1. Masa masuk dan berkembangnya Islam
a. Akselerasi perkembangan Islam pada umumnya
Ditandai dengan percepatannya islam dalam berkembang di dunia dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Selain itu akselerasi dan dinamika islam juga dipengaruhi oleh hal-hal positif yang mendukungnya, diantaranya :
· Faktor ajaran islam itu sendiri yang membuak peluang masyarakat untuk mudah mengerti dan juga dalam pelaksanaannyah dapat diamalkan dan memberikan ganjaran jalan keluar yang baik
· Faktor tempat kelahiran Islam (Jazirah Arab) yang memang termasuk kategori yang strategis dengan bangsa-bangsa yang telah memiliki kebudayaan yang maju sehingga dengan mudah jalannya
penyebaran ajaran islam. Selain itu memang kawasan ini dikelilingi oleh perairan sehingga hubungan antara arabia dengan dunia luar bisa dengan jalan darat maupun laut.
· Disisi lain karena kondisi arab yang berlatarkan padang pasir dan gunung yang tandus, jarang sekali lahan pertanian yang subur, maka mendorong masyarakat arab untuk keluar dan bertransaksi perdagangan dalam mencukupi kebutuhan mereka. Perlu kita ketahui bahwa rute perdagangan dan pelayaran antara Teluk Persia dan Laut Merah dan Kepulauan Indonesia telah dikenal sejak dahulu kala, jauh sebelum agama islam dilahirkan. Rute perdagangan itu dari laut merah maupun teluk persia melalui pantai barat dan timur india, kemudian dari pantai Birma dan pantai barat Malaysia. Timbulnya agama islam di sekitar Laut Merah dan kemudian di sekitar Teluk Persia serta perubahan politik yang timbul karenanya tidak mengakibatkan perubahan jalannya arus perdagangan yang menghubungkan daerah itu dengan Negri Cina maupun dengan Kepulauan Indonesia.[1] Dan yang terkenal dari para pedagang adalah keramahtamahannya dalam berdagang yang juga merupakan faktor positif akselerasi ajaran islam. Serta iklim arab yang selalu berganti-ganti juga memperkuat pertahanan tubuh mereka di negara lain dalam menyebarkan islam sehingga rohani dan jasmaninya tidak terganggu.
b. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Indonesia dengan mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain karena faktor geografisnya yang sangat strategis dan terkenal dengan tanah air yang subur sehingga bangsa lain yang membutuhkan rempah-rempah dan kebutuhan lainnya dapat terpenuhi dan singgah di Indonesia.
Dengan datangnya muballigh yang merupakan pedagang arab yang pertama kali singgah di pantai barat pulau Sumatra dan bermodal kepribadian yang baik dengan mudah rakyat indonesia dengan para penguasa pada zaman dahulu menerima dakwah mereka. Selain itu juga membantu mencerdaskan rakyat juga membina karakter bangsa. Menurut pendapat Dr. J.M. van der Kroef menulis di dalam bukunya “Indinesia in the Modern World” bahwa orang arab yang mula-mula datang ke Indonesia berorientasi mistik yang jelas yang berabad-abad berkembang di Sumatra, mula-mula didahului oleh guru India, tetapi kemudian juga oleh orang arab dari madinah pada abad XVII. Selama empat abad pimpinan agama islam di Indonesia berada di tangan orang India dan baru pada abad XVI pengaruh arab mulai masuk ke Indonesia tanpa saingan dan melalui dua jalan yaitu hadramaut dan dari mekkah.[2]
Zaman Kerajaan Islam ke I di Aceh
Ketidak ambisian masyarakat islam dalam bidang politik menyebabkan hal positif dalam penyebaran dan penyiaran islam dengan mudah. Dengan jarak yang lumayan lama islam berhasil membuat sebuah kerajaan islam pertama di Indoinesia, yaitu Pase atau kerajaan Samudera di daerah Aceh (10M), rajanya bernama al Malik al Shaleh yang mmiliki kepribadian yang shaleh, alim, bergaya hidup sederhana serta fasih berbahasa arab. Pada masa kerajaan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan yang dianut bersifat informal (majlis ta’lim dan halaqoh), materi pendidikannya berupa bidang syari’ah yang menganut mazhab syafi’ie, tokoh ulama dari kalangan tokoh pemerintahan itu sendiri sehingga biaya pendidikan pun berasal dari negara.
