728x90 AdSpace

Latest News

Rabu, 06 Juli 2011

AGAMA SIKH


AGAMA SIKH

·         Latar Belakang
Agama Sikh berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah bagian Punjab, hingga sekarang daerah Punjab merupakan wilayah kediaman sebagian besar pengikut agama Sikh atau Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini.
Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, pendirinya ialah Guru Nanak, agama Sikh lahir sebagai reaksi terhadap agama Brahma atau Hinduisme.
Guru Nanak dilahirkan di Talwandi Rai Bhoe, sebuah kota kecil di tepi sungai Ravi, pada tanggal 15 April 1469. Dari sudut pandang hindu, orangtuanya memiliki kasta ksatria, ayahnya Mehta Kalu, adalah seorang Patwari yang bekerja pada perusahaan milik Rai Bular, seorang muslim, pemilik tanah yang luas di desa itu. Agama Sikh dikategorikan sebagai agama yang lahir atau berasal dari bangsa Arya.
·         Konsep Teologi
Guru Nanak pribadi adalah seorang yang benar-benar hidup konsekuen dengan ucapannya, ia mengajarkan keesaan Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan itu adalah Maha Esa, kekal abadi, berdiri sendiri dan tanpa rupa. Tuhan yang diajarkan Nanak bukan suatu ide yang Khayal atau abstrak, bukan suatu kekuatan moral yang bersifat impersonal, karena menurut Nanak, Tuhan adalah wujud yang personal, Maha Pencipta, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
Nanak menolak ajaran tentang dewa-dewa yang diajarkan oleh agama Hindi, menurut dia hanya tuhan yang Maha Esa yang wajib disembah, Nanak samasekali menolak bentuk kompromi dalam ajaran tentang keesaan Tuhan. Ia dengan tegas menolak ajaran trinitas, dan mengatakan baha pembagian Tuhan menjadi tiga pribadi adalah bertentangan dengan keesaan Tuhan.
·         Upacara Keagamaan
Agama Sikh tidak banyak merumuskan upacara ibadat. Ibadat yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat Tuhan untuk menyucikan rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia dari Tuhan. Di samping itu mereka mengenal sujud dan menyanyi di kuil. Tetapi inti pokoknya adalah zikir. Menurut mereka kewajiban tertinggi adalah menyebut nama Tuhan secara terus menerus.
·         Hari-Hari Besar
Ada tiga jenis perayaan yang di peringati oleh agama Sikh, umumnya perayaan ini diadopsi dari perayaan Hindu, antara lain:
§  Perayaan tahun baru atau Baisakhi
§  Perayaan cahaya atau Divali, dan
§  Perayaan Hola Mohalla
Namun demikian perayaan tersebut pada saat ini jarang dilakukan, mungkin hal ini dikarenakan Guru Amar Das, Guru Ketiga mengatakan bahwa “perayaan yang bukan milik orang Sikh jangan dirayakan. Bahkan andaikata kita harus merayakannya pada hari yang sama, kita harus melakukannya dengan cara kita sendiri”.
Namun demikian ada upacara yang asli dari agama ini yang sering diperingati tiap tahunnya, perayaan tersebut bernama Gurpurb, perayaan ini dilakukan untuk memperingati kelahiran dan kematian sepuluh Guru.
·         Pengaruh Terhadap Pengikutnya
Dalam agama Sikh para pengikutnya diajarkan untuk tidak membeda-bedakan antar sesama, sehingga mereka menjadi pribadi yang saling menghormati antar umat manusia tanpa memandang perbedaan.

AGAMA SIKH
LATAR BELAKANG
Anak benua Indo - Pakistan adalah tanah asal dari berbagai agama. Dalam bab-bab terdahulu, telah kami gambarkan dua kepercayaan yang lahir dan berkembang di anak benua ini. Agama selanjutnya yang timbul di anak benua Indo-Pakistan adalah agama Sikh, tetapi antara agama tersebut ini dengan agama Buddha ada jarak yang berabad-abad. Pada saat itu, Islam telah lahir di jazirah Arab dan telah tersebar ke berbagai tempat di dunia, termasuk ke anak benua Indo - Pakistan ini. Hampir seluruh anak benua ini diperintah oleh penguasa Muslim. Namun mereka itu menunjukkan minat yang sangat kecil dalam menyiarkan agamanya. Islam disebarkan di India, seperti ditunjukkan oleh Sir Thomas Arnold dalam bukunya yang terkenal The Preaching of Islam, adalah melalui para wali Muslim dan kaum Sufi. Orang-orang suci ini berdiam jauh dari kota-kota besar dan di daerah-daerah yang tidak punya penduduk Muslim. Dengan ajaran, contoh, dan kehidupan para wali tersebut, mereka telah menarik perhatian dari orang-orang yang berkerumun untuk mendengarkannya. Ajaran mereka sederhana dan mudah dimengerti, serta menyatakan kepada rakyat tentang kasih sayang Tuhan, tentang kepentingan utama dalam menyayangi serta melayani makhluk Tuhan, dan tentang keindahan hati yang suci murni. Ajaran Islam mengenai Keesaan Tuhan dan persamaan serta persaudaraan dari segenap ummat manusia, telah menarik sejumlah besar rakyat yang tidak puas terhadap politeisme Hindu dan penyembahan berhala atau menjadi korban perbedaan kasta dalam agama Hindu, serta kasta Paria yang tidak boleh disentuh. Berbicara mengenai masuknya rakyat awam di Bengali oleh pengaruh kaum Sufi, Sir W.W. Hunter menulis, "Bagi ummat miskin ini, nelayan, pemburu, pembajak tanah, dan kasta rendah yang menggarap tanah, Islam tiba bagaikan satu wahyu dari Langit. Islam merupakan pernyataan keimanan dari ras yang berkuasa, para pendakwahnya adalah orang-orang dengan semangat membawakan kitab tentang Keesaan Tuhan dan persamaan ummat manusia dalam pandangan rakyat yang teraniaya dan terlantar. Upacara yang dilakukan menjadi lenyap, kemunduran dan yang membuat orang yang tadinya bingung menjadi generasi orang yang beriman selama-lamanya. Bukanlah dengan kekerasan Islam mendapatkan keberhasilan yang lestari di Bengali Bawah. Islam menghimbau kepada ummat dan agama itu menarik massa besar dari pemeluk-pemeluk kalangan rakyat miskin. Agama itu membawakan konsepsi yang lebih tinggi tentang Tuhan dan ide yang mulia tentang persaudaraan ummat manusia. Agama itu memberikan kepada orang banyak dari kasta yang rendah di Bengali yang selama berabad-abad duduk di bagian paling bawah masyarakat Hindu, suatu pintu masuk yang bebas ke dalam suatu organisasi masyarakat yang baru".
Hasil yang paling dapat dicatat dari pengaruh Islam di India adalah daya tarik mistikisme India Utara yang asing namun menarik. Sir T.W. Arnold menulis:        "Seketika kekuasaan orang Islam menjadi tersusun, dan khususnya di bawah dinasti Mughal, maka pengaruh keagamaan Islam tentunya menjadi semakin mantap dan kuat. Pengaruh ini dengan pasti masuk dalam gerakan-gerakan keagamaan Hindu yang bangkit dalam abad kelimabelas dan keenambelas, dan Bishop Lefroy telah menduga bahwa watak positif dari ajaran Muslim telah menarik akal-fikiran yang tidak puas atas kekaburan dan subjektivitas dari sistem fikiran yang panteistis."
