BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam rangka merupakan tugas proses pembudayaan umat dan tanggung jawabnya yang kultural dan edukatif terhadap peserta didik dan masyarakatnya yang semakin berat. Tanggung jawab lembaga pendidikan tersebut dalam segala jenisnya menurut pandangan Islam adalah erat kaitannya dengan usaha menyukseskan misi sebagai seorang muslim.
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh kebutuhan – kebutuhan masyarakat yang didasari, digerakkan, dan dikembangkan oleh jiwa Islam ( al – Qur’an dan al – Sunnah ). Lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan, bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan kehidupan Islam secara umum. Islam telah mengenal lembaga pendidikan sejak detik – detik awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Rumah al – Arqam ibn Abi al – Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama. Guru agung yang pertama adalah Nabi Muhammad SAW dengan sekumpulan kecil pengikut – pengikutnya yang percaya kepadanya secara diam – diam. Dan di rumah itulah Nabi mengajarkan al – Qur'an.
Lembaga pendidikan Islam bukanlah lembaga beku, tetapi fleksibel, berkembang dan menurut kehendak waktu dan tempat. Hal ini seiring dengan luasnya daerah Islam yang membawa dampak pada pertambahan jumlah penduduk Islam. Adanya keinginan untuk memperoleh aktivitas belajar yang memadai. Sejalan dengan makin berkembangnya pemikiran tentang pendidikan, maka didirikanlah berbagai macam lembaga pendidikan pendidikan Islam yang teratur dan terarah. Beberapa lembaga pendidikan yang belajar dengan sistem klasikal, yaitu berupa madrasah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan isim makan dari fi’il madhi dari darasa, mengandung arti tempat atau wahana untuk proses pembelajaran. Dengan demikian, secara teknis madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal dan memiliki konotasi spesifik. Madrasah itu sendiri merupakan instituisi peradaban islam yang sangat penting.[1]
Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi proses perkembangan madrasah kepada tiga fase. Fase pertama, madrasah pada periode pertama ini adalah di batasi dengan pengertian yang tertulis pada peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1950, yaitu madrasah mengandung makna :
- Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama islam menjadi pokok pengajarannya.
- Pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan setingkat dengan madrasah.
Titik utama madrasah pada fase ini adalah pengembangan ilmu-ilmu agama, karena itu ruang gerak madrasah lebih terbatas baik dari segi melanjutkan pelajarn maupun lapangan kerja.
Fase kedua, adalah Madrasah Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri 1975. Pada fase ini telah terjadi perubahan orientasi madrasah dari lembaga fokus keilmuannya dalam bidang agama, berubah menjadi fokus pada pengetahuan umum.
Fase ketiga, adalah fase madrasah setelah Undang-undang No. 2 Tahun 1989, madrasah pada periode ini disebut sebagai sekolah yang berciri khas Islam. Sekolah yang ditambah dengan mata pelajaran agama islam sebagai cirri keislamannya. Pada tingkat menengah disebut Madrasah Aliyah sama dengan sekolah menengah yang berciri khas agama Islam.[2]
B. Tanggung Jawab dan Amanah Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan terencana.[3] Pendidikan yang berlangsung di sekolah bersifat sistematis, berjenjang, dan dibagi dalam waktu - waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.[4]
Masa sekolah bukan satu - satunya masa bagi setiap orang untuk belajar. Namun disadari bahwa sekolah merupakan tempat yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina peserta didik dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.
Tugas guru dan pimpinan sekolah, disamping memberikan pendidikan budi pekerti dan keagamaan, juga memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Pendidikan budi pekerti dan keagamaan di sekolah haruslah merupakan lanjutan, setidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.
An-Nahlawi mengemukakan bahwa sekolah ( madrasah ) sebagai lembaga pendidikan harus mengemban pendidikan sebagai berikut :
ñ Merealisasikan pendidikan yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah, dan tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk realisasi itu adalah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan Allah SWT, tunduk dan patuh atas perintah dan syariat-Nya.
