728x90 AdSpace

Latest News

Rabu, 06 Juli 2011

Agama Khonghucu

1.         Sejarah Agama Khonghucu
Sejarah perjalanan dan perkembangan agama Khonghucu (Kong jiao) sangatlah panjang. Agama Khonghucu adalah agama yang ada dengan mengambil nama Sang Nabi Khongcu (Kongzi/Kong Fuzi) yang lahir pada tanggal 27 bulan 8 tahun 551 SM di negeri Lu (kini jasirah Shandong). Awalnya agama ini bernama Ru jiao ( ). Huruf Ru () berasal dari kata (-) ‘ren’ (orang) dan () ‘xu’ (perlu) sehingga berarti ‘yang diperlukan orang’, sedangkan ‘Ru’ sendiri bermakna
·        Rou – lembut hati, halus budi-pekerti, penuh susila,..
·        Yu –  Yang utama, mengutama perbuatan baik, lebih baik,..
·        He – Harmonis, Selaras,..
·        Ru – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,..
‘Jiao berasal dari kata ‘xiao’ (berbakti) dan ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’ berarti ajaran/sastra untuk berbakti; =agama. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan. Ru jiao ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir. (2952 – 2836 SM), Dimulailah dengan sejarah Nabi-Nabi suci Fuxi Shen-nong (2838 – 2698 SM), Huang-di (2698 – 2596 SM), Yao (2357 – 2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang (1766 – 1122 SM),Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi (551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao. Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna. Maka Ru jiao juga disebut Kong jiao.

2.         Ajaran, Nabi dan Kitab Suci Agama khonghucu
A.        Ajaran Agama Khonghucu
Di dalam agama khonghucu mengenal delapan pengakuan imam, delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu, yaitu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
Selain pengakuan delapan Imam dalam ajaran Khonghucu juga mengenal lima Sifat Kekekalan (Wu Chang), lima sifat kekekalan, lima hubungan sosial, dan delapan kebajikan diantaranya, yaitu :
Ren - Cintakasih
Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
Li - Kesusilaan, Kepantasan
Zhi - Bijaksana
Xin - Dapat dipercaya
Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
Hubungan antara Suami dan Isteri
Hubungan antara Orang tua dan anak
Hubungan antara Kakak dan Adik
Hubungan antara Kawan dan Sahabat
Delapan Kebajikan (Ba De):
Xiao - Laku Bakti
Ti - Rendah Hati
Zhong - Satya
Xin - Dapat Dipercaya
Li - Susila
Yi - Bijaksana
Lian - Suci Hati
Chi - Tahu Malu
B.        Nabi dalam Agama Khonghucu
Para nabi (儒教聖人) Ru Jiao di antaranya:
·                 Nabi Purba (扶羲) Fu Xi * 2952 – 2836 SM
Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa (Lie Kwa, Hokian) yang menciptakan Hukum Perkawinan
·                 Nabi Purba (神農) Shen Nong 2838 – 2698 SM
·                 Nabi Purba (黃帝) Huang Di 2698 – 2596 SM
Istrinya, Nabi Lei Zu adalah penemu sutra yang ditenunnya dari kepompong ulat sutra dan bersama Huang Di menciptakan alat tenun, pakaian Hian Ik (pakaian harian) dan Hong Siang (pakaian upacara).
·                 Nabi Purba () Yao 2357 – 2255 SM
·                 Nabi Purba () Shun 2255 – 2205 SM
·                 Nabi Purba ( ) Da Yu * 2205 – 2197 SM
·                 Nabi Purba ( ) Shang Tang* 1766 – 1122 SM
·                 Nabi Wen, Wu , (周公) Zhou-gong* 1122 – 255 SM
·                 Nabi Besar ( ) Kong Zi* 551 – 479 SM

C.        Kitab Suci Agama Khonghucu
Kitab suci dalam agama Khonghucu dibagi menjadi 2 kelompok, yakni:
Wu Jing ( ) (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:
Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:
Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

3.         Peninggalan Agama Khonghucu
Peninggalan agama Khonghucu yang masih dapat dinikmati sampai sekarang ialah klenteng(tempat ibadah penganut agama Khonghucu) dan barongsai.
       