Salah satu ahli mistik terbesar ini adalah Ramananda, tentang hal ini Evelyn Underhill menulis: "Hidup di suatu masa di mana penyair yang penuh semangat dan filsuf yang mendalam, seperti para mistikus besar Persia, Attar, Sadi, Jalaluddin Rumi, dan Hafiz, telah membawa pengaruh yang kuat terhadap pemikiran keagamaan di India, dia memimpikan untuk mengawinkan mistik Islam yang kuat dan mempribadi dengan teologi tradisional Brahmanisme." Ahli mistik lain yang besar adalah Kabir, yang boleh dianggap sebagai pendahulu langsung dari Guru Nanak, pendiri agama Sikh. Kabir telah mengalami kenikmatan bersatu dengan Tuhan, kalbunya penuh kasih sayang, dan dia menyanyikan kasih sayang itu keluar dengan sepenuh hatinya dalam bahasa rakyat yang awam. "Bagaimana mungkin kasih sayang antara Engkau dan aku dapat dipisahkan? Bagaikan daun teratai di atas air, maka Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hamba Mu. Bagaikan burung malam Chakor yang semalaman memandang ke arah rembulan, demikianlah Engkau Tuhanku dan aku adalah hamba Mu. Dari awal hingga akhir masa adalah kasih sayang di antara Engkau dan aku, dan bagaimana kasih sayang ini akan dihilangkan? Kabir berkata, "Bagaikan sungai yang mengalir memasuki lautan, demikianlah hatiku menyentuh Mu." Dia memberikan ekspresi dalam lagu-lagunya atas Keesaan Ilahi. Dia telah mencapai apa yang disebut oleh Evelyn Underhill dengan sebutan "synthetic vision." Dia telah memutuskan pertentangan yang tanpa henti antara personal dan impersonal, transenden dan immanen, statis dan dinamis dari sifat Ilahi, antara filsafat absolut dan 'Sahabat sejati' dari pengabdiaan agama. Dia menyanyikan: "Oh, betapa dapat aku mengemukakan rahasia itu? Oh, betapa dapat aku berkata bahwa Dia tidak seperti ini dan Dia adalah seperti itu? Jika kukatakan bahwa Dia ada di dalam aku, alam semesta ini akan malu: Jika kukatakan bahwa Dia di luar aku ini adalah kepalsuan. Dia membuat dunia di dalam dan di luar adalah esa tak terbagi Yang sadar dan tak sadar keduanya adalah telapak-telapak kaki-Nya. Dia tidak terbabar dan tidak pula tersembunyi Dia itu tidak jelas tampak, tidak pula terlindung. Tidak ada kata-kata yang sanggup menerangkan bagaimana Dia itu." Kabir percaya kepada kesatuan manusia dan dengan keras mengutuk sistem kasta Hindu. Dia juga menolak ajaran Hindu tentang pentitisan (Avatar) dan tidak mau terlibat dengan penyembahan berhala, serta upacara mandi di sungai-sungai yang dianggap suci. "Tidak ada sesuatu apa pun kecuali air di tempat pemandian suci; dan saya tahu bahwa itu tidak ada gunanya, karena itu saya tidak mandi di sana. Patung-patung itu tidak ada kehidupannya, mereka tidak dapat berbicara: Saya tahu karena saya telah menyeru dengan berteriak-teriak kepadanya." Dia menentang praktik-praktik Hindu tentang penyiksaan diri dan kependetaan. Dia sendiri menikah dan mempunyai seorang putera dan seorang puteri, dan meneruskan hidupnya pengayam yang sederhana. Katanya: "Bukanlah susah payah dengan menyiksa daging yang menyenangkan Tuhanmu, Di saat engkau menanggalkan bajumu dan mematikan panca inderamu, engkau tidak menyenangkan Tuhanmu. Manusia yang penyayang dan menjalani ketulusan, yang tetap pasif di tengah hingar bingar peristiwa dunia, yang tetap menganggap semua makhluk di muka bumi ini sebagai dirinya sendiri. Dia mencapai Dzat Yang Kekal Tuhan sejati dan selalu besertanya. Kabir berkata: Dia mencapai Nama yang sejati kata-katanya adalah suci, yang bebas dari kesombongan dan tinggi hati."          Guru Nanak pendiri agama Sikh, adalah hasil dan semangat yang sama, mereguk pengaruh yang sama, memberikan ajaran yang sama, dan sering menggunakan kata-kata serta ekspresi yang sama. Dia seperti Kabir adalah seorang Sufi.
KEHIDUPAN GURU NANAK
Nanak dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di Talwandi Rai Bhoe, sekarang dikenal dengan nama Nankana Sahib, sekitar empat puluh mil barat daya Lahore Pakistan. Ayahnya Mehta Kalu, seorang bendaharawan desa (patwari) yang bekerja pada Rai Bular, tuan tanah Muslim dari desa tersebut. Nama ibunya adalah Tripta. Dalam Janam Sakhis, kita mendapati banyak cerita mukjizat yang berhubungan dengan kelahiran dan masa kanak-kanaknya.            Pada usia tujuh tahun, Nanak dikirim kepada seorang guru desa untuk mempelajari abjad dan dasar-dasar ilmu hitung. Kecerdasan dan ketekunannya menyebabkan dia menyelesaikan pendidikannya dalam jangka waktu yang sangat pendek. Kemudian dia dikirim ke seorang Maulwi desa untuk mempelajari bahasa Persia dan Arab. Juga diterangkan bahwa Nanak mempelajari al Qur'an dan literatur Islam dengan Sayid Hasan, seorang sufi yang saleh. Beberapa tahun berlalu, dan Nanak mencapai usia yang menurut adat-istiadat Hindu, dia harus diberi tenunan suci. Namun hal ini menimbulkan kemarahan semua orang, dan dia dengan tegas menolak pergi ke upacara pengenaan dalam agama Hindu yang mengikat dengan tenunan suci itu. Dari sejak kecilnya, Nanak adalah seorang yang sangat condong fikirannya kearah keagamaan yang mendalam. Ayah berhasrat untuk memberinya pekerjaan atau berdagang, tetapi usahanya membujuk Nanak agar keluar dari suasana meditasinya itu gagal. Akhirnya saudara perempuannya membawa dia ke rumahnya di Sultanpur, dan dengan pengaruh suaminya dia memberi pekerjaan sebagai penjaga toko Nawab Daulat Khan Lodhi, seorang sepupu jauh dari Sultan Delhi yang berkuasa. Meskipun Nanak memegang jabatan itu dengan beberapa keberatan namun dia menunaikan kewajibannya dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan kasih-sayang dari majikannya. Segera setelah penunjukkannya sebagai penjaga toko, Nanak menikah dengan Sulakhani puteri Mul Chand dari Batala. Sangat sedikit diketahui tentang kehidupan rumah tangganya, kecuali dia telah menghasilkan dua orang putera dari hasil perkawinannya ini. Nanak bekerja dengan Nawab Daulai Khan Lodhi selama duabelas tahun, ketika dia memperoleh pengalaman mistisnya yang pertama. Pada saat itu, dia tengah mandi di suatu sungai. Kitab Janam Sakhis menceritakan bahwa dia lenyap dalam air tidak timbul-timbul selama tiga hari. Ketika dia pulang ke rumah, maka dia menjadi seorang yang berobah. Dia mendengar, suara berkata berkali-kali: "Tidak ada Hindu, tidak ada Muslim", yang berarti bahwa dua kaum yang terbesar di Indo-Pakistan itu telah berhenti menjalankan ketulusan. Nawab heran teramat sangat atas perubahan anak semangnya ini, dan bertanya mengapa dia berpendapat tidak ada Muslim. Nanak menjawab: "Nawab Sahib, sungguh sulit menjadi seorang muslim itu", dan dia menambahkan dengan penjelasan: "Dia yang kuat keimanannya. Mempunyai hak untuk disebut seorang Muslim.Tindakannya harus sesuai dengan keimanannya kepada Nabi saw. Dia harus membersihkan nuraninya dari kesombongan dan keserakahan. Tidak disusahkan lagi oleh penipu kehidupan dan kematian. Menyerah kepada kehendak Tuhan. MengenalNya sebagai Pelaku. Beban dari penguasaan pribadi. Kasih-sayang terhadap segala sesuatu. Seorang yang semacam itulah yang boleh menyebut dirinya seorang Muslim."