ñ Memelihara fitrah peserta didik sebagai insan yang mulia, agar ia tidak menyimpang dari tujuan Allah menciptakannya.
ñ Memberikan kepada peserta didik seperangkat peradaban dan kebudayaan islami dengan cara mengintegrasikan antara ilmu alam, ilmu sosial, ilmu ekstra dengan landasan ilmu agama, sehingga peserta didik mampu melibatkan dirinya kepada perkembangan IPTEK.
ñ Membersihkan pikiran dan jiwa peserta didik dari pengaruh subjektivitas (emosi) karena pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah kepada penyimpangan fitrah manusiawi. Dalam hal ini lembaga pendidikan madrasah berperan sebagai benteng yang menjaga kebersihan dan keselamatan fitrah manusia tersebut.
ñ Memberikan wawasan nilai dan moral serta peradaban manusia yang membawa khazanah pemikiran peserta didik menjadi berkembang. Pemberian itu dapat dilakukan dengan cara menyajikan sejarah peradaban umat terdahulu, baik mengenai pikiran, kebudayaan, maupun perilakunya. Nilai-nilai tersebut dapat dipertahankan atau dimodifikasi karena bertentangan dengan akidah Islam atau tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman.
ñ Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antara peserta didik. Tugas ini memang berat bagi peserta didik utnuk dilakukan karena peserta didik masuk lembaga madrasah dengan membawa status sosial dan status ekonomi yang berbeda. Tugas berdampak langsung dari keeksistensian dan interaksi para peserta didik dalam naungan satu sistem madrasah yang inputnya berasal dari berbagai lingkungan hidup.
ñ Tugas mengoordinasikan dan membenahi kegiatan pendidikan lembaga-lembaga pendidikan keluarga, masjid, dan pesantren mempunyai saham tersendiri dalam merealisasikan tujuan pendidikan, namun pemberian saham tersebut belum cukup. Oleh karena itu, madrasah hadir untuk melengkapi dan membenahi kegiatan pendidikan yang berlangsung.
ñ Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan, keluarga, masjid, dan pesantren.[5]
ñ Tugas madrasah tersebut membutuhkan administrasi yang memadai, yang mencakup berbagai komponen, misalnya perencanaan, pengawasan, organisasi, evaluasi, dan sebagainya, sehingga dalam lembaga madrasah tersebut dapat tertib administrasi yang pada dasarnya bertujuan melancarkan pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan.
C. Sejarah Berdirinya Sekolah di Dunia Islam
Ada beberapa faktor yang mendorong berdirinya sekolah, diantaranya adalah :
1. Semakin banyaknya kelompok halaqah yang menimbulkan kebisingan sehingga mengganggu kekhusyuan orang dalam beribadah
2. Menghapus faham Syiah yang dianggap batil oleh Ahlul Sunnah
3. Persaingan politik yang terjadi antara Bani Saljuk yang bermazhab Sunni dengan kerajaan Fatimiyin yang bermazhab Syiah.