Beberapa fakta peninggalan sejarah membuktikan bahwa pada permulaan abad XIsudah terdapat orang Islam di pulau Jawa. Di desa Leran Jawa Timur, ditemukan suatu makam yang menurut tulisan arab nya di batu nisan, adalah makam seorang wanita bernama Fathimah binti Manshur binHibatalloh yang wafat pada tahun 1082.[3]
Penyiaran islam semakin berkembang hingga singgah di Jawa pada abad 4M yang dibawa oleh Maulana Malik Ibrahim pada masa kerajaan Majapahit yang istri dari salah satu rajanya beragama islam, Cempa. Kemudian melahirkan putera yang bernama Raden Fatah yang kemudian menjadi raja pertama di Jawa, yaitu kerajaan Demak.
Tentang Walisongo
Semakin pesat dan kuatnya penyiaran islam dijawa terlebih dengan adanya pimpinan yang dikenal dengan Walisongo yang terdiri dari 9 pemimpin dakwah Jawa. Walisongo tersebut antara lain adalah:
1. Maulana Malik Ibrahim = Maulana Syech Magribi
Berhasil mencetak kader muballigh selama 20 tahun. Beliau menyiarkan agama Islam dengan membangun pondok pesantren. Beliau dengan wali yang lain dekat sekali kekerabatannya. Dan dengan hubungan itu beliau juga menghubungkan pendidikan Islam ini dengan cara menjadi besan, menantu, atau ipar.
2. Sunan Ampel = Raden Rahmat
Mewarisi pondok pesantren ayahnya yaitu Malik Ibrahim dan beliau dijadikan menantu oleh penguasa Tuban bernama Ario Tejo. Dan disitulan Islam dikembangkan. Dan beliau ini juga menjadi guru dari Raden Fatah yang merupakan pendiri kerajaan Islam yang pertama di Demak.
3. Sunan Bonang = Maulana Ibrahim
Beliau merupakan anak dari Sunan Ampel dan dia menaruh perhatian besar pada bidang kebudayaan dan kesenian. Daerah yang biasa menjadi operasinya yaitu Surabaya dan Rembang. Beliau mengarang lagu Jawa yang berlandaskan Islami.
4. Sunan Derajat = Raden Qasim
Merupakan anak Sunan Ampel juga dan sekaligus adik Sunan Bonang menjadi penasihat dan pembantu Raden Fatah dalam pemerintahannya. Perhatiannya khusus ditujukan kepada fakir miskin, mengorganisir amil, zakat dan infak. Dan beliau selalu mengajarkan untuk hidup sederhana.
5. Sunan Giri = Raden Paku = R. Ainulyaqin
Beliau saudara sepupu Sunan Ampel. Ayahnya berdarah ulama dan ibunya berdarah bangsawan. Dia menjadi menantu dari Sunan Ampel. Beliau mengutamakan pendidikan dan menggunakan mazhab syafi’i, dan beliau merupakan pemersatu Indonesia di bidang pendidikan.
6. Sunan Kudus = R. Amin Haji = Ja’far Sadiq
Beliau mendalami ilmu Syari’at. Tugasnya menjadi hakim tinggi di Demak dan menjadi panglima militer. Bidang hukum yang ditekuni yaitu muamalat.
7. Sunan Muria = R. Prawoto = R. Said
Beliau menjadi ipar Sunan Kudus, dan terkenal zuhud dan menjadi guru tasawuf yang terkenal pendiam, tapi pandangannya luas dan tajam.