(Var Majh, 8. se 1)    Dia meninggalkan ikatan kerja dengan Nawab dan memutuskan untuk mengabdikan sepenuhnya untuk reformasi kemanusiaan. Dia tidak pernah memberi jalan ke arah perubahan keyakinan, dia hanya menyeru kepada kaumnya untuk mengisi hati nurani dengan kasih sayang Tuhan, dan agar baik hati, jujur, serta lurus dalam berhubungan dengan sesama manusia. Kitab Janam Sakhis meriwayatkan bahwa dia melakukan lima perjalanan dakwah yang sangat luar biasa (Udasis). Meskipun ada beberapa ketidakpastian tentang jurusan yang ditempuhnya secara tepat, Janam Sakhis sedikit banyak sepakat tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama perjalanan itu.  Perjalanan yang pertama, membawanya ke arah Timur sejauh Assam. Di Hardwar, dia melihat serombongan besar orang Hindu yang sedang mandi di air suci Gangga percaya bahwa ini akan menghapus dosa-dosa mereka. Ketika sedang berdiri di air sungai mereka mencurahkan segenggam air ke arah Timur sebagai persembahan kepada Dewa Matahari dan nenek moyang mereka yang sudah tiada. Nanak juga masuk ke dalam sungai dan mulai mencurahkan air ke jurusan Barat. Orang-orang Hindu berkumpul di sekelilingnya dan menanyakan apa yang diperbuat. Dia menjawab bahwa ia mencurahkan air ke arah ladangnya yang baru dipanen di Punjab. Orang-orang mentertawakannya dan salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana seseorang dapat mengirimkan air ke tempat yang begitu bermil-mil jauhnya?" Guru Nanak menjawab dengan tersenyum: "Jika air ini tidak dapat mencapai tanah pertanianku yang hanya beberapa ratus mil dari sini, bagaimana bisa segenggam air yang kau curahkan ke arah matahari yang jauhnya ribuan mil serta para nenek moyangmu di balik bumi?". Kemudian dia menyampaikan suatu khutbah tentang kesia-siaan yang sangat dari praktik-praktik ketakhayulan. Pada saat kedatangan di Gorakhmatta suatu kuil di Gorakh, sekitar duapuluh mil sebelah Pilibhit, dia berdebat lama dengan para pertapa dan para yogi di tempat itu. Katanya kepada mereka: "Agama itu tidak terdiri dari jubah yang bertambal atau dalam tongkat Yogi atau dalam abu yang digosokkan seluruh badan. Agama tidak terdiri dari cincin di telinga ataupun kepala yang digundulkan atau dalam meniup tanduk dan terompet. Tetapi tinggallah suci di tengah ketidaksucian dunia; demikian maka engkau akan menemukan jalan kepada agama." (Rag Suhi, 8:1). Melalui Varanasi, Gaya, dan banyak lagi tempat lain, Guru Nanak tiba di Kamrup (Assam), di mana menurut kitab Janam Sakhis, beberapa tukang sihir mencoba membujuk dan menggoda dia dengan magic, kekayaan, dan kecantikan. Tetapi dia dapat menaklukkan macam-macam itu, dan meyakinkannya bahwa daya penarik yang sejati dan kekayaan yang sesungguhnya terletak dalam mencapai kemuliaan dalam watak seseorang. Di perjalanan kembali, dia berhenti di Jagannath Puri. Di sana, di kuil yang terkenal di Jagannath dia melihat pendeta-pendeta melakukan upacara Arti di depan patung dewa dengan melambai-lambaikan tangannya, memberi hormat dengan bunga-bungaan, wangi-wangian, dan lampu menyala. Guru Nanak memberi khutbah penerangan kepada para pendeta dan para penyembah itu atas praktik-praktik pemberhalaan yang sangat dungu itu.           Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berkelana di Punjab, mengunjungi lebih dari sekali ke benteng kaum Sufi di Pasrur, Panipat, dan Multan. Guru Nanak mengakui mereka sebagai saudara-saudara rohaninya dan merasa sangat berbahagia dalam bergaul dengan mereka.            Kunjungan kedua Guru Nanak adalah ke arah Selatan melalui Tamilnadu ke Ceylon. Diriwayatkan bahwa dia pulang kembali melalui sepanjang pantai barat melalui Malabar, Konkan, Bombay, dan Rajasthan mengajar serta mempertunjukkan mukjizat kemana saja dia pergi. Perjalanan ketiga adalah di daerah Himalaya sampai sejauh Laddakh.          Perjalanan terakhir adalah ibadah Haji ke Mekkah. Di sana dia pergi ke Medinah, kota Nabi saw. Selanjutnya berjalan ke barat sampai ke Baghdad, di mana dia menghabiskan waktunya dengan para sufi dan wali setempat.      Dia kembali ke anak benua Indo-Pakistan pada saat penyerangan dari Kaisar Barbar. Menurut kitab Janam Sakhis, dia ditawan oleh pasukan kaisar di Syedpur (sekarang disebut Eminabad di daerah Gujranwala), tetapi kemudian dia dilepaskan. Kaisar diceritakan sangat terkesan sekali olehnya dan meminta berkahnya. Nanak mengajak kaisar kepada kebenaran dan keadilan serta berkata: "Kekaisaranmu akan tetap berlangsung lama".            Guru Nanak menghabiskan akhir hidupnya di Kartarpur, di mana rombongan besar orang mendengar dia berkhotbah sangat terkesan oleh kesalehannya yang menonjol dan wataknya yang suci. Sesungguhnya dia adalah seorang pengabdi Tuhan dan kemanusiaan. Pada saat wafatnya pada tanggal 2 September 1539, suatu pertengkaran katanya telah timbul antara kaum Hindu dan Muslimin, dan setiap golongan ingin menunjukkan kehidupannya di dunia ini dulu sesuai dengan aturan-aturan agamanya sendiri. Golongan Hindu berkata bahwa Nanak adalah seorang Hindu karena dia dilahirkan dalam keluarga Hindu. Orang Muslim mengatakan bahwa dia adalah seorang Muslim karena dia percaya kepada syariat Islam. Namun ketika tutup jenazahnya dibuka, mereka hanya menemukan setumpuk bunga yang dibagi di antara kedua golongan.