4. Untuk mempertahankan doktrin – doktrin kerajaan secara formal agar menjadi doktrin yang kuat dan mengakar
Orang yang mula - mula mendirikan sekolah di dunia Islam ialah salah seorang perdana menteri Bani Saljuk bernama Nizamul Mulk yang bermazhab Syafi’i Asy’ariyyah. Sekolah yang didirikan diberi nama Nizamiyyah Baghdad pada tahun 459 Hijrah letaknya di pinggir sungai Tigris. Sekolah ini didirikan untuk meredam kebijakan Al – Kunduri ( seorang wazir yang bermazhab Hanafiyah dan pendukung Mu’tazilah ) yaitu penganiayaan dan pengusiran terhadap penganut mazhab Syafi’i Asy’ariyyah. Secara alamiah sekolah berhadapan dengan kelompok Mu’tazillah, Syi’ah, Hanbaliyah dan Hanafiyah.[7]
Setelah berakhir pemerintahan Bani Saljuk, muncul seorang pahlawan Islam sekitar tahun 560 Hijrah bernama Nurruddin Zunky menyambung usaha Nizamul Mulk memajukan ilmu pengetahuan dengan mendirikan sekolah di Damsyik dan seluruh kota Syria. Sekolah yang paling masyhur pada masa itu ialah sekolah An Nurriyyah Al Kubra dibina pada tahun 563 Hijrah. Sekolah ini masyhur kerana terdapat berbagai - bagai kemudahan untuk para guru, para pelajar dan masyarakat. Sekolah ini dilengkapi dengan masjid untuk untuk para penghuni sekolah dan masyarakat, dewan untuk mengadakan kelas perbincangan, bilik - bilik guru, asrama pelajar dan tempat tinggal pekerja sekolah seperti buruh - buruh, jaga dan juga warden. Sekolah ini khusus untuk ilmu pengetahuan syariah Islam menurut mazhab Imam Abu Hanifah An Nukman.[8]
D. Perbedaan Antara Masjid dengan Sekolah
Masjid
|
Sekolah
|
- Tidak Ada Ruang kuliah
|
- Terdapat Ruang Kuliah
|
- Guru yang mengajar di masjid tidak di angkat, tapi di gaji dengan suka rela.
|
- Gurunya dipilih oleh pemilik sekolah dan di gaji olehnya.
|
- Muridnya tidak terbatas
|
- Muridnya terbatas
|
- Masjid tidak terdapat kantin
|
- Mempunyai kantin sekolah
|
E. Ilmu Pengetahuan Agama sebagai Mata Pelajaran Utama di Sekolah
Ilmu pengetahuan agama telah menjadi tradisi dari masa - masa sebelumnya sebagai mata pelajaran utama di madrasah. Selain itu, pengetahuan agama juga dimanfaatkan untuk memperkuat masing - masing doktrin mazhab baik dari mazhab Syiah maupun mazhab Sunni. Mazhab Sunni berusaha menghapuskan kepercayaan - kepercayaan Syiah yang di anggap bathil menurut Ahlu Sunah. Kemudian selain dianggap batil oleh Ahlu Sunah menginginkan agar pelajaran - pelajaran yang dipelajari dalam sekolah - sekolah itu benar - benar berdasarkan pelajaran yang sesungguhnya atau bisa dikatakan tidak melenceng dari ajaran agama yang sesungguhnya.
F. Sekolah – sekolah di Dunia Islam
1) Sekolah - sekolah didirikan oleh Nizamul Mulk
Di antara pembesar-pembesar Saljuq yang membangun madrasah-madrasah ialah Nizam al-Mulk. Ia diangkat menjadi menteri oleh Maliksyah as-Saljuq pada pertengahan abad ke-5 H. Madrasah-madrasah yang didirikan oleh Nidzam al-Mulk dinamai Madrasah Nizamiah
Madrasah Nizhamiyah terletak di Baghdad di dekat sungai Daljah (tigris) di tengah-tengah pasar Salasah (Suq al-Salasah) di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457H/1065M dan selesai pada tahun 459H. Madrasah ini tetap hidup sampai pertengahan abad ke-14M, yaitu ketika dikunjungi oleh Ibnu Batutah.
Madarsah Nizhamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pendidikan tinggi pula. Oleh karena itu, pemilihan guru-guru yang mengajar di madrasah ini sangat selektif. Ulama-ulama yang terkemuka pada waktu itu dan guru-guru besar yang masyhur dan mempunyai kompetensi di bidangnyalah yang dipilih untuk mengajar.
a. Madrasah Nizamiyyah[9]
Tujuan Sekolah
|
Tempat dan Anggaran
|
Faktor Pendukung
|
Dosen
|
Mata Kuliah
|
Madrasah Nizamiyyah dirancang oleh Abu Sa’id Ash Shafi. Adapun tujuan sekolah ini didirikan adalah a) Mengkader calon – calon ulama untuk menyebarkan mazhab sunni guna meredam pemikiran Syi'ah, b) Menyediakan da'i – da'i yang berkompeten untuk mengajarkan mazhab sunni ke tempat – tempat yang lain. c) Mempersiapkan tenaga kerja yang siap paki dalam bidang pemerintahan, bidang peradilan dan manajemen.