4.         Pusat Keagamaan Khonghucu
Patut disyukuri pengakuan hak asasi manusia pada era reformasi mulai membaik, terbukti Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Reformasi memberikan kesempatan kepada Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) mengadakan Musyawarah Nasional XIII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada tanggal 22 – 23 Agustus 1998 yang dihadiri perwakilan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), Kebaktian Agama Khonghucu Indonesia (KAKIN) dan wadah umat Agama Khonghucu lainnya dari berbagai penjuruh tanah air Indonesia.
Harus diakui karena selama tidak kurang dari 20 tahun umat Khonghucu di Indonesia hidup dalam tekanan dan pengekangan sebagai akibat tindakan represif dan diskriminatif terhadap umat Khonghucu mempunyai dampak negatif bagi perkembangan kelembagaan umat Khonghucu. Walaupun umat Khonghucu ada di setiap provinsi di Indonesia, belum semua propinsi ada lembaga agama Khonghucu yang terorganisasi dan dibawah pembinaan langsung MATAKIN.
Di jakarta sendiri pusat keagamaan khonghucu sendiri terletak di daerah Jakarta Pusat, hal ini disebabkan karena mayoritas bangsa cina bermukim di sana.
5.         Upacara Ritual Agama Khonghucu 
Dalam ajaran agama khonghucu ada dua upacara ritual agama, diantaranya yaitu:
A.   Upacara Ritual yang Berkaitan dengan Tahun Baru Imlek
Sembahyang besar ke hadirat Tuhan yang Maha Esa guna menyambut pergantian tahun/perayaan ritual tahun baru Imlek ialah sembahyang besar menyatakan syukur atas karunia Tuhan sepanjang tahun yang akan ditinggalkan serta penuh semangat dan pengharapan menyambut tahun baru yang akan datang. Maka suasana diliputi renungan segala sesuatu yang telah terjadi agar senantiasa mawas diri dan mengamalkan kebajikan sebagaimana Tuhan firmankan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1.          Tanggal 24, upacara mengantar ZAO SHEN (COO CUN) SIANG THIAN (malaikat dapur naik ke surga) dilakukan pada saat ZI SHI, yaitu antara jam 23.00 – 01.00. COO CUN adalah malaikat dapur yang berkedudukan di dapur setiap keluarga. Meskipun tempatnya di dapur, beliau sebagai malaikat utusan Tuhan yang menilik dan mengawasi tingkah laku segenap anggota keluarga. Tentang apa yang dimasak, disajikan, maupun dimakan, apakah sudah sesuai dengan kebajikan dan melaporkan kepada Tuhan sehingga beroleh karunia dan berkah atau hukuman dan percobaan bagi keluarga.
2.          CU SHI, merupakan hari terakhir dari tahun yang akan ditinggalkan. Segenap anggota keluarga berhimpun bersama mulai siang hari. Sembahyang besar kepada leluhur, membersihkan altar kemudian makan malam bersama.
3.         Tahun Baru Imlek/SIN CIA/CHUN JIE, menyampaikan ucapan selamat tahun baru dan penghormatan kepada orang tua, sanak keluarga, baik usia lebih lanjut, maupun tingkatan lebih tinggi dalam hubungan keluarga dan sanak keluarga yang lebih tua. Generasi tua biasanya memberikan ANG PAO (amplop merah yang berisi uang) sebagai lambang berkat karunia dan rejeki yang berlimpah pada masa-masa mendatang.
4.         Mulai hari kedua setelah Tahun baru Imlek, umat Khonghucu mengadakan renungan suci selama seminggu dengan berpantang makan makanan yang mengandung daging (vegetarian / CIAK CHAI) untuk memperluas cinta kasih kepada sesama mahluk hidup dan lingkungan hidup alam semesta, bersuci diri guna menyambut sembahyang besar ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (KING THI KONG) pada tanggal 8 menjelang tanggal 9 bulan I Imlek mulai pukul 23.00 – 01.00. Pada upacara sembahyang bisa mulai umat Khonghucu berprasatya dan sembah sujud ke hadirat Tuhan yang Maha Esa dengan ritual agung yang diakhiri dengan SAN KWI KYU KHAO (3X berlutut dan 9  menundukkan kepala).
5.         CAP GO MEH / Malam Purnama tanggal 15 bulan I Imlek, merupakan malam penutupan perayaan tahun baru Imlek, dimana umat Khonghucu berhimpun bersama menyampaikan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa di tempat ibadah umum, baik di Klenteng maupun di Lithang. Seusai sembahyang bersama, menikmati hidangan khas yang disebut Lontong CAP GO MEH, yaitu lontong opor ayam. Tradisi semacam ini adalah khas Indonesia sesuai Local Genius umat Agama Khonghucu berkembang dan beradaptasi dengan kebudayaan local / setempat.
Jadi, bagi umat Khonghucu, Tahun Baru Imlek sangat penting dan suci untuk mawas diri dan mempertebal iman kepad Tuhan selaku Khaliknya, Pencipta alam semesta dan isinya, dimana semua umat membulatkan tekad dan melaksanakan tugas dan kewajiban hidup sebagaimana yang telah Tuhan firmankan. Selanjutnya mengelola dan mengatur alam sekitarnya demi kerukunan dan kemajuan bangsa dan tanah air.[1]

B.   Ritual Kematian dalam Agama Khonghucu
Ritual kematian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengurus jenazah sampai ke pemakaman, dan  mendoakan jenazah. Adapun tata cara yang dilakukan adalah: Prosesi pra pelaksanaan upacara ritual kematian, benda-benda yang digunakan (simbol), jenazah perabukan (dikubur). Dengan demikian sudah bisa digambarkan (Description) bagaimana proses upacara ritual kematian sesuai dengan prosesi Cultur Agama Khonghucu dalam makna simbolistik dari perlengkapan Ritual kematian.[2]
Proses ritual kematian yang dilaksanakan umat Khonghucu masih mempertahankan tradisi Cina, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami perubahan dari ritual kematian pada masa lampau. Perubahan-perubahan itu terlihat pada tahapan-tahapan pelaksanaan ritual dan waktu berkabung. Karena seiring dengan perkembangan zaman, tradisi kuno yang tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang sudah tidak dipakai lagi. Ritual kematian merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bhakti atas meninggalnya Almarhum atau orang yang meninggal dunia, terutama bentuk pengkabungan terhadap orang tua bagi sang anak untuk mengenangnya semenjak masih hidup. Dari bentuk pengkabungan tersebut ada tatacara perlakuan atau yang dinamakan ritual kematian/ upacara kematian dalam tradisi agama Khonghucu.[3]

 
Sejarah Agama Khonghucu
Ru Jiao ( ) dan Kong Jiao (孔教)
Sejarah perjalanan dan perkembangan agama Khonghucu (Kong jiao) sangatlah panjang. Agama Khonghucu adalah agama yang ada dengan mengambil nama Sang Nabi Khongcu (Kongzi/Kong Fuzi) yang lahir pada tanggal 27 bulan 8 tahun 551 SM di negeri Lu (kini jasirah Shandong). Awalnya agama ini bernama Ru jiao ( ). Huruf Ru () berasal dari kata (-) ‘ren’ (orang) dan () ‘xu’ (perlu) sehingga berarti ‘yang diperlukan orang’, sedangkan ‘Ru’ sendiri bermakna
  •  Rou – lembut hati, halus budi-pekerti, penuh susila,..
  •  Yu –  Yang utama, mengutama perbuatan baik, lebih baik,..
  •  He – Harmonis, Selaras,..
  •  Ru – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,..
‘Jiao berasal dari kata ‘xiao’ (berbakti) dan ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’ berarti ajaran/sastra untuk berbakti; =agama. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan. Ru jiao ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir. (2952 – 2836 SM), Dimulailah dengan sejarah Nabi-Nabi suci Fuxi Shen-nong (2838 – 2698 SM), Huang-di (2698 – 2596 SM), Yao (2357 – 2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang (1766 – 1122 SM),Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi (551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao. Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna. Maka Ru jiao juga disebut Kong jiao.