8. Sunan Kalijaga = R. Syahid
Beliau pada masa kecil di didik dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran khususnya di laut dan salah satu pembuat masjid agung di Demak. Dakwah Sunan Kalijaga ditujukan kepada tani dan buruh. Dan biasanya beliau berdakwah dengan menggunakan wayang kulit.
9. Sunan Gunung jati = R. Abdul Qadir = Syarif Hidayatullah = Falatehan = Fatahilah
Beliau telah mendapat kemenangan dalam merebut kota Jakarta dari tangan Portugis. Beliau adalah tokoh politik, militer, dan ulama yang menjadi raja muda Cirebon dan Banten dibawah lindungan Demak. Dan beliau juga memimpin pondok pesantren di Cirebon.
Walisongo merupakan orang saleh yang tingkat ketakwaannya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah Islam dengan keahlian yang berbeda. Ada ilmu tassawufnya, seni budanyanya, pemrintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.
Zaman Kerajaan Islam di Maluku
Penyebaran Islam ke Maluku dibawa oleh muballig dari Jawa dan dari Malaka. Raja Marhum Sultan Ternate masuk Islam atas pengaruh Maulana Husain seorang saudagar dari Jawa. Raja Maluku yaitu Sultan Zainal Abidin adalah terkenal dibidang pendidikan dan dakwah. Tertekan oleh perdagangan Muslim, Raja lebih memilih belajar tentang Islam ke Madrasah Giri. Sekembalinya ke Maluku diajaknya Tuhubahalul untuk ikut membantu menyebarkan Islam di kepulauan Maluku.[4]
Dakwah Islam di Maluku mendapatkan dua tantangan dari orang-orang yang masih animisme dan dari orang Portugis yang mengkristenkan penduduk Maluku. Sultan Sairun adalah tokoh yang paling keras melawan orang Portugis dan usaha Kristenisasi di Maluku. Tokoh missi Katolik pertama di Maluku bernama Fransiscus Zaverius tahun 1456 M. Berkat seorang qadi bernama Ibrahim, di Ambon telah berhasil didirikan sebuah masjid beratap tujuh yang meniru masjid di Giri.[5]
Zaman Kerajaan Islam di Kalimantan
Penyebaran Islam di Kalimantan berjalan secara cara damai pada abad ke 15 M. Islam masuk ke Kalimantan dibawa oleh muballig dari Jawa. Islam yang berkembang tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh kerajaan Islam di Jawa yaitu Demak sebagai syarat yang harus dipenuhi Banjarmasin untuk mendapatkan bantuan kekuatan melawan musuhnya.[6]Sunan Bonang dan sunan Giri memiliki santri-santri dari daerah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sunan Giri berumur 23 tahun pernah pergi bersama saudagar Kamboja bernama Abu Hurairah ke Kalimantan. Di Kalimantan terkenal gubahan Kalam Muyang dan gubahan sumur serumbung. Perkembangan Islam mulai sempurna setelah kerajaan Islam di Banjar dipimpin oleh Sultan Suriansyah tahun 1540 M bergelar pangeran Samudera dan dibantu oleh Patih Masih.