|
Di pinggir sungai Tigris, Dibangun tahun 457 – 459 H / 1067 M. Anggaran Pembelanjaan sekolah ini setiap tahunnya mencapai 60.000 dinar.
|
1. Madrasah ini berkembang karena kerajaan bermazhab sunni
2.Para guru berasal dari ulama yang terkemuka.
3. Materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu materi Fiqh.
|
Syekh Abu Ishaq Asy – Syirazy (476 H/1083M), Abu Nashr Ash Shabbagh ( 477 H/1084 M ), Abul Qasim Al-‘Alawi (482 H/1089 M), Abu Abdullah Al-Thabari (495 H/1101 M), Abu Hamid Al-Gazali (505 H/1111 M), Radliyud-Din Al-Qazwaini (575 H / 1179 H ), Al-Firuzabadi (817 H / 1414 M )
|
Syariat Islam, Ilmu Fiqh, Ilmu Nahwu, Ilmu Kalam, Ilmu Peradilan, Ilmu Manajemen, Ilmu Pemerintahan.
|
1) Sekolah - sekolah yang didirikan oleh Nurudin Zanky
Nurrudin Zanky adalah orang yang mula - mula mendirikan madrasah di Damaskus ( Syiria ). Madrasah-madrasah yang didirikannya banyak sekali, tersebar di seluruh kota-kota dan desa-desa Syiria. Di kota Damaskus saja ada 6 buah madrasah, diantaranya madrasah An-Nuriyah Al-Kubra. Di kota Halab ada 4 buah madrasah. Di kota Hamah 2 buah madrasah. Di kota Hims 2 buah madrasah. Di kota Ba’labaka sebuah madrasah, dan lain - lain.
2) Sekolah-sekolah di Masa Kerajaan Ayubiyah
Madrasah - madrasah yang didirikan pada masa Al-Ayubi amat banyak sekali, di antaranya sebagai berikut :
1) Madrasah-madrasah yang didirikan oleh sultan-sultan :
a. Di Mesir 7 madrasah
b. Di Baitul Maqdis 3 madrasah
c. Di Damaskus 7 madrasah
2) Madrasah - madrasah yang didirikan oleh pembesar-pembesar :
a. Di Mesir 13 madrasah
b. Di Baitul Maqdis 2 madarsah
c. Di Damaskus 12 madrasah
3) Madrasah - madrasah yang didirikan oleh rakyat umum :
a.Di Mesir 4 madrasah
b.Di Damaskus 12 madrasah
v Sekolah - sekolah yang didirikan oleh Sultan - sultan Ayubiyah :
Nama Sekolah
|
Pendirinya
|
Literatur
|
1) Di Mesir
| ||
An Nashiriyah, digabungkan kepada Djami’ Al ‘Atiq
|
Shalahuddin
|
Al khitath 2 : 363
|
Al Qambiyah
|
Shalahuddin
|
Al khitath 2 : 364
|
As Suyufiyah
|
Shalahuddin
|
Al khitath 2 : 365
|
An Nashiriyah, di Al Qarafah
|
Shalahuddin
|
Al khitath 2 : 400
|
Al Malikul ‘Adil
|
Al Adil
|
Al khitath 2 : 365
|
Al Kamiliyah
|
Al Kamil
|
Al khitath 2 : 375
|
Ash Sahalihiyah
|
Ash Shalih Nadjmudin Ayyub
|
Al khitath 2 : 374
|
2) Di Baitul Maqdis
| ||
Ash Shalahiyah
|
Shalahuddin
|
Al Unsul Jalil
Al Unsul 2 : 393
|
Al Afdhaliyah
|
Al Afdhal Ibnu Shalahuddin
|
Al Unsul 2 : 397
|
An Nahwiyah
|
Al Mua’zam Isa