Ajaran Konfusius (Khonghucu)
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Intisari ajaran Khong Hu Cu
  • Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
    • 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
    • 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
    • 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
    • 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
    • 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
    • 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
    • 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
    • 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
  • Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
    • Ren - Cintakasih
    • Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
    • Li - Kesusilaan, Kepantasan
    • Zhi - Bijaksana
    • Xin - Dapat dipercaya
  • Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
    • Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
    • Hubungan antara Suami dan Isteri
    • Hubungan antara Orang tua dan anak
    • Hubungan antara Kakak dan Adik
    • Hubungan antara Kawan dan Sahabat
  • Delapan Kebajikan (Ba De):
    • Xiao - Laku Bakti
    • Ti - Rendah Hati
    • Zhong - Satya
    • Xin - Dapat Dipercaya
    • Li - Susila
    • Yi - Bijaksana
    • Lian - Suci Hati
    • Chi - Tahu Malu
  • Zhong Shu = Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:
"Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap orang lain" (Lunyu)
Kitab suci
Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni:
Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

Definisi agama menurut agama Khonghucu
Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup didalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.
Nabi
Para nabi (儒教聖人) Ru Jiao di antaranya:
  • Nabi Purba (扶羲) Fu Xi * 2952 – 2836 SM
    • Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa (Lie Kwa, Hokian) yang menciptakan Hukum Perkawinan
  • Nabi Purba (神農) Shen Nong 2838 – 2698 SM
  • Nabi Purba (黃帝) Huang Di 2698 – 2596 SM
    • Istrinya, Nabi Lei Zu adalah penemu sutra yang ditenunnya dari kepompong ulat sutra dan bersama Huang Di menciptakan alat tenun, pakaian Hian Ik (pakaian harian) dan Hong Siang (pakaian upacara).
  • Nabi Purba () Yao 2357 – 2255 SM
  • Nabi Purba () Shun 2255 – 2205 SM
  • Nabi Purba ( ) Da Yu * 2205 – 2197 SM
  • Nabi Purba ( ) Shang Tang* 1766 – 1122 SM
  • Nabi Wen, Wu , (周公) Zhou-gong* 1122 – 255 SM
  • Nabi Besar ( ) Kong Zi* 551 – 479 SM

Pokok Ajaran Agama Khonghucu
  • AGAMA KONGHUCU, JI KAUW, RU JIAO
Agama Konghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau Ru Jiao (Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5.000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun dibanding usia Kongzi sendiri.
  • KONGZI, KHONGCU, CONFUCIUS
Kongzi (Hua Yu) atau Khongcu (dialek Hokian) atau Confucius (Latin) adalah nama nabi terakhir dalam agama Konghucu.  Ia lahir tanggal 27, bulan 8, tahun 0001 Imlek atau 551 sM.  Kongzi adalah nabi terbesar dalam agama Konghucu dan oleh sebab itu banyak orang yang kemudian menamai Ru Jiao sebagai Confucianism, yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Agama Konghucu.
Sebagai bukti akan kebesaran Kongzi atau Nabi Khongcu, tahun pertama dari penanggalan Imlek dihitung sejak tahun kelahirannya.  Padahal penanggalan Imlek diciptakan pada jaman Huang Di, 2698-2598 sM dan telah digunakan sejak Dinasti Xia, 2205-1766 sM.  Penetapan tahun pertama ini dilakukan Kaisar Han Wu Di dari Dinasti Han pada tahun 104 sM.
  • BEBERAPA NABI LAIN DALAM AGAMA KONGHUCU
Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan Kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak  ibu saja, melainkan juga anak ayah.  Selain Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal nabi perempuan lain, yaitu Lei Zu, Jiang Yuan dan Tai Ren. Nabi lain yang masih dikenal antara lain Huang Di, Yao, Sun, Xia Yu, Wen, Zhou Gong atau Jidan dan terakhir Kongzi.  Kitab Yi Jing yang kita kenal sekarang tidak ditulis oleh Fu Xi belaka, namun ditulis dan disempurnakan oleh 5 (lima) nabi yang mendapat wahyu dalam tempo berlainan, yaitu : Fu Xi, Xia Yu, Wen, Zhou Gong dan Kongzi.
Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (disingkat MATAKIN) adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Konghucu di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955.
Keberadaan umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu diantara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara .
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/bb/Boen_bio.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
Wen Miao () - Surabaya
Kehadiran Agama Khonghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya, Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada tahun 1819 . Di Surabaya didirikan tempat ibadah Agama Khonghucu yang disebut mula-mula : Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar kembali dan disebut sebagai Boen Bio pada tahun 1906. Sampai dengan sekarang Boen Bio yang terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya masih terpelihara dengan baik dibawah asuhan Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) “Boen Bio” Surabaya.
Di Sala didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga Agama Khonghucu pada tahun 1918. Pada tahun 1923 telah diadakan Kongres pertama Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat Agama Khonghucu) di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal 25 September 1924 di Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas tentang Tata Agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara.