Di Kalimantan tahun 1710 di zaman Kerajaan Islam Banjar ke-7 di bawah pemerintahan Sultan Thmilillah telah lahir syekh yang terkenal sebagai mubalig dan pendidik terbesar yaitu Syekh Arsyad Al Banjari dari desa Kalampayan Martapura.[7] Beliau mampu mempengaruhi seluruh Kalimantan, mendirikan pondok pesantren Darussalam di kampung dalam pagar dan aktif dalam menulis kitab-kitab agama. Beliau sewaktu kecil diasuh oleh Sultan Tahmililah dan pernah belajar di Mekah dan Madinah selama 30 tahun. Kemudian wafat pada zaman Sultan Sulaiman. Umumnya sistem pengajian kitab agama di pesantren Kalimantan sama dengan pengajian di pondok pesantren Jawa dengan sistem halaqah, menerjemahkan kitab-kitab yang dipakai ke dalam bahasa daerah (banjar) sedang para santri menyimaknya.[8]
Zaman Kerajaan Islam di Sulawesi
Kekuatan Islam di wilayah ini didukung oleh kerajaan Gowa dan Tallo yang menjalin hubungan baik dengan Ternate dan Giri di Gresik. Kerajaan kembar Gowa Tallo tahun 1605 M rajanya bernama Sultan Abdullah Awwalul Islam. Menyusul kemudian Raja Gowa bernama Sultan Alaudin memimpin tahun 1591-1636 M. Seorang mubalig yang berjasa adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal dengan gelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau yaitu murid sunan Giri. Tradisi setempat turut mempercepat menyebarnya Islam. Konflik-konflik internal mulai terjadi seiring campur tangan Portugis dan Belanda.[9] Syekh Maulana Yusuf (seorang ulama besar kelahiran Sulawesi) pernah belajar di Mekah tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di Banten. Beliau memiliki banyak santri dari Makasar. Belanda membuangnya ke Srilangka karena beliau memberontak kemudian beliau wafat di Afrika Selatan dan dimakamkan di Makasar.
2. Berbagai kebijakan pemerintah Belanda dan Jepang dalam bidang Pendidikan Islam
a. Masa penjajahan Belanda
Kedatangan bangsa Barat membawa kemajuan teknologi, namun tujuan mereka adalah meningkatkan penjajahan. Mereka hanya menginginkan tenaga bantuan untuk membantu kepentingan Belanda dengan dibayar upah murah. Mereka menyebut pembaharuan pendidikan adalah westernisasi dari Kristenisasi. Motif ini sebenarnya hanya untuk kepentingan Barat dan Nasrani. Sebagai bangsa penjajah mereka menganut pikiran Machiavelli yang menyatakan :
a) agama dibutuhkan bagi pemerintah penjajah
b) agama dipakai utuk menjinakan dan menaklukan rakyat
c) setiap aliran agama dianggap palsu oleh pemeluk agamanya dan dapat dipecah belah agar meminta bantuan pada pemerintah
d) janji dengan rakyat tidak perlu ditaati jika merugikan
e) mencapai tujuan dapat menghalalkan segala cara.
Pemerintah Belanda mulai menjajah pada tahun 1619 M, ketika Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta dan dilawan oleh Sultan Agung Mataram. Pada zaman Islam ini nama hari dan tahun diambil dari Islam. Namun hitungan tahun diambil dari Jawa. Setelah Belanda mampu mengatasi pemberontakan–pemberontakan yang dilakukan tokoh-tokoh politik dan agama yaitu pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, Teungku Cik Di Tiro, Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin dan yang lainnya, sejarah kolonialisme Indonesia mengalami fase baru yaitu Belanda secara politik sudah menguasai bangsa Indonesia. Saat Van den Boss menjadi gubernur Jendral di Jakarta tahun 1831 terdapat kebijakan bahwa sekolah-sekolah gereja dianggap dan diperlukan sebagai sekolah pemerintah. Pendidikan agama Islam di pondok pesantren, masjid, mushala dianggap tidak membantu pemerintah Belanda dan dianggap masih buta huruf latin.