AJARAN GURU NANAK
Guru Nanak adalah seorang yang ketat dalam bertauhid. Dia percaya kepada Tuhan Yang Esa dan Satu Satunya Yang Abadi adalah dengan sendirinya tak berbentuk. Tuhan yang dipercayai Nanak bukanlah suatu ide abstrak ataupun suatu kekuatan moral yang tak berkepribadian. Dia Dzat Pribadi yang disayangi dan dihormati. Dia menolak adanya Tuhan-Tuhan lain, dan berkata bahwa Tuhan itu Esa dan suci yang harus kita sembah. Konsepsi Guru Nanak tentang Tuhan dipaparkan dengan bagusnya dalam Mul-Mantra baris-baris pembukaan dari Adi Granth:            "Tiada lain kecuali Satu Tuhan, yang namanya adalah Benar, Pencipta, terjauh dari rasa takut dan kebencian, dia tidak dilahir, Dia tidak pernah mati, ada dengan sendirinya, Yang Besar dan Pemurah: Yang Esa sejak dari permulaan; Satu-Satunya Kebenaran dari zaman awal, Yang Esa dan Sejati di masa kini, O Nanak; Yang Esa dan Sejati juga di masa datang". Nanak menolak setiap kompromi terhadap konsepsi Keesaan Tuhan. Dia menolak ajaran Trinitas dan menyatakan bahwa pembagian ketuhanan dalam tiga pribadi adalah bertentangan dengan kesatuan Ilahi: "Adalah sudah umum dianggap bahwa Ibu Tuhan itu dengan rencana gaib mengandung lalu melahirkan tiga dewa: Pertama dewa yang mencipta, kedua dewa yang memelihara, dan ketiga dewa yang membinasakan. Tetapi sesungguhnya, Dialah Tuhan Yang membimbing dunia sesuai dengan kehendak-Nya dan tiada tuhan lainnya. Perkara yang paling mengherankan orang-orang, Dia dapat melihat kita, tetapi kita tidak dapat melihat Dia. Segala puji kepunyaan Nya! Segala Puji! Dzat yang Utama, Yang Maha Suci, Yang tidak berawal dan tidak berakhir, di segala zaman Dia tetap sama" (Japji, XXX)   Dia tidak mau mengakui ajaran penitisan. Karena Tuhan itu tidak terhingga, kata Nanak, Dia tidak dapat dilahirkan dari rahim seorang wanita dan mati, atau pun juga dapat dianggap berbentuk manusia yang tidak lepas dari ketidak-sempurnaan serta mati: "Dia tidak berbapak atau beribu. Dia tidak dilahirkan dari suatu apa pun. Dia tidak berbentuk atau tergambarkan, dan Dia tidak termasuk satu kasta pun. Dia tidak merasakan lapar atau haus. Dia selalu puas." (Var Malar, p. 22) "Nanak! Dia bermeditasi terhadap kenyataan yang abadi dan menjadi kekal, tetapi dia yang menyembah yang dapat mati setelah pernah dilahirkan, berarti mengejar jalan yang palsu." (Var Asa 5. 1.p.2)           Guru Nanak menolak monisme Hindu (Advaita Vedantisme), yang menyatakan bahwa dunia ini suatu khayalan, seperti halnya dualisme Hindu (Sankhya-Yoga) yang mengajarkan baik dunia maupun Tuhan kedua-duanya tidak tercipta dan abadi. Seperti halnya penganut Islam, maka dia percaya bahwa meskipun dunia itu nyata, dia itu diciptakan dan tidak abadi. Dunia ini nyata karena pengejawantahan dari kehendak dan perintah Tuhan serta kehadiran Nya ada di dalamnya: "Dengan kehendak dan perintah Nya (hukum) segala bentuk menjadi ada - kehendak Nya itu tidak dapat digambarkan - adalah kehendak Nya bahwa bentuk-bentuk itu mengembangkan kehidupan di dalamnya dan kemudian mereka berkembang meningkat". (Japjit Hymn No. II) Guru Nanak menyeru ke orang-orang yang mengikuti jalannya ke arah kepatuhan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Keselamatan, katanya, adalah bagi mereka yang telah menyelaraskan kehendaknya kepada Kehendak Utama Tuhan, yang berfikir dan bertindak tepat seperti yang diinginkan darinya oleh kehendak Nya. Dengan mengutip kata-kata Guru sendiri: "Jalan untuk taat membawanya pada akhir pintu keselamatan. Pertama dia menjadi pembantu rohani dan keluarga; Kemudian menjadi seorang guru, yang telah menyelamatkan dirinya, dia juga menyelamatkan para pengikutnya. Nanak, manusia yang mematuhi firman Nya, tidak akan berkelana meminta-minta dari satu pintu ke pintu lainnya. Begitulah Firman itu tidak ternoda! O, jika seseorang mengetahui bagaimana mentaatinya dengan sepenuh hati dan jiwanya." (Japji, XV)          Seperti Kabir, pendahulunya, Guru Nanak tidak menyetujui praktik-praktik Hindu dalam penyembahan berhala dan mandi di sungai-sungai suci. Di sani dua kutipan dari Japji, pertama tentang penolakkannya terhadap penyembahan berhala, dan kedua kritiknya terhadap mandi suci:
(1). "Dia tak dapat dibentuk dan didirikan sebagai patung berhala. Karena Dia adalah segala dalam segalanya. Dirinya sendiri terhindar dari syarat-syarat material. Barangsiapa yang mengabdiNya adalah terhormat. Nanak, karenanya, bernyanyilah demi Dia, karena Dia penuh dengan kemuliaan." (Japji, V)
(2). "Saya akan mandi di tempat-tempat suci, jika dengan berbuat demikian saya mendapat ridhoNya, kalau tidak apa gunanya mandi suci? Bagaimana saya mendapat ridho Nya dengan hanya mandi suci saja di saat seluruh dunia yang luar ini saya tidak melihat sesuatu pun yang bisa diperoleh tanpa perbuatan." (Japji Hymn VI)          Guru Nanak menyatakan bahwa seluruh ummat manusia adalah satu. Dia berkata bahwa seseorang itu dihormati tidak karena dia termasuk dalam kasta atau golongan ini atau itu melainkan karena dia adalah seorang manusia. Dia meletakkan landasan pengangkatan derajat manusia tidak semacam jalan pintas, seperti mantera, mukjizat, atau kegaiban, melainkan dengan watak dan tingkah laku manusia: "Oh, tidak ada gunanya kasta dan keturunan: pergi dan tanyakanlah kepada mereka yang mengetahui kebenaran. Kasta atau keturunan manusia ditentukan oleh karya yang diperbuatnya." (Parbhoti 4,10)   Cara untuk berbakti kepada Tuhan, menurut Guru Nanak adalah mengalunkan puji kepada Nya dan bermeditasi atas nama Nya: "Kami telah mendengar bahwa Tuhan adalah benar dan dinyatakan dalam Kebenaran, bahwa tak terhingga cara-cara di mana Dia digambarkan: Dia di saat para makhluk berdoa kepada Nya untuk memohon anugerah Dia sebagai Pemberi memberinya. Jadi, kemudian apakah yang akan kami persembahkan kepada Nya sebagai balasan, sehingga kita dapat melihat balairung Nya. Apa yang akan kita ucapkan dengan lidah kita yang dapat menggerakkan Nya untuk memberikan pada kami cinta Nya? Dalam makanan dewa-dewa di saat kedukaan bermeditasilah atas keberkahan dan Nama yang sejati." (Japji, IV) "Dia yang menyalakan Nama Nya di hatinya dan mempunyai sari dan Nama itu dilidahnya baginya Nama Tuhan itu membuatnya tak berkeinginan seperti Tuhan sendiri demikian" (Gauri 1,6)