Ru Jiao ( ) dan Kong Jiao (孔教)

Sejarah perjalanan dan perkembangan agama Khonghucu (Kong jiao) sangatlah panjang. Agama Khonghucu adalah agama yang ada dengan mengambil nama Sang Nabi Khongcu (Kongzi/Kong Fuzi) yang lahir pada tanggal 27 bulan 8 tahun 551 SM di negeri Lu (kini jasirah Shandong). Awalnya agama ini bernama Ru jiao ( ). Huruf Ru () berasal dari kata (-) ‘ren’ (orang) dan () ‘xu’ (perlu) sehingga berarti ‘yang diperlukan orang’, sedangkan ‘Ru’ sendiri bermakna () ‘Rou’ lembut budi-pekerti, penuh susila, () ‘Yu’ – Yang utama, mengutama perbuatan baik, lebih baik,.. He – Harmonis, Selaras,.. Ru – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,.. ‘Jiao berasal dari kata ‘xiao’ (berbakti) dan ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’ berarti ajaran/sastra untuk berbakti; =agama. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan. Ru jiao ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir. (2952 – 2836 SM), Dimulailah dengan sejarah Nabi-Nabi suci Fuxi Shen-nong (2838 – 2698 SM), Huang-di (2698 – 2596 SM), Yao (2357 – 2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang (1766 – 1122 SM),Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi (551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao. Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna. Maka Ru jiao juga disebut Kong jiao.

Sejarah Agama Konghucu di Indonesia

  • 1883 – Boen Tjhiang Soe (Wen Chang Ci 文昌祠), dan kemudian menjadi Boen Bio (Wen Miao 文廟) Jl.Kapasan No. 131 Surabaya. Oleh pihak Belanda disebut “Gredja Boen Bio atau Geredja Khonghoetjoe (de kerk van Confucius). Dewasa ini sebagai tempat ibadah umat Agama Khonghucu Indonesia. Dibina oleh MAKIN – Majelis Agama Khonghucu Indonesia Surabaya.
  • 1886 – diterbitkan kitab Hikayat Khonghucu, disusun oleh Lie Kim Hok.
  • 17 Maret 1900 – 20 pemimpin Tionghoa mendirikan lembaga sosial kemasyarakatan Khonghucu yang disebut Tiong Hoa Hwee Kwan (Zhonghua Huiguan 中華會館) yang bermaksud memurnikan Agama dan menghapuskan sinkretisme.

Berdirinya lembaga-lembaga agama Konghucu di Indonesia

  • 1918 diresmikan Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui 孔教會) di kota Surakarta, menyusul pula kota-kota lainnya.
  • 25 September 1924 diadakan Kongres di Bandung yang tujuan utamanya membahas lebih lanjut penyeragaman tata ibadah di seluruh tanah air.
  • 25 Desember 1938 diadakan konferensi di Surakarta dan kedudukan pusat dialihkan ke kota Surakarta, dengan ketua umum Tio Tjien Ik, sekretaris Auw Ing Kiong dan diterbitkan majalah bulanan Bok Tok Gwat Po (Mu Duo Yue Bao).
Konferensi tahun 1941 akan diselenggarakan di Cirebon. Semua sekolah Khong Kauw Hwee diberi pelajaran agama Khonghucu. Upacara pernikahan dan kematian supaya diselidiki dan disesuaikan dengan keadaan zaman, tapi tetap berpatokan pada nilai-nilai Ru Jiao.
  • Pada tahun 1942, karena imbas perang dunia II dan masuknya bala tentara Jepang ke Indonesia, Khong Kauw Tjong Hwee yang dianggap anti-Jepang dibekukan.
  • Masa Penjajahan Jepang (1942-1945). Pada masa itu, Litang (tempat ibadah umat Khonghucu) banyak menampung pengungsi tanpa memandang ras. Hal ini sesuai dengan prinsip “Di Empat Penjuru Samudera Semua Umat Bersaudara” (四海之內,皆兄弟也 - Si Hai Zhi Nei, Jie Xiong Di Ye). Lun Yu 12:5.
  • Masa Kemerdekaan - Pada awal-awal kemerdekaan NKRI, kegiatan Khong Kauw Hwee lebih banyak bersifat lokal. Pada bulan Desember 1954, di Solo, diselenggarakan konferensi tokoh-tokoh agama Khonghucu untuk persiapan membangun kembali Khong Kauw Tjong Hwee.
  • Pada tgl 16 April 1955 dibentuk PKCHI (Perserikatan Khong Chiao Hwee Indonesia / Perserikatan Kong Jiao Hui Indonesia) sebagai penjelmaan kembali Khong Kauw Tjong Hwee dengan kedudukan pusat di Solo dengan Ketua umum: Dr. Kwik Tjie Tiok. Sekretaris: Oei Kok Dhan.