|
Al Unsul 2 : 387
|
3) Di Damaskus
| ||
Ash Shalahiyah
|
Shalahuddin
|
An Nu’imy 2 : 10
|
Al Aziziyah
|
Al Aziz Ibnu Shalahuddin
|
An Nu’imy 1 : 283
|
Azh Zhahiriyah Al Baraniyah
|
Azh Zhahir Ibnu
Shalahuddin
|
An Nu’imy 1 : 430
|
Al Adiliyah Al Kubra
|
Al Adil
|
An Nu’imy 1 : 359
|
Al Mu’azhamiyah
|
Al Mu’azham ‘Isa
|
An Nu’imy 1 : 579
|
Darul Hadits Al Asyrafiyah Al Barraniyah
|
Musa Ibnu Al Adil
|
An Nu’imy 1 : 47
|
Al Aziziyah
|
Al Aziz Ibnu Al Adil
|
An Nu’imy 1 : 549
|
v Sekolah - sekolah yang didirikan oleh Para Pangeran dan Para Pembesar Ayubiyah :
Nama Sekolah
|
Pendiri
|
Kedudukan Pendiri
|
Literatur
|
1) Di Mesir
| |||
Al Quthbiyah
|
Quthbudin Khusru
|
Pangeran
|
Al khithat 2 : 365
|
Manazilul ‘Izz
|
Taqiyuddin Umar
|
Pangeran Ayubiyah
|
Al khithat 2 : 361
|
2 buah sekolah di Al Fayyum
|
Taqiyuddin Umar
|
Pangeran Ayubiyah
|
Al Khithat 2 : 361
|
Al Fadhiliyah
|
Al Qadhil Fadhil
|
Menteri
|
Al Khithat 2 : 366
|
Al Azkasyiyah
|
Saifuddin Ayazkush
|
Pangeran
|
Al Khithat 2 : 367
|
As Saifiyah
|
Saifuddin ibnu Ayubi
|
Pangeran Ayubiyah
|
Al Khithat 2 : 368
|
Al Asyuriyah
|
Asyura binti Sarukh
|
Isteri Pangeran
|
Al Khithat 2 : 368
|
Al Qutbiyah
|
Ismatuddin binti Al Adil
|
Pangeran
| |
Asy Syarifiyah
|
Asy Syarif Takhruddin
|
Pangeran
|
Al Khithat 2 : 374
|
Ash Shahibiyah
|
Abdullah ibnu Ali
|
Menteri
|
Al Khithat 2 : 371
|
Al Fakhrijah
|
Fakhruddin Al Jarumy
|
Ustadz Al Kamil
|
Al Khithat 2 : 367
|
As shairamiyah
|
Jamaluddin ibnu Syairam
|
Pangeran
|
Al Khithat 2 : 368
|
Al Faiziyah
|
Syarafuddin Hibatullah
|
Menteri
|
Al Khithat 2 : 365
|
2) Di Baitul Maqdis
| |||
Al Maimuniyah
|
Maimun ibnu Abdullah
|
Pangeran
|
Al Unsul Jalil 2 : 399
|
Al Badriyah
|
Badruddin ibnu Abil Qasim
|
Pangeran
|
Al Unsul Jalil 2 : 398
|
3) Di Damaskus
| |||
Ash Shabiyah
|
Rabi’ah binti Najmuddin
|
Puteri Ayubiyah
|
An Nu’imy 2 : 79
|
Al Farukhsyahiyah
|
Farrukhsyah ibnu Syahinsyah
|
Pangeran Ayubiyah
|
An Nu’imy 1 : 561
|
At Taqwiyah
|
Taqiyudin ibnu Syahinsyah
|
Pangeran Ayubiyah
|
An Nu’imy 1 : 216
|
Al adzrawiyah
|
Adzra’ binti Nuruddaulah
|
Puteri Ayubiyah
|
An Nu’imy 1 : 373
|
Asy Syamiyah
|
Sitti Syam binti Najmudin
|
Puteri Ayubiyah
|
An Nu’imy 1 : 277
|
Al Barraniyah
| |||
Asy Syamiyah
|
Sitti Syam binti Najmudin
|
Puteri Ayubiyah
|
An Nu’imy 1 : 301
|
Al Jawamiyah
| |||
Al Marwaniyah
|
Khatun ‘Azizah
|
Isteri Al Mu’azzam
|
An Nu’imy 1 : 592
|
Al Bahnasiyah
|
Majmuddin Al Bahnasy
|
Menteri
|
An Nu’imy 1 : 215