GURU NANAK DAN ISLAM
Seringkali dinyatakan bahwa tujuan Guru Nanak adalah membawa perdamaian di antara Islam dan Hindu dengan mengkombinasikan kedua kepercayaan itu dalam agamanya sendiri. Demikianlah, Sardar Khushwant Singh, cendikiawan Sikh dan novelis terkemuka, menulis dalam History of Sikhs : "Agama Sikh terlahir sebagai hasil perkawinan antara agama Hindu dan Islam, setelah mereka mengenal satu sama lain selama sembilan ratus tahun." Namun ini tidaklah tepat. Hampir-hampir tak ada satu pun yang sama di antara ajaran Guru Nanak dengan agama Hindu. Dia mempunyai konsepsi yang berbeda tentang konsepsi Ketuhanan, teori penciptaan, alam semesta dan hubunganNya, sikap terhadap manusia, gagasan tentang keselamatan. Selanjutnya dia sangat keras mengutuk sistem kasta, dan praktik-praktik Hindu dalam penyembahan berhala, upacara mandi di sungai suci dengan harapan dapat menghapus dosa. Dalam hal yang diterimanya, seperti hal yang ditolaknya, maka dia menunjukkan sebagai penganut agama Islam. Guru Nanak berbeda dengan faham Hindu tentang dasar-dasar keimanan mereka; tetapi berbeda pula dengan kaum Muslimin, tidak secara keseluruhan, tetapi ia berbeda dengan kaum muslimin yang mengabaikan ruh sebenarnya tentang Islam. Ini terungkap dari sejumlah anecdote tentangnya. Misalnya, sekali waktu dia diundang oleh Nawab Daulat Kahn Lodhi untuk bergabung dengan kaum Muslimin dalam ibadah shalat Jum'at mereka. Nanak segera setuju. Dia pergi ke mesjid dan ikut beribadah, tetapi ketika mereka bersujud, Guru Nanak tidak turut bersujud bersama mereka. Ketika shalat berakhir, Nawab bertanya mengapa dia tidak ikut sujud bersamanya. Nanak menjawab: "Saya setuju untuk shalat berjamaah, tetapi karena engkau tidak berdoa, maka tidak ada gunanya saya bersujud". "Apa makud Anda?", tanya Nawab. Guru Nanak berkata: "Sekarang katakan kepada saya, apakah Namaz (sholat) itu hanya terdiri dari ruku dan sujud saja?", "Tidak," kata Nawab, "itu hanyalah pernyataan lahir dari kerendahan hati. "Guru Nanak bertanya: "Kemudian katakan kepadaku apakah pernyataan batin itu?", "Kebaktian dalam semangat yang diucapkan dalam kata-kata shalat", jawab Nawab. "Itulah sebabnya, mengapa saya katakan baik Anda maupun Qadi yang memimpin shalat tidak berdoa, karena ketika tubuhmu rukuk, maka rohanimu sedang terikat dengan masalah-masalah lain. "Guru kemudian mengatakan dengan tepat apa yang sedang difikirkan Qadi itu, ia sedang gelisah memikirkan anak kuda yang baru lahir di rumahnya, dan Nawab dalam khayalannya sedang pergi ke Kabul untuk membeli beberapa ekor kuda. Guru kemudian menoleh kepada jamaah dan berkata: Saya akan katakan pada Anda, bagaimana mengucapkan sholat dengan cara mengikuti kalimat-kalimat suci dari al-Qur'an: "Di mesjid kasih sayang, Tebarkanlah permadani keimanan, Bergembiralah dengan penghasilanmu yang halal, Ikutilah kalimat suci, Tahanlah nafsumu dan sederhanakanlah lingkunganmu, Bertindak wajarlah dalam puasamu, Lakukanlah yang benar dalam menunaikan ibadah Hajimu ke Ka'bah, Muliakanlah pembimbing rohanimu, Berkaryalah dengan baik untuk jamaahmu, Jadilah seorang Muslim, Ulangilah nama Nya dalam tasbihmu, Dia akan mengangkatmu."(Var Majh, p. 140) Dia menyeru mereka untuk mensucikan fikiran mereka sehingga kata-kata dalam shalat itu dapat mencapai kemulian dan penuh makna, serta tambahnya: "Masa lima kali dalam sehari dihubungkan dengan lima shalat, Dan shalat itu mempunyai lima nama yang terpisah, Permintaan mereka yang pertama ialah ketulusan, Kedua adalah hidup dengan rezeki yang halal, Ketiga adalah bersedekah dengan nama Tuhan, Keempat adalah mengatur akal-fikiran dengan keputusan yang benar, dan kelima adalah memuji Tuhan, yang perbuatannya mengikuti kalimat-kalimat shalatnya, Mempunyai hak menyebut dirinya seorang Muslim,Mereka yang berkelana dalam padang ketidakbenaran yang hanya mengikuti kata-kata dan melalaikan rohnya"(Var Majh, p. 142) Guru Nanak seringkali membacakan al-Qur'an dan membimbing masyarakat dengan diterangi apa yang terdapat dalam Kitab Suci. Diriwayatkan dalam Adi Granth, bahwa ia berkata: "Zaman Weda dan Purana telah berlalu, sekarang hanya al-Qur'an lah kitab yang membimbing dunia." Salinan Qur'an yang sering dibaca olehnya, sampai saat ini tetap terjaga di Guru Har Sahat yang berada pada distrik Forrezpur. Jubah (Chola Sahib) yang biasa dipakai oleh Guru Nanak pada peristiwa-peristiwa keagamaan, dapat dilihat di Dera Baba Nanak, propinsi Punjab, India. Jubah itu dipenuhi dengan tulisan-tulisan ayat al-Qur'an, dan di puncaknya persis di bawah kerahnya dilukiskan Kalimat Islamiyah (atau pernyatakan keimanan) : "Tiada Tuhan yang Esa kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasul Nya". Di paha kanan di antara ayat-ayat lain dari al-Qur'an tertulis ayat "Tiada agama yang benar di sisi Allah kecuali Islam". Nanak berkelana ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Kitab Adi Grant berisi kata-kata: "Para wali, mujaddid, aulia, ulama, syekh, dan qutub, akan memperoleh kenikmatan yang tiada terkira, bila mereka memohon daruds (rahmat Ilahi) dari Nabi Suci saw"
SEJARAH AGAMA SIKH
