.25
0 komentar:
Posting Komentar