Pemerintah Belanda membentuk suatu badan yang mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam disebut Priesterraden. Pada tahun 1925 M semua Kyiai dilarang memberikan pelajaran mengaji. Peraturan ini mungkin disebabkan adanya gerakan organisasi pendidikan Islam seperti Muhamadiyah, Syarikat Islam, Al-Irsyad, Nahdatul Watan dan lainnya. Tahun 1932 keluar peraturan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya. Peraturan-peraturan pemerintah Belanda yang begitu ketat, pengawasannya keras, terdapat penekanan, dan pemberantasan aktivis madrasah dan pondok pesantren di Indonesia semua itu disebabkan karena Belanda takut pada Indonesia karena mayoritas Indonesia adalah muslim. Para ulama dan Kyai tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Mereka lebih memilih menghindari Belanda. Sehingga dapat disimpulkan masyarakat Indonesia pada zaman itu jiwa Islamnya masih terpelihara dengan baik.
b. Masa penjajahan Jepang
Jepang menjajah Indonesia tahun 1942 setelah mengusir Belanda dalam Perang Dunia II. Upaya Niponisasi tampak pada beberapa gerakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Jepang. Pertama, Slogan Jepang :Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia. Kampanye slogan ini dimulai sejak Mei sampai dengan Desember 1942 yang pelaksannaannya diserahkan keopada bangsa Indonesia sendiri yakni Mr.Sjamsudin. Kedua melalui trik niponisasi bahasa dimana hanya bahasa Indonesia dan Nippon yang diperbolehkan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh penjajah Belanda. Ketiga, upaya nipponisasi via propaganda. Aiko Kurasawa mengklasifikasikan propaganda ini dalam dua kategori pertama penduduk desa yang buta huruf dan kurang terdidik diterapkan melalui hiburan seperti film layar lebar, drama, wayang kulit/beber, tari nyanyian dan radio. Sedangkan kategori kedua bagi penduduk kota sudah terbiasa baca tulis serta terdidik yang diterapkan adalah lewat media cetak, surat kabar, radio dan sejenisnya. Keempat melalui indoktrinisasi. Jepang membentuk berbagai wadah penggemblengan seperti keibodan PETA, Hizbullah dan lainnya. [10]
Jepang seolah-olah membantu kepentingan Islam padahal sebenarnya untuk kepentingan Perang Dunia II. Jalan yang ditempuh Jepang untuk mendekati umat Islam:
1. Kantor Urusan Agama diubah oleh Jepang menjadi kantor Sumubi dipimpin oleh K.H. Hasyim Ay’ari dari Jombang.
2. Pondok pesantren mendapat bantuan dari pemerintah Jepang
3. Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama.
4. Pemerintah mengizinkan pembentukan barisan Hisbullah untuk memberi latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam yang dipimpin oleh K.H. Zainul Arifin.
5. Pemerintah mengizinkan bedirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta dipimpin oleh K.H.Wahid Hasyim, Kabar Muzakir dan Bung Hatta.
6. Para ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis dalam membentuk barisan PETA. Tentara Pembela Tanah Air sekarang ini menjadi inti dari TNI.
7. Umat Islam diizinkan mendirikan organisasi persatuan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) bersifat kemasyarakatan.
Jepang bermaksud kekuatan umat Islam dan nasionalis dibina untuk membantu Jepang pada perang Asia Timur Raya. Perang Dunia ke II dan tekanan pihak sekutu membuat Jepang makin berat. Kekayaan Indonesia akhirnya dikumpulkan secara paksa untuk membiyai perang Asia Timur raya. Hal ini membuat rakyat menderita kelaparan dan hampir telanjang karena kekurangan pakaian. Selain itu, rakyat dikerahkan untuk kerja keras (romusha) membantu kepentingan perang. Maka timbullah pemberontakan-pemberontakan baik dari golongan Peta maupun oposisi dari para alim ulama. Pendidikan secara umum terbengkalai karena murid-murid hanya diajarkan baris berbaris, dan bekerja romusha. Namun, madrasah-madrasah dan pondok pesantren bebas pengawasan lansung dari pemerintah Jepang sehingga masih dapat berjalan.