Guru Nanak, seperti yang telah kita saksikan, mengajarkan agama yang berbeda dengan agama Hindu. Ide keagamaannya hampir-hampir sama dengan ajaran Islam. Dia adalah seorang Sufi. Namun sebagai ironi sejarah, dengan berlalunya waktu, maka kaum Sikh yang menyatakan diri sebagai pengikut Guru Nanak, makin lama makin dekat ke agama Hindu dan menjadi semakin terasing dengan Islam. Tiga faktor yang muncul dan bertanggung jawab atas kejadian ini, adalah: Pertama, meskipun Guru Nanak tidak datang dengan suatu agama baru, dan tidak mempunyai niat membentuk suatu masyarakat agamis yang terpisah, tetapi setelah kematiannya, mereka yang menyatakan diri sebagai pengikutnya kemudian mengorganisir dalam suatu sekte yang berbeda.    Kedua, sebagian besar dari penganut sekte agama Sikh ini datang dari agama Hindu, dan tetap saja melanjutkan ide-ide dan praktik keagamaan mereka yang lama. Dengan berlalunya waktu, maka mereka menjadi bagian dari agama Sikh. Para pengikut ini juga lebih bersahabat dengan bekas teman seagama mereka dibandingkan dengan kaum Muslim. Ketiga, konfilik politik dari kaum Sikh (pada saat Guru kelima mengorganisir kelompoknya menjadi golongan politik) dengan penguasa Mughal, membuat mereka memusuhi Islam dan kaum Muslimin pada umumnya. Dalam kebencian mereka terhadap kaum Muslimin, maka mereka datang begitu erat dengan kaum Hindu sehingga demi maksud-maksud praktis, mereka pun menjadi satu sekte dari agama Hindu. Pewaris pertama dari Guru Nanak dan Guru yang kedua adalah Bhai Lehna, belakangan disebut sebagai Guru Angad (1539-1552). Dia adalah pengikut yang berbakti dari Guru Nanak, dan menjalani hidup sederhana seperti guru besarnya. Dengan taktiknya, dia dapat mencegah perpecahan di antara pengikutnya dengan pengikut putra Guru Nanak, Sri Chand, bahwa dia lah yang menuntut lebih utama sebagai gaddi ayahnya. Sumbangan Guru Angad yang terbesar kepada sejarah Sikh dan agamanya adalah pembagian naskah Punjabi. Gurmukhi, catatan yang di dalamnya terdapat hymne dan kata-kata dari Guru Nanak. Ini membentuk inti dari kitab suci Sikh yang belakangan hari berkembang menjadi Adi Granth.    Guru ketiga adalah Amar Das (1552-1574). Dia mengorganisir kaum Sikh dalam 22 Manjis atau rayon, dan mendirikan lembaga dapur umum yang bebas bea, disebut Guru-ka-Langar, di mana orang-orang dari segala kasta makan bersama-sama. Dinyatakan bahwa Guru Amar Das sebagai pembaharu sosial yang besar, dan dia melarang praktik agama Hindu, Sati, yakni pembakaran hidup-hidup para janda pada upacara pemakaman suaminya yang meninggal dunia. Guru keempat adalah Ram Das (1574-1581). Dia memulai pembangunan sebuah danau besar, disebut Amritsar (danau Nectar) dan merencanakan juga pembangunan Kuil Emas di tengah-tengah danau itu. Tanah dan danau tersebut disumbangkan oleh Maharaja Akbar, dan peletakkan batu pertama kuil itu dilakukan oleh seorang wali sufi muslim Hazrat Mian Meer dari Lahore. Ram Das mulai mengumpulkan sumbangan tetap atau tithes untuk manajemen masyarakat Sikh dan kegiatan khusus resmi lainnya, disebut Masands, untuk organisasi peribadatan dan pengumpulan tithes. Ram Das adalah Guru yang pertama kali menunjuk puteranya sendiri sebagai penggantinya, jadi dialah yang secara resmi menjadikan Guru sebagai keturunan.          Guru yang kelima, Arjun (1581 - 1606) yang memainkan peranan menentukan dari sejarah kaum Sikh. Awal mulanya, dia meneruskan pembangunan Kuil Emas dan menyediakan bagi kaum Sikh suatu markas dan tempat berlatih. Kedua, dia mengumpulkan Kitab Suci Sikh, Adi Granth, di mana dia memasuk-kan karangannya sendiri bersama-sama keempat pendahulunya. Ketiga, dia mengorganisir kaum Sikh dalam suatu masyarakat terpisah dengan kitab suci tersendiri, dan menjadikan danau suci beserta kuil suci mereka. Ini permulaan dari Negeri Sikh, dan Guru Arjun disebut oleh para pengikutnya Sanchcha Padshah (Maharaja Sejati). Arjun adalah Guru pertama yang mengambil bagian aktif dalam politik, dan mulai terlibat konflik dengan penguasa tanah itu, Maharaja Jehangir. Sebab dari pertengkaran itu adalah pengusiran dan bantuan yang diberikan Guru Arjun kepada putera Maharaja Jehangar yang memberontak, yakni Kushru. Setelah pemberontakan Khusru gagal, Arjun dibebani pajak berat oleh Jehangar, dan ketika dia menolak membayarnya, maka dia ditangkap dan dipenjarakan dengan tuduhan sebagai penghianat besar. Para ahli sejarah menulis bahwa Guru Arjun menjadi korban pembunuhan pribadi sebagai pembalasan dendam Menteri Keuangan Jehangir yang beragama Hindu, Seth Candu Shah, dengan memainkan peran jahat mengadu-domba antara Maharaja melawan Guru Arjun. Suatu hari, ketika Arjun diperbolehkan sipir penjara keluar berenang di sungai Ravi yang mengalir sepanjang penjara, dia dengan mendadak tenggelam. Kematiannya ketika menjadi tahanan, menimbulkan kemarahan besar di kalangan Sikh dan kebencian terhadap Moghul yang dalam waktu bertahun-tahun berkembang menjadi kebencian terhadap Islam dan kaum Muslimin pada umumnya. Guru yang keenam, Har Gobind (1606 - 1645), dikelilingi tukang pukul dan memerintahkan para pengikutnya untuk mempersenjatai diri. Dalam kuil-kuil Sikh, mengutip Kushwant Sing, "sebagai ganti menyanyikan puji-pujian perdamaian, maka para jamaah memperdengarkan balada untuk menggugah semangat kepahlawanan, sebagai ganti ceramah-ceramah agama, mereka mendiskusikan rencana-rencana penaklukkan militer." Mereka menjadi besar, mempunyai angkatan bersenjata yang terlatih baik, terdiri dari infantri, kaveleri, dan unit-unit arteleri. Di bawah kepemimpinan Har Gobind, mereka terlibat konflik bersenjata dengan pasukan-pasukan kerajaan kaisar Shah Jehan dalam beberapa kali pertempuran.       Guru ketujuh, Har Rai (1645 - 1661) adalah cucu Har Gobind. Dia tetap menjaga semangat militer kaum Sikh. Dia bersahabat dengan putera Maharaja Shah Jehan yang bersikap liberal, Dara Shikoh, dan membantunya dalam perang perebutan tahta melawan Aurangzeb. Har Rai mengabaikan putera sulungnya Ram Rai, karena yang belakangan ini mempunyai hubungan persahabatan dengan Maharaja Moghul Aurangzeb, dan kemudian menunjuk putera keduanya, yakni Hari Krishen (1661-1664) sebagai penggantinya. Hari Krishen masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru. Kakaknya yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan membentuk sekte yang terpisah. Hari Krishen meninggal disaat dia berumur baru sembilan tahun.   