Kongres agama Konghucu

  • Kongres pertama diselenggarakan 6-7 Juli 1956 di Solo. Dalam kongres ini disempurnakan AD dan ART PKCHI. Kedudukan pusat tetap di Solo dengan ketua Dr. Kwik Tjie Tiok dan sekretaris Tjan Bian Lie.
  • Kongres kedua diselenggarakan di Bandung, tgl 6-9 Juli 1957. Kedudukan pusat tetap dipilih kota Solo dengan ketua Dr. Kwik Tjie Tiok dan Tjan Bian Lie sebagai sekretaris.
  • Kongres ketiga diselenggarakan di Boen Bio Surabaya tgl 5-7 Juli 1959 dengan ketua umum Tan Hok Liang dan sekretaris Tan Liong Kie untuk periode 1959-1961 dengan kedudukan pusat di Bogor. Di dalam konggres ke empat di Solo 14-16 Juli 1961 diputuskan :
    1. Mengintensifkan penyeragaman tata ibadah.
    2. Mengubah nama PKCHI menjadi LASKI (Lembaga Agama Sang Khongcu Indonesia)
    3. Mengutus Thio Tjoan Tek, salah seorang ketua LASKI, bersama dengan Prof. Dr. Mustopo dari Bandung, memohon agar agama Khonghucu dikukuhkan dalam bimbingan kehidupan masyarakatnya oleh Kementerian Agama RI.
    4. Solo kembali dipilih sebagai pusat organisasi, Tjan Bian Lie sebagai ketua umum dan The Ping Hap sebagai sekretaris.
  • Pada Konggres ke-6 GAPAKSI di Solo 23-27 Agustus 1967, nama GAPAKSI diubah menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Terpilih sebagai pengurus: Ketua Umum: Tan Sing Hoo.
Wakil Ketua Umum: Suryo Hutomo. Sekretaris: Ws. Oei Tjien San. Di dalam konggres ini Pejabat Presiden RI Soeharto dan Ketua MPRS A. H. Nasution, memberikan sambutan tertulis. Dirjen Bimasa agama Hindu dan Buddha Departemen Agama RI, I.B.P. Mastra yang saat itu sudah memberi tempat bagi umat agama Khonghucu di Departemennya, ikut memberikan sambutan atas nama Menteri Agama.
  • Konggres ke-7 diselenggarakan di Pekalongan tgl 24-28 Desember 1969. Kedudukan pusat tetap di Solo. Kepengurusan periode 1969-1971 adalah; Ketua Umum: - Suryo Hutomo. Sekretaris: Tjiong Giok Hwa. Pada Konggres ini IBP Mastra, Dirjen Bimasa Agama Hindu dan Buddha, memberi sambutan mewakili Menteri Agama K. H. Mochammad Dahlan. Juga ikut memberikan sambutan tertulis Ketua MPRS A. H. Nasution.
  • Tanggal 25-27 Desember 1970 diadakan Musyawarah Kerja (Muker) Makin-Makin se-Jawa Barat dan DKI Jaya untuk meningkatkan perkembangan Agama Khonghucu.
  • Tanggal 3 Juli 1971 diadakan Musyawarah Kerja Seluruh Indonesia (MUKERSIN I), yang dihadiri utusan-utusan dari 41 daerah dengan tujuan mensukseskan Pelita dan Pemilihan Umum.
  • Tanggal 23-27 Desember 1971 diselenggarakan Konggres ke-8 Matakin di Semarang. Hasilnya kedudukan pusat tetap di Solo dan terpilih:
    1. Ketua umum: Suryo Hutomo
    2. Sekretaris: Ibu Tjiong Giok Hwa.
  • Tanggal 19-22 Desember 1975 di Tangerang diselenggarakan MUNAS III Dewan Rokhaniwan Agama Khonghucu Indonesia yang dihadiri oleh Rokhaniwan dari 25 daerah. Keputusan-keputusan penting di dalam munas ini adalah disahkannya penyempurnaan hukum perkawinan dan pelaksanaan upacara.


Penyempurnaan dan penyeragaman tata Agama Khonghucu.
  • Tanggal 20-23 Desember 1976 diselenggarakan MUKERSIN II di Jakarta yang dihadiri utusan-utusan dari 35 daerah untuk konsolidasi umat Khonghucu demi mensukseskan Pembangunan Nasional.
Pada tanggal 28 s/d 9 September 1979 MATAKIN mengirim utusan mengikuti World Conference on Religion for Peace ke-3 di New Jersey, Amerika Serikat.
  • Tanggal 23-31 Agustus 1984 MATAKIN mengirim utusan menghadiri World Conference on Religion for Peace di Nairobi, Kenya (Afrika).
Tanggal 15 Januari 1987 di Solo diselenggarakan konferensi MATAKIN secara internal dan sebagai hasilnya telah terpilih Ketua Umum MATAKIN periode 1987-1991 yaitu Ws. Leo Kuswanto.
  • Pada tanggal 14 Maret 1987 diadakan pertemuan MATAKIN dan disepakati untuk mengadakan revisi dan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam rangka menyesuaikan diri dengan Undang-undang No.8/ 1985.
  • Tahun 1993 diadakan Munas (Kongres) MATAKIN XII di Jakarta dan terpilih sebagai Koordinator Presidium Hengky Wijaya dengan Ketua Majelis Pimpinan Pusat Harian Js. Chandra Setiawan dan Sekretaris Irwanto. Kedudukan pusat MATAKIN di Jakarta.
  • Tanggal 13-15 September 2002 diselenggarakan Musyawarah Nasional ke-14 MATAKIN di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang dibuka oleh Ketua MPR RI, Amien Rais. Ikut memberikan pengarahan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Agama, Menteri Pendidikan Nasional Malik Fadjar, Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Kwik Kian Gie, mantan Presiden RI K. H. Abdurrahman Wahid, Sekjen MUI Din Syamsudin, Ketua MUI Sulastomo. Pada Munas ini ditetapkan Ketua Umum untuk periode 2002-2006 adalah Js. Budi S. Tanuwibowo dan Sekretaris Umum Dede Hasan Senjaya.

Perkembangan Lembaga dan Agama Khonghucu pada era Reformasi

Patut disyukuri pengakuan hak asasi manusia pada era reformasi mulai membaik, terbukti Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Reformasi memberikan kesempatan kepada Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) mengadakan Musyawarah Nasional XIII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada tanggal 22 – 23 Agustus 1998 yang dihadiri perwakilan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), Kebaktian Agama Khonghucu Indonesia (KAKIN) dan wadah umat Agama Khonghucu lainnya dari berbagai penjuruh tanah air Indonesia.
Harus diakui karena selama tidak kurang dari 20 tahun umat Khonghucu di Indonesia hidup dalam tekanan dan pengekangan sebagai akibat tindakan represif dan diskriminatif terhadap umat Khonghucu mempunyai dampak negatif bagi perkembangan kelembagaan umat Khonghucu. Walaupun umat Khonghucu ada di setiap provinsi di Indonesia, belum semua propinsi ada lembaga agama Khonghucu yang terorganisasi dan dibawah pembinaan langsung MATAKIN.