Dampak positif bagi perkembangan pendidikan nasional dari peralihan pendidikan kolonial Belanda ke Jepang yaitu : berkembangnya bahasa Indonesia secara luas di seluruh wilayah Indonesia, seni beladiri dan latihan fisik berkembang dan hal ini bermanfaat bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia, tumbuhnya rasa rindu akan kebudayaan dan kemerdekaan di kalangan bangsa Indonesia, ditiadakannya diskriminasi dan diferensiasi pendidikan bagi semua lapisan masyarakat serta penyeragaman bentuk dan jenjang sekolah, tokoh masyrakat, pejuang, dan ulama diserahi jabatan penting dalam kepemimpinan serta dipersatukannya beberapa ormas Islam dalam satu wadah sehingga memperkuat jalinan persatuan bangsa.[11]
3. Berbagai kebijakan pemerintah Republik Indonesia dalam bidang pendidikan Islam
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Namun, Indonesia harus bisa mempertahankan kemerdekaannya. Maka pada bulan oktober 1945 para ulama Jawa memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap Belanda/Sekutu. Serta memberikan fatwa terhadap perjuangan Islam. Isi fatwa tersebut, yaitu :
a) Kemerdekaan Indonsia wajib dipertahankan
b) Pemerintah RI wajib dibela dan diselamatkan
c) Musuh-musuh RI akan menjajah kembali maka bangsa Indonesia wajib mengangkat senjata menghadapi mereka.
d) Kewajiban-kewajiban tersebut adalah jihad fisabilillah
Ditinjau dari segi pendidikan rakyat, manfaat fatwa ulama :
· Para ulama dan santri dapat mempraktekan ajaran jihad fisabilillah yang sudah dikaji bertahun-tahun.
· Pertanggung jawaban mempertahankan kemerdekaan tanah air itu menjadi sempurna terhadap sesama manusia dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Lembaga Pendidikan Islam tertinggi pertama di Indonesia adalah IMS di Solo tahun 1939 dan pada tahun 1940 menyusul Jakarta, namun setelah Sekolah Tinggi Islam Jakarta di pindah ke Yogyakarta berubah menjadi Universitas Islam Indonesia.[12] Pendidikan Agama Islam di sekolah umum diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946. Pada tahun 1947 pemerintah membentuk majelis pertimbangan pengajaran Agama Islam dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen P&K dan Prof.Drs.Abdullah Sigit dari Departemen Agama tugasnya mengatur pelaksanaan dan materi pengajaran agama di sekolah umum. Pada tahun 1950 saat kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia maka rencana pendidikan agama makin disempurnakan dengan pembentukan panitia yang dipimpin oleh Prof. Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari Departemen P&K. Hasil dari panitia adalah SKB yang dikeluarkan bulan Januari 1951. Isi dari SKB yaitu:
· Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat (SD)
· Di daerah-daerah yang pendidikan agamanya kuat pendidikan dilakukan dimulai kelas I Sekolah Rakyat dengan syarat pengetahuan umum tidak boleh kekurangan.
· Di SLTP dan SLTA diberikan pendidikan agama 2 jam seminggu
· Pendidikan agama diberikan sedikitnya 10 orang dalam suatu kelas dan mendapat izin dari orang tuanya.
· Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan, dan materi pendidikan menjdi tanggung jawab Departemen Agama.
Penyempurnaan kurikulum dipimpin oleh K.H.Imam Zarkasyi dari Pondok Gontor Ponorogo dan disahkan Menteri Agama tahun 1952. Pada tahun 1966 MPRS melakukan sidang bahwa pendidikan agama menjadi wajib dipelajari mulai dari Sd sampai Perguruan Tinggi untuk negeri di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1966 kehidupan sosial, agama dan politik di Indonesia mengalami perubahan besar yang disebut periode Orde Baru, atau Orde Konstitusional, dan Orde Pembangunan. Pemerintah Orde Baru kembali kepada UUD‘45 dan melaksanakan secara murni. Pemerintah dan rakyat Indonesia membangun rohani dan jasmani untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Ditinjau dari falsafah negara Pancasila dan dari konstitusi UUD’45 serta keputusan-keputusan MPR tentang GBHN maka kehidupan beragama dan pendidikan agama di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai tahap pelita IV tahun 1983 semakin baik. Teknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum pun mengalami perubahan-perubahan disebabkan berkembangnya cabang ilmu pengetahuan dan perubahan sistem proses belajar mengajar, misalnya adanya pengintegrasian dan pengelompokan materi agama yang lebih terpadu yaitu dengan cara okasional dan cara sistematis[13] dan adanya pengurangan alokasi waktu.