|
Al Atabikiyah
|
Khatun binti ‘Izzuddin
|
Isteri Al Asyraf
|
An Nu’imy 1 : 129
|
Al Izziyah Al Baramiyah
|
Izzuddin Al A’ zhamy
|
Wakil Raja di Sharhad
|
An Nu’imy 1 : 550
|
Al Izziyah Al Juwaniyah
|
Izzuddin Al A’ zhamy
|
An Nu’imy 1 : 550
| |
Al Izziyah Al Hanafiyah
|
Izzuddin Al A’ zhamy
|
An Nu’imy : 157
|
v Sekolah - sekolah yang Didirikan Oleh Orang - orang Biasa ( Rakyat ) Ayubiyah :
Nama Sekolah
|
Pendirinya
|
Kedudukan Pendiri
|
Literatur
|
1) Di Mesir
| |||
Ibnul Arsufy
|
Abdullah ibnul Arsufy
|
Saudagar
|
Al Khithat 2 : 364
|
Al Masruriyah
|
Masrur Ash Shafady
|
Pelajar
|
Al Khithat 2 : 378
|
Al Ghazwaniyah
|
Husamuddin Qaimaz
|
Bekas Hamba Sahaya
|
Al Khithat 2 : 390
|
Ibnu Rasyid
|
Jemaah Haji dari Takrur
|
Al Khithat 2 : 365
| |
2) Di Damaskus
| |||
Al Ashruniyah
|
Syarafuddin Ibnu ‘Ashrun
|
Qhadli Agung
|
An Nu’imy 1 : 398
|
Al Falakiyah
|
Falakuddin Sulaiman
|
Saudara Al Adil dari Ibunya
|
An Nu’imy 1 : 431
|
Al Iqbaliyah
|
Jamaluddin Iqbal
|
Hamba Merdeka
|
An Nu’imy 1 : 158
|
Al Masruriyah
|
Syibluddin Kafur
|
Pelajar
|
An Nu’imy 1 : 455
|
Al Umariyah
|
Abu ‘Umar Al Maqdisi
|
Qhadli Agung
|
An Nu’imy 2 : 100
|
Darul Hadits Al ‘Urwiyah
|
Syarafuddin Ibnu ‘Urwah
|
Ahli Hukum Islam
|
An Nu’imy 1 : 82
|
Ar Ruwahiyah
|
Zakluddin Ibnu ‘Urwah
|
Saudagar
|
An Nu’imy 1 : 265
|
Ash Sharimiyah
|
Sharimuddin Ibnu Azbak
|
Hamba Merdeka
|
An Nu’imy 1 : 326
|
Asy Syibliyah Barraniyah
|
Syibluddin Kafur
|
Pelajar
|
An Nu’imy 1 : 326
|
Ar Rukniyah
|
Ruknuddin Mankurs
|
Hamba Merdeka
|
An Nu’imy 1 : 253
|
Ad Daula’iyah
|
Jamaluddin Ad Daula’i
|
Ahli Hukum Islam
|
An Nu’imy 1 : 242
|
Ad Dimaghiyah
|
Isteri Syujauddin Ibnu Addimag
|
Ahli Hukum Islam
|
5) Sekolah - sekolah Kedokteran
Nama Sekolah
|
Pendiri
|
Kedudukan Pendiri
| |
Ad Dikhwariyah
|
Muhadzzbuddin Dikhwar
|
Dokter
|
An Nu’imy 2 : 127
|
Ad Dunaisariyah
|
‘Imamuddin Ad Du naisari
|
Dokter
|
An Nu’imy 2 : 133
|
Sekolah kedokteran pada masa kerajaan Ayubiyah menyatu dengan gedung rumah sakit. Jumlah sekolah kedokteran pada waktu sangat sedikit didirikan karena gedung sekolah kedokteran tidak sengaja dibuatkan secara terpisah dari rumah sakit dan jumlah rumah sakit pun masih sangat terbatas sehingga jumlah sekolah kedokteran pun terbatas juga. Di dalam rumah sakit un terdapat ruang kuliah untuk kegiatan perkuliahan dan para mahasiswa praktek langsung mengenai kegiatan pembedahan dan penyelidikan penyakit tertentu di rumah sakit tersebut.