Tahun Baru Imlek

Imlek adalah religi dan tradisi Konfucian (Rujiao / Kongjiao). Di Tiongkok terdapat dua jenis kalender: kalender tradisional yang biasa disebut agricultural calendar" ( nónglì, 农历) dan kalender Gregorian yang biasa disebut kalender umum ( gōnglì, ), atau kalender Barat (西 xīlì, 西). Nama lain dari kalender Tionghoa adalah kalender "Yin” ( yīnlì, 阴历), yang dihitung atas dasar perhitungan bulan. Sedangkan kalender Gregorian disebut kalender"Yang”( yánglì, ) yang dikaitkan pada perhitungan matahari.
Kalender Tionghoa disebut kalender lama ( jìulì, ) sedangkan kalender Gregorian disebut kalender baru ( xīnlì, ). Kalender Imlek (Yinli) adalah kalender yang dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi tahun 551 SM. Jadi tahun 2007 ini berarti tahun 551+2007= 2558 Imlek. Karena awal tahunnya dimulai dari awal kelahiran Sang Nabi, maka kalender Imlek juga di sebut Khongchu-lek.
Kalender Imlek pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang Nabi/Raja agung dalam agama Ru jiao / Khonghucu. Lalu kalender ini diteruskan oleh Xia Yu, sorang raja suci/nabi dalam agama Khonghucu pada Dinasti Xia (2205-1766SM). Dengan jatuhnya dinasti Xia dan diganti oleh Dinasti Shang (1766-1122 SM), maka system kalendernya juga berganti. Tahun barunya dimulai tahun 1 dan bulannya maju 1 bulan sehingga kalau kalender yang dipakai Xia tahun baru jatuh pada awal musim semi, maka pada Shang tahun barunya jatuh pada akhir musim dingin. Dinasti Shang lalu diganti oleh Dinasti Zhou (1122-255SM), dan bergantilah system penanggalannya juga. Tahun barunya jatuh pada saat matahari berada di garis 23,5 derajat Lintang Selatan yaitu tanggal 22 Desember saat puncak musim dingin. Dinasti Zhou lalu diganti Dinasti Qin (255-202SM). Berganti pula sistemnya. Begitu pula ketika Dinasti Qin diganti oleh Dinasti Han(202SM-206M). Pada zaman Dinasti Han, Kaisar Han Wu Di yang memerintah pada tahun 140-86 SM lalu mengganti sistem kalendarnya dan mengikuti anjuran Nabi Kongzi untuk memakai system Dinasti Xia. Dan sebagai penghormatan atas Nabi Kongzi, maka tahun kelahiran Nabi Kongzi 551 SM ditetapkan sebagai tahun ke-1. Dengan demikian penanggalan Imlek adalah perayaan umat Khonghucu.
Bila kita mengunjungi kelenteng dan tempat ibadah kaum penganut Konfusianis, Taois dan Chinese-Buddhisme, mata Anda mungkin akan merasa pedih, bahkan berurai air mata lantaran kabut asap yang berasal dari batang-batang hioswa yang selalu ada di altar-altar para dewa.
Hioswa atau lebih populer dengan sebutan pendek hio ini adalah sarana sembahyang utama bagi etnis Tionghoa penganut agama Buddha, Konfusius, Taois dan Hindu. Asap hio yang lurus mengalir ke langit mencerminkan bahwa doa seseorang langsung dikirim dan diterima oleh para dewa di langit, tapi asap hio yang menyebar atau mengalir ke bawah, bisa menjadi pertanda tak dikabulkannya doa tersebut.
Ketika pertama kali menyalakan hio, api yang menyala tak boleh dimatikan dengan ditiup, tetapi dikibas-kibaskan sampai mati. Di kelenteng, biasanya hio dinyalakan dengan api yang berasal dari lilin minyak yang berada di altar para dewa. Setelah bersoja tiga kali, hio ditancapkan pada tempat hio (hio lo) di atas altar dewa bersangkutan.
Selain dalam kelenteng, hio juga digunakan untuk bersembahyang di tempat-tempat lain. Di samping pintu depan rumah-rumah penganut Konfusianis, Taois dan Buddhis-Chinese, sering kali terlihat tempat tancap hio ini.
Ini disebabkan adanya upacara ritual kecil tiap pagi hari di depan rumah untuk menyembah Thian (Tuhan), bersyukur dan mohon berkat bagi hari yang baru. Setelah bersoja tiga kali ke arah langit, hio ditancapkan pada tempat hio yang berada di samping pintu masuk.
Hio juga digunakan untuk bersembahyang mendoakan para leluhur, maka batang hio dan tempat penancapannya juga selalu ada di meja abu leluhur di rumah-rumah kaum Tionghoa. Lubang kecil khusus tempat penancapan hio juga terdapat pada nisan makam kaum Tionghoa. Satu atau tiga batang hio untuk sembahyang pada Thian dan para dewa, serta dua batang hio untuk sembahyang leluhur.
Pada umumnya, hio untuk sembahyang pada masa biasanya adalah berwarna merah atau kuning. Hio kuning adakalanya juga digunakan untuk upacara pengobatan. Sedangkan hio berwarna hijau digunakan hanya untuk sembahyangan orang mati, sampai masa berkabung selesai.
Pernah ada seseorang yang secara tak sengaja selama tiga hari menggunakan hio hijau untuk sembahyang malam harinya. Hasilnya, tiga malam itu ia mimpi buruk berjumpa dengan roh-roh gentayangan.
Seiring perkembangan waktu, bentuk, ukuran, aroma dan fungsi mengalami perkembangan. Sekarang, bentuk dan ukuran hio bermacam-macam. Ada yang kecil, besar ataupun melingkar. Kalau biasanya bahan utama pembuatan hio adalah bubuk kayu, di India juga ada hio yang dibuat dari bahan tertentu. Hio dari bahan tertentu itu tetap wangi dan asapnya malah tidak pedih di mata. Hio buatan Thailand yang berwarna hitam juga terkenal keharumannya.
Pada kenyataannya, hio tidak hanya berfungsi sebagai sarana sembahyang, tetapi juga berfungsi untuk ukuran waktu. Bahkan, seperti yang sering kita lihat di film-film silat, wangi hio ternyata sangat membantu dalam meditasi.
Dengan kembali maraknya meditasi sekarang ini, banyak hio dibuat dengan wangi-wangi tertentu, seperti wangi cendana, jasmine dan lain-lain. Wangi baru asap hio ini ternyata bisa sekaligus menjadi pengharum ruangan.
Berdoa pada leluhur adalah bagian keseharian bagi masyarakat Tionghoa, dan membakar hio merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan religius. Hampir setiap kelenteng besar atau kecil, paling tidak membakar sejumlah kecil hio di halaman depan.
Di Taiwan dan Hongkong misalnya, setiap keluarga akan membakar hio di ruang pemujaan terhadap leluhur. Tradisi semacam ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. 
Setiap pagi, salah seorang anggota keluarga, biasanya yang tertua akan menyalakan hio di depan altar leluhur. Dia akan keluar ruangan dan membungkuk satu kali ke Dewa Langit dan Dewa Bumi. Setelah itu, kembali ke altar leluhur dan ia akan membungkuk satu kali sebelum menancapkan hio ke hiolo. Ritual harian ini diturunkan dari mertua ke menantu dan seterusnya.
Membakar hio dianggap sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi dengan arwah. Seseorang memegang hio saat berdoa di depan dewa, maka jiwanya akan menjadi transparan, dan para dewa akan tahu apa yang tersimpan di dalam akal mereka.
Komunikasi antara bumi dan langit seperti ini telah dilakukan sejak masa Dinasti Zhou (1122-249 SM). Pada waktu itu, orang membakar kayu atau daging sapi dengan harapan asapnya bisa menjadi jembatan antara dunia manusia dan dunia arwah. Para leluhur bangsa Tiongkok percaya bahwa asap dari hio membawa pesan doa kepada para dewa di surga.
Proses pembuatan hio dengan tangan sangatlah sederhana. Namun, memerlukan keahlian untuk membuat hio yang rata lapisannya dan bagus ketika dibakar. Pertama-tama, seikat batang bambu yang telah diserut menjadi batang, atau batang asmanthus dicelupkan dua pertiga bagiannya ke dalam air. Batang-batang itu kemudian ditebar seperti bentuk kipas sebelum dicelup ke dalam bubuk, sampai seluruh batang terlapisi.
Setelah proses pelapisan pertama, minyak pewangi akan ditambahkan ke dalam bubuk. Biasanya terdiri dari campuran kayu cendana, kayu garu, minyak nanmu dan kayu juniper yang dicampur dengan musk oil, ginseng, cengkeh, kayu manis dan berbagai aroma lainnya.
Setelah proses pelapisan selesai, hio akan dikeringkan di luar dengan memanfaatkan panas matahari. Setelah kering kemudian diwarnai, biasanya dengan warna merah atau pink.
Proses pembuatannya harus berlangsung kontinu dari atas sampai bawah, sebab jika tidak, hio tidak akan menyala.
1.      Asal usul Klenteng
      Nama klenteng pada rumah ibadah orang tionghoa, sebenarnya bukan berasal dari bahasaTionghoa asli Klenteng sendiri berasal dari bahasa jawa yang diambil dari perkataan kelintingan, lonceng kecil. Karena bunyi dari lonceng kecil itulah yang sering keluar dari klenteng, sehingga orang-orang jawa menyebut rumah ibadah tersebut sebagai Klenteng.
    Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Klenteng berasal dari Kuan Im Ting (Mandarin: GuanYinTing). Pendapat ini lemah karena terlalu dipaksakan karena ‘kuan’ menjadi ‘ke’, ‘im’ menjadi ‘len’ dan ‘ting’ sama dengan ‘teng’. Selain itu, tidak semua klenteng mempunyai altar untuk memuja Kuan Im
Ada juga yang mengatakan bahwa istilah ‘klenteng’ berasal dari minyak biji kapuk yang disebut ‘klenteng’ (dengan ‘e’ pepet). Argumen ini lemah karena tidak semua pelita di klenteng menggunakan minyak biji kapok (bahkan sedikit yang menggunakan minyak biji kapok).
Klenteng atau miao tradisi tionghoa sudah ada sejak jaman peradaban manusia, Dari jaman era Banpo yaitu era ( 7000 sm -3000 sm). Tujuan pendirian klenteng adalah tempat pemujaan terhadap leluhur, Dewa, dan Tuhan, pada jaman itu.
Klenteng juga disebut sebagai bio yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Tiongkok.