Di saat kematian Guru Hari Krishen, maka beberapa orang menyatakan bahwa mereka berhak menjadi gaddi dari Guru. Orang yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur (1664-1675). Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh bebuyutannya. Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan agama dari maharaja Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di antara lawan maharaja yang melakukan diskriminasi agama dan kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh Bahadur telah mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta memaksa penduduk pedesaan. Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran maharaja di Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada Guru dengan alasan memberontak   Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru berikutnya. Selama dua puluh tahun tinggal dalam pengasingan, dan mengobarkan perasaan balas dendam terhadap mereka yang dianggap bertanggungjawab atas kematian ayahnya. Dia mulai membangun dirinya sebagai kampiun Hindu melawan penguasa Moghul, dan menulis beberapa kisah tentang dewa-dewi agama Hindu. Pengajian diisi epos Hindu Mahabrata dan Ramayana bersama-sama dengan Granth mulai dijalankan di kuil-kuil Sikh. Dalam otobiografinya, Bichitra Natak, dia menulis: "Tuhan memerintahkan saya untuk pergi ke dunia. Fikiranku pada saat itu terpusat pada bunga anggrek di kaki Tuhan. Saya tidak ingin pergi, tetapi Tuhan mengirimku ke dunia dengan suatu mandat, firman Nya: 'Aku pelihara engkau sebagai Putera Ku, dan mengirimkan engkau untuk menegakkan kemuliaan dan menyelamatkan rakyat."            Guru Gobind Singh melakukan suatu upacara yang disebut Khanda di-Pahul (Baptis Pedang), di mana dia memandikan lima murid yang terpilih disebut Piyaras. Dia mengirimkan satu cawan besi dan menaruhkan beberapa gula dan air di dalamnya. Kemudian dia mengaduknya dengan belati bersisi dua, dan menyebut adukannya sebagai Amrita, dan kelima Piyara meminumnya kemudian memakan sejenis bubur yang disebut Karah Parshad. Guru Gobind Singh menyatakan kepada mereka, bahwa mereka telah menjadi anggota suatu Ordo baru, dan harus menganggap dia sebagai ayahnya dan yang termuda dari istri-istrinya, Sahib Devan, sebagai ibunya. Mereka diminta untuk memakai nama 'Singh' (singa)  dan memakai senjata pribadi serta memakai baju perang supaya cocok dengan kehidupan seorang prajurit. Mereka memakai lima perhiasan yang diberi nama semuanya dengan diawali huruf 'K'. Ini adalah Kesh (rambut dan jenggot yang tidak dipotong), Kangha (sisir), Kirpan (pedang), Kach (celana sependek lutut), dan Kara (kalung baja). Guru Gobind Singh mengatakan kepada mereka, bahwa di mana dan kapan pun mereka berkumpul di masa depan, maka rohnya akan beserta mereka. "Jika kita membaca sejarah Sikh dengan benar-benar", tulis Teja Singh, "masyarakat Sikh akan tampak sebagai unit yang terorganisir di bawah pengarahan disiplin di tangan sepuluh Guru, sampai akhirnya karakter mereka berkembang sepenuhnya dan Guru menggabungkan kepribadiannya ke dalam badan bangsa tersebut, jadi dia ada dibelakangnya." Mengikuti kelima Piyaras, maka banyak murid Guru Gobind Singh dibaptis dengan cara yang sama . Ordo baru itu disebut "Khalsa Panth" (Jalan Suci), dan orang yang dibaptis disebut "Khalsas" (orang-orang yang suci). Tujuan Guru Gobind Singkh dengan mengintroduksi cara pembaptisan ini jelas untuk memberi identitas tersendiri dari orang Sikh, dan membuat mereka menjadi suatu bangsa dan serdadu. Dia mengubah sepenuhnya karakter dan komunitas orang Sikh. Namun, beberapa orang Sikh menolak cara pembaptisan ini, dan mereka dikenal sebagai "Sahajdharis" atau orang yang hidup santai. Mereka membentuk sekte terpisah. Secara bertahap Khalsa Sikhs menjadi suatu kekuatan militer yang berpengaruh. Orang-orang yang bergabung dengan mereka, khususnya kaum Jats, dihembus-hembus dengan semangat kebencian yang mendalam kepada kaum Muslimin. Bhagat Lakshman Singh, seorang pemuja Guru Gobind Singh, menulis: "Bagi mereka yang menjadi kaum Sikh harus dengan terang-terangan kebencian kepada penganut agama Brahma dan kaum Muslimin. Manusia-manusia yang bersenjata lengkap harus siap membabat kaum Muslim, dan mereka yang sanggup menderita kesukaran hebat adalah sangat diperlukan. Bilamana orang-orang ini berhasil merobohkan kekuatan orang-orang Muslimin, maka mereka diminta untuk tunduk kepada lambang-lambang yang nampak dari agama Sikh." Guru mula-mula menyerang Raja Hindu yang setengah merdeka dari bukit Shivalik (sekarang Himachal Pradesh), yang sedang bermusuhan dengan kerajaan Moghul. Belakangan berdasarkan saran dari raja bukit itu, dia bekerjasama dengan mereka untuk menentang pungutan cukai dari Moghul. Namun raja Hindu itu mengkhianatinya. Di satu pihak mereka berperang melawan panglima Moghul dibawah kepemimpinan Guru, tetapi sebaliknya mereka membuat perjanjian dengan perwira-perwira dibalik punggung Guru. Guru Gobind Singh dan sekutu-sekutunya dikalahkan dengan hebat, namun Maharaja Aurangzeb menunjukkan kelapangan hatinya, dan memberikan pengampunan tak bersyarat kepada Guru dan kaum Sikh. Ini memberikan Guru Gobind Singh waktu untuk menjalankan rencana mengorganisir kembali kaum Sikh, dan menghembuskan perasaan kebangsaan serta kekuatan militer mereka. Ketika Maharaja sedang pergi bertugas untuk jangka waktu lama ke Decca, Raja bukit menyerang kaum Sikh di Anandpur dan sekaligus meminta bantuan sebagai mandataris kepada tentara kemaharajaan. Dalam pertempuran inilah Guru menderita kekalahan yang dasyat dan kehilangan segalanya. Kedua putranya tewas dalam pertempuran, sementara yang termuda dari keduanya ditangkap kemudian dieksekusi secara brutal atas perintah Gubernur Sirhind. Dia sendiri berusaha lari, dan minta suaka di antara kaum Malwa Jats. Dari sana dia menulis surat kepada Maharaja Aurangzeb dan menggambarkan kerugian yang diderita beserta pengikutnya ditangan tentara kemaharajaan karena fitnah "orang-orang bukit penyembah berhala", dan menghimbau sang Maharaja sebagai "orang yang bertaqwa" agar campur tangan membela dirinya. (Zafar Nama, termasuk dalam Dasam Granth, adalah versi Gumukhi yang sudah dirubah dan surat aslinya dalam bahasa Persia) Aurangzeb segera mengirimkan perintah kepada Gubernur Punjab agar berhenti mengganggu Guru dan mengundang dia untuk berbicara secara pribadi. Segera Guru melakukan perjalanan untuk mengunjungi Maharaja, tetapi sebelum sempat bertemu, Maharaja Aungrangzeb wafat. Guru diterima dengan penuh kebaikan hati oleh Maharaja yang baru, Bahadur Shah. Tetapi ini tidak mencegah Guru Gobind Singh untuk mengambil keuntungan dari kelemahan Moghul, dan memerintahkan salah satu muridnya yang paling fanatik, Banda, untuk mengangkat senjata dan membantai kaum Muslimin di Punjab, sebagai balas dendam atas kekalahan kaum Sikh di Anandpur. Keberangan dan kebiadaban yang dilakukan Banda tiada taranya dalam sejarah. Namun akhir riwayat Guru Gobind Singh juga semakin mendekat. Dia dibunuh oleh seorang Pathan, yang ayahnya terbunuh sebelumnya, karena pertengkaran perniagaan, hanya karena soal yang remeh saja. Seluruh putera Guru Gobind Singh telah tewas dalam peperangan, dan dia mengumumkan bahwa tidak akan ada pewarisnya, tetapi Khalsa dan Granth diantara mereka yang akan meneruskan tugas-tugasnya.   Setelah kematian Guru Gobind Singh, kaum Sikh menarik diri ke pedalaman Punjab di mana mereka hidup dalam badan-badan terpisah yang dipimpin oleh kepala suku setempat. Tetapi pada permulaan abad kesembilanbelas, setelah merosotnya kekuasaan Moghul, Maharaja Ranjit Singh, sekali lagi mempersatukan kaum Sikh dalam suatu bangsa yang besar, dan menegakkan kewenangannya sendiri di daerah Punjab. Dia memutuskan untuk memperluas kerajaannya ke selatan di Sutlej, di mana sekelompok negeri Sikh telah timbul. Kerajaan ini meminta bantuan Inggris, dan Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris, mengirim Lord Metcalfe ke istana Maharaja Ranjit Singh, dan membujuk agar membatalkan rencananya. Ranjit Singh setuju dan menanda tangani perjanjian persahabatan dengan Inggris. Selama Ranjit Singh memerintah kaum Sikh, mereka merupakan bangsa yang kuat dan berkuasa. Setelah kematiannya pada tahun 1839, bangsa Sikh bentrok dengan Inggris, dan ada dua kali pertempuran yang menentukan. Akhirnya kaum Sikh ditaklukkan dan daerahnya menjadi bagian dari Kerajaan British India.
KITAB - KITAB SUCI KAUM SIKH
Kitab-kitab Suci kaum Sikh meliputi (1) Adi Granth, dan (2) Dasam Granth. Adi Granth atau Guru Granth Sahib, disusun oleh Guru kelima, Arjun di Amritsar. Ada tiga versi dari Granth ini, yakni Kartar Vali Bir, Bhai Banno Vali Bir, dan Dam Dama Vali Bir. Yang disebut terakhir ini, adalah versi yang sudah direvisi oleh Guru Gobind Singh dengan menyelipkan karangan-karangan ayahnya, Guru Tegh Bahadur, di antara nyanyian puji-pujian dari lima Guru pertama yang termasuk dalam versi aslinya. Ada tiga kategori dalam penulisan Adi Granth. Pertama, puji-pujian dari Guru-Guru Sikh. Dari sini jumlah terbesar 2218, adalah Arjun, diikuti oleh Guru Nanak 974 (termasuk Japji nya yang terkenal), Amar Das 907, Ram Das 679, Tegh Bahadur 115, dan Angad 62. Kedua, nyanyian puji-pujian oleh ahli mistik Hindu dan Muslim. Sejumlah besar dari kelompok ini adalah karya ahli sufi Muslim, Kabir dan Farid. Ketiga, pernyataan puji-pujian yang tinggi kepada Guru-Guru Sikh oleh penyair-penyair resmi. Hymne Adi Garanth tidak diatur berdasarkan pengarang atau judul, namun dibagi 31 ragas atau cara-cara musik yang dimaksudkan untuk dinyanyikan. Dasam Granth atau Dasvin Padshah ka Granth, adalah kumpulan tulisan-tulisan Guru Gobind Singh. Kompilasi itu dengan mudah dibagi menjadi empat bagian: mitologi, filosofi, otobiografi, dan narasi. Sebagian besar adalah mitologi yang berisi ucapan kembali Guru Gobind Singh tentang dewa-dewi Hindu. Bagian filosofi termasuk karya terkenal dari Jap Sahib (berbeda dengan Japji Guru Nanak). Alkal Ustat, Gyan Pobodh, dan Sabad Hazare. Bagian otobiografi termasuk Bichitra Natak dan Zafar Nama. Bagian narasi mencakup cerita-cerita yang diucapkan oleh Guru Gobind Singh tentang bujuk rayu kaum wanita dan penuh dengan halaman-halaman cabul.      Sebagai tambahan pada Granth, disana ada juga Janam Sakhis atau biografi tradisional dari Guru Nanak. Kitab ini banyak berisi perkara dongeng dan penuh kisah-kisah mukjizat serta keajaiban. Dari kesemuanya ini yang paling dikenal adalah (i) Janam Sakhi dari Bhai Bala, (ii) Vilayat Vali Janam Sakhi, dikatakan telah ditulis pada tahun 1588 oleh Sewa Das, dan (iii) Hafizabad Vali Janam Sakhi.

Sikhisme

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sikh

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Kuil Emas di Amritsar, Punjab, India merupakan kuil paling suci bagi agama Sikh
Sikhisme (juga dikenali sebagai agama Sikh; bahasa Panjabi: ਸਿੱਖੀ, sikkhī, IPA: /ˈsɪkkʰiː/) adalah sebuah agama monoteistik yang diasaskan mengikut ajaran Guru Nanak dan sembilan orang guru lain di Punjab, India pada abad ke-15. Agama Sikhisme adalah agama kelima terbesar di dunia, dengan lebih daripada 23 juta penganut.
Sikhisme berasal daripada perkataan Sikh, yang datang daripada kata dasar śiṣya dalam bahasa Sanskrit, yang bermakna "murid" atau "pelajar", atau śikṣa yang bermaksud "arahan".

Kepercayaan

Kepercayaan utama orang Sikh adalah keyakinan dalam Waheguru - yang digambarkan menggunakan simbol suci ēk ōaṅkār, yaitu Tuhan Universal. Sikhisme menggalakkan meditasi yang berdisiplin di bawah nama dan pesan Tuhan, untuk memperoleh keselamatan. Agama ini juga menggambarkan Tuhan melalui konsep yang tidak