Ibnu Abi Ushaibi'ah menceritakan bahwa Dr. Abalmaj Ibnu Abil Hakam ( Abad ke – 6 H ), selalu mendatangi rumah sakit jiwa yang dibangun oleh Al Malikul 'Adil Nuruddin Mahmud di Damaskus untuk memberi kuliah, berdiskusi, dan mengadakan penyelidikan – penyelidikan bersama para dokter, pembantu – pembantu, pegawai – pegawai, dan mahasiswa di rumah sakit tersebut. Begitu juga dengan Rumah Sakit Jiwa Al Manshury ( 682 H / 1283 M ) di Cairo yang di bangun oleh Al – Manshur Qalawun melakukan hal yang sama seperti rumah sakit jiwa yang dibangun oleh Al Malikul 'Adil Nuruddin Mahmud. Kepala rumah sakit memberikan kuliah dalam ilmu kedokteran pada yang telah ditentukan. Selain itu, di rumah sakit Al – Manshury didirikan gobah untuk mengajarkan ilmu tafsir dan membaca Al – Qur'an yang dilkukan oleh seorang dosen dan dua orang asistennya dan dihadiri oleh 30 orang pelajar.[10]
Selain itu, masih ada contoh sekolah kedokterannnya yang lainnya adalah madrasah Al – Mustanshiriyah yang dibangun oleh khalifah Al – Mustanshir Al – Abbasy ( 623 – 640 H / 1226 – 1242 M ). Madrasah ini merupakan institut yang mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu farmasi. Di samping madrasah dibangun rumah sakit, supaya pelajar – pelajar sapat mempraktekkan langsung teori – teori ilmu yang dipelajarinya.[11]
Orang yang mula – mula mendirikan rumah sakit dalam Islam adalah Al – Walid bin Abdul Malik tahun 88 H ( 760 M ). Dalam rumah sakit itu disediakannya dokter – dokter yang diberi anggaran belanja secukupnya dan rumah – rumah tamu. Orang yang terkena penyakit kusta dan orang – orang yang buta dirawat di rumah sakit.
Dokter Jibrail bin Bukhtaisyu atas perintah Ar – Rasyid mendirikan rumah sakit di Baghdad. Rumah sakit itu dikepalai oleh Masawaih, kemudian dilanjutkan oleh anaknya Yuhana bin Masawaih.
Di Mesir Ibnu Thulun mendirikan rumah sakit dengan nama rumah sakit Ibnu Thulun ( 872 M / 259 H ) dengan biaya pembangunan 60.000 dinar. Selanjutnya di Baghdad dan di luar – luar kota pada abad ke 4 H, khalifah Al – Muqtadir dan wazir – wazirnya mendirikan rumah sakit Ali bin Isa ( wazir ) di Al – Harbiyah tahun 302 H ( 914 m ), Sinan bin Tsabit di pasar Yahya tahun 306 H ( 918 M ). Anggaran belanja setiap rumah sakit tersebut sebesar 600 dinar. Selain itu, masih ada lagi rumah sakit yang dibangunnya adalah rumah sakit Al – Muqtadiry dengan anggaran belanjanya sebesar 200 dinar per bulan, dan rumah sakit di Ar – Rai, Naisabur.