Pada mulanya "Miao" adalah tempat penghormatan pada leluhur "Ci" (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat "Ci" untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka.
 Dari perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku.
 Saat ini masih di dalam "Miao" masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam "Miao" disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.
Miao - atau Klenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal.
Saat ini Miao (Kelenteng) bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama.
UPACARA RITUAL YANG BERKAITAN DENGAN TAHUN BARU IMLEK

Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Sembahyang besar ke hadirat Tuhan yang Maha Esa guna menyambut pergantian tahun/perayaan ritual tahun baru Imlek ialah sembahyang besar menyatakan syukur atas karunia Tuhan sepanjang tahun yang akan ditinggalkan serta penuh semangat dan pengharapan menyambut tahun baru yang akan datang. Maka suasana diliputi renungan segala sesuatu yang telah terjadi agar senantiasa mawas diri dan mengamalkan kebajikan sebagaimana Tuhan firmankan melalui beberapa tahapan, yaitu:

1.      Tanggal 24, upacara mengantar ZAO SHEN (COO CUN) SIANG THIAN (malaikat dapur naik ke surga) dilakukan pada saat ZI SHI, yaitu antara jam 23.00 – 01.00. COO CUN adalah malaikat dapur yang berkedudukan di dapur setiap keluarga. Meskipun tempatnya di dapur, beliau sebagai malaikat utusan Tuhan yang menilik dan mengawasi tingkah laku segenap anggota keluarga. Tentang apa yang dimasak, disajikan, maupun dimakan, apakah sudah sesuai dengan kebajikan dan melaporkan kepada Tuhan sehingga beroleh karunia dan berkah atau hukuman dan percobaan bagi keluarga.