Selama bertahun-tahun Indonesia menonjol dalam penerbitan literature pendidikan Islam, bahkan pasokan buku-buku Islam di Malaysia didominasi Indonesia terutama oleh penerbit Bulan Bintang. Untuk mengembangkan pendidikan Islam para ahli agama Islam terlibat aktif dalam diskusi-diskusi mengenai pendidikan Islam di berbagai sekolah dan memperhatikan peran pondok pesantren. Melihat realitas yang ada tanggal 26 April 1978 dibentuk perkumpulan kerjasama seluruh lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang bernama Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS=PTIS)[14]
KESIMPULAN
Di dalam pembahasan Sejarah Pendidikan Islam banyaknya lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal memiliki peranan yang penting bagi dunia pendidikan. Dalam pendidikan formal di zaman dahulu masih ada dan digunakan sampai zaman sekarang untuk memudahkan para pelajar dalam menuntut ilmu. Banyak dari kemajuan pendidikan Islam yang menghasilkan para pemikir dan ilmuan Islam yang menjadikan dunia pendidikan Islam ini semakin berkembang dari satu masa ke masa sekarang, sehingga para pelajar menjadikan suatu motivasi yang baik untuk dijadikan pembelajaran ke depannya. Di dalam pembahasan kemunduran pendidikan Islam dapat dijadikan hal yang berharga untuk menjadikan pendidikan maju, dan tidak seperti apa yang terjadi pada zaman tersebut. Kemudian dengan adanya pembaharuan pendidikan Islam juga menjadikan pendidikan Islam lebih luas.
Sejarah Islam di Indonesia merupakan cerminan awal dari berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, seperti halnya dengan Islam masuk pertama kali di Aceh, berlanjut ke pulau Jawa, lalu Kalimantan, kemudian Sulawesi, dan Maluku. Tidak lupa juga peranan walisongo yang menjadikan pendidikan pada masa itu menjadi berkembang luas dan senantiasa diikuti dengan berkembangnya Islam di Indonesia. Adanya kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh negara lain maupun sendiri menjadikan pelajaran yang sangat berharga untuk generasi yang akan datang nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Mahmud, Prof. Dr. H. Sejarah Pendidikan Islam¸ Jakarta: Mutiara Sumber Widya
Zuhairini, Dra. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001
Abudinnata, Prof. Dr. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004
Yunus, Mahmud, Prof. Dr. H. Sejarah Pendidikan Islam¸ Jakarta: PT. Hidakarya, 1989
Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999
Nasution,Harun. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan bintang, 1982
Husein, Omar Amin, Kultur Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981
[1] Mr. Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda, Bandung 1996, hal.45
[2] Ibid, hal. 47-48
[4] Siti Maryam,Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,cet ke 3(Yogyakarta : LESFI,2009), hlm 330
[5] Ibid., hlm 330
[7] Drs.Hasbullah,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet ke 1(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1995), hlm38
[8] Ibid.,hlm 39
[9]Siti Maryam.,Op cit, hlm330
[10] Dr.Abdur Rahman Assegaf,MA.,Pendidikan Islam di Indonesia, cet ke 1(Yogyakarta : Suka Press,2007), hlm112-116
[11] Ibid., hlm 126-127
[12] Siti Maryam., op cit, hlm 352
[13] Drs.Hasbullah,op.cit., hlm 89
[14] Siti Maryam,op cit., hlm 353
0 komentar:
Posting Komentar