Khalifah Adlidud – Daulah mendirikan rumah sakit Al – Adlily di Baghdah dengan 24 dokter yang terdiri dari ahli bedah, ahli mata, ahli bekam dan lain – lain. Di Mesir, khalifah mendirikan rumah sakit Al – Kafury.
7) Sekolah An Nurijah Al Kubra
Ibnu Djubair meninggal Dunia pada tahun 614 H. beliau pernah mengunjungi sekolah ini, yaitu beberapa tahun sesudah peresmian pembukaannya. Beliau telah melukiskan sekolah itu, dengan memperhatikannya dapat diketahui betapa tinggi kedudukannya dimasa itu. Menurut beliau sekolah itu adalah suatu perguruan yang paling cantik di dunia.
Menurut Abu Syamah beliau meninggal dunia pada tahun 655 H. dan Ibnu Syadad meninggal dunia tahun 184 H, sekolah ini didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanky pada tahun 563 H.tetapi An Nuimy yang banyak mengambil bahan-bahan dari Ibnu Syadad berlainan pendapat dengan ibnu syadad dalam hal ini, menurut beliau yang mendirikan sekolah ini adalah Ismail Ibnu Nuruddin. Tetapi dia tidak menyebutkan suatu alasan atas pendapatnya ini, yang disebutkannya bahwa jenazah Nuruddin tidak dikuburkan pada makamnya yang berada dalam bangunan sekolah itu, waktu beliau wafat, hanya dikuburkan ditempat lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Madrasah merupakan prototype awal bagi lembaga pendidikan tinggi, ia juga sebagai harapan baru dalam penyelenggaraan pendidikana Islam, dan merupakan ciri khas tradisi pendidikan Islam suatu lembaga pendidikan resmi. Pemerintah ikut terlibat di dalam menentukan tujuan, kurikulum, guru, pembiayaan, sarana dan prasarana.
Walaupun madrasah mampu melestaraikan tradisi keilmuan dan menyebarakan ajaran Islam dalam versi tertentu, tetapi hubungan dengan standardisasi dan pelestaraian ajaran kurang mampu menunjang pengembangan ilmu dan riset yang inovatif.[13]
- Saran
Umat Islam saat ini wajib untuk menuntut ilmu melalui berbagai lembaga pendidikan Islam sehingga semangat keilmuan akan muncul kembali seperti pada zaman klasik di atas. Dengan demikian, dunia Islam akan mencapai kejayaan kembali
Daftar Pustaka
Ahmad Syalabi. 1973. Sejarah Pendidikan Islam Terjemah. Mukhtar Jahya. Jakarta : Bulan Bintang, Cet.1
Zakiah Daradjat. 1993. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta : Ruhama
Ahmad Marimba. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-Ma’arif.
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1994. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Hasan Asari. 1996. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung : Mizan
Zuhairini,dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Prof. Mahmud Yunus. 1989. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Hidakarya Agung
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A. 2004. Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta : Kencana
Referensi Internet :
[1] . Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in The Middle Ages, Terjemah. Abuddin Nata, ( Canada : Montreal, 2000 ).
[2]. Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. ( Jakarta : Kencana, 2004 ). Hal. 152
[3]. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah , ( Jakarta : Ruhama, 1993 ), hal. 77
[5]. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam , ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994 ), hal. 307-308
[7] . Hasan Asari. Menyingkap Zaman Keemasan Islam ( Bandung : Mizan, 1996 ) hal. 51
[8]. http://razalinda.wordpress.com/2008/04/14/sejarah-pendidikan-islam/ diakses pada tanggal 04 Oktober 2011 Pukul 17.46 WIB
[9]. Prof. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. ( Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1989 ). hal. 72 – 75
[10]. Ibid, hal. 98 - 99
[13]. Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 57 - 58
0 komentar:
Posting Komentar