2.      CU SHI, merupakan hari terakhir dari tahun yang akan ditinggalkan. Segenap anggota keluarga berhimpun bersama mulai siang hari. Sembahyang besar kepada leluhur, membersihkan altar kemudian makan malam bersama.

3.      Tahun Baru Imlek/SIN CIA/CHUN JIE, menyampaikan ucapan selamat tahun baru dan penghormatan kepada orang tua, sanak keluarga, baik usia lebih lanjut, maupun tingkatan lebih tinggi dalam hubungan keluarga dan sanak keluarga yang lebih tua. Generasi tua biasanya memberikan ANG PAO (amplop merah yang berisi uang) sebagai lambang berkat karunia dan rejeki yang berlimpah pada masa-masa mendatang.

4.      Mulai hari kedua setelah Tahun baru Imlek, umat Khonghucu mengadakan renungan suci selama seminggu dengan berpantang makan makanan yang mengandung daging (vegetarian/CIAK CHAI) untuk memperluas cinta kasih kepada sesama mahluk hidup dan lingkungan hidup alam semesta, bersuci diri guna menyambut sembahyang besar ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (KING THI KONG) pada tanggal 8 menjelang tanggal 9 bulan I Imlek mulai pukul 23.00 – 01.00. Pada upacara sembahyang bisa mulai umat Khonghucu berprasatya dan sembah sujud ke hadirat Tuhan yang Maha Esa dengan ritual agung yang diakhiri dengan SAN KWI KYU KHAO (3X berlutut dan 9  menundukkan kepala).

5.      CAP GO MEH/Malam Purnama tanggal 15 bulan I Imlek, merupakan malam penutupan perayaan tahun baru Imlek, dimana umat Khonghucu berhimpun bersama menyampaikan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa di tempat ibadah umum, baik di Klenteng maupun di Lithang. Seusai sembahyang bersama, menikmati hidangan khas yang disebut Lontong CAP GO MEH, yaitu lontong opor ayam. Tradisi semacam ini adalah khas Indonesia sesuai Local Genius umat Agama Khonghucu berkembang dan beradaptasi dengan kebudayaan lokal/setempat.

Jadi, bagi umat Khonghucu, Tahun Baru Imlek sangat penting dan suci untuk mawas diri dan mempertebal iman kepad Tuhan selaku Khaliknya, Pencipta alam semesta dan isinya, dimana semua umat membulatkan tekad dan melaksanakan tugas dan kewajiban hidup sebagaimana yang telah Tuhan firmankan. Selanjutnya mengelola dan mengatur alam sekitarnya demi kerukunan dan kemajuan bangsa dan tanah air.


RITUAL KEMATIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA
Skripsi/Undergraduate Theses from digilib-uinsuka / 2009-04-03 10:24:42
By : Lailatul Rohmah NIM. 03521528, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Created : 2009-04-03, with 1 files

Keyword : Ritual Kematian, Khonghucu
ABSTRAK

Tradisi keagamaan Cina dikenal tiga ajaran besar (Khonghucu, Budha, Tao), yang disebut San Jiao. Di Indonesia istilah ini dikenal dengan Sam Kauw (Hokkian literature ) atau disebut Tridharma. Orang-orang Cina di Indonesia pada umumnya masih menganut tiga ajaran, yaitu Khonghucu, Budha dan Tao, namun sebagian dari mereka menganut satu ajaran / kepercayaan, seperti Khonghucu. Mereka yang masih memegang teguh pada ajaran Khonghucu berusaha untuk melaksanakan peribadatan secara Khonghucu, seperti penyelenggaraan Upacara Ritual Kematian. Ritual kematian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengurus jenazah sampai ke pemakaman, mendoakan jenazah, juga ungkapan bhakti yang sungguh-sungguh yang menjadi satu kewajiban bagi seorang anak untuk mengenang orang tua semasa hidupnya dan hormat kepada orang tua sebagai balas budi seorang anak yang sudah dirawat dan dibesarkan agar almarhum memperoleh kehidupan yang damai dan juga memberikan rasa aman dan ketentraman bagi keturunan yang ditinggalkan.

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang mekanisme Upacara Ritual Kematian Dalam Agama Khonghucu di Surakarta. Adapun pembahasannya adalah: Prosesi pra pelaksanaan upacara ritual kematian, benda-benda yang digunakan (simbol), jenazah perabukan (dikubur). Dengan demikian sudah bisa digambarkan (Description) bagaimana proses upacara ritual kematian sesuai dengan prosesi Cultur Agama Khonghucu dalam makna simbolistik dari perlengkapan Ritual kematian.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) bersifat kualitatif. Untuk memperoleh data yang obyektif, penulis menggunakan beberapa metode yaitu observasi langsung, wawancara (interview), dokumentasi serta datalain yang dianggap berkaitan/ relevan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Antropologi yang dianggap bisa memberikan penjabaran secara teoritis.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa proses ritual kematian yang dilaksanakan umat Khonghucu di Surakarta masih mempertahankan tradisi Cina, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami perubahan dari ritual kematian pada masa lampau. Perubahan-perubahan itu terlihat pada tahapan-tahapan pelaksanaan ritual dan waktu berkabung. Karena seiring dengan perkembangan zaman, tradisi

kuno yang tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang sudah tidak dipakai lagi. Ritual kematian merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bhakti atas meninggalnya Almarhum atau orang yang meninggal dunia, terutama bentuk pengkabungan terhadap orang tua bagi sang anak untuk mengenangnya semenjak masih hidup. Dari bentuk pengkabungan tersebut ada tatacara perlakuan atau yang dinamakan ritual kematian/ upacara kematian dalam tradisi agama Khonghucu.

Copyrights : Copyright � 2009 by Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.






























[1] Ws. Darmadi Slamet B. Sc.
[2] Lailatul Rohmah, Skripsi / Undergraduate Theses, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009.
[3] Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Agama Khonghucu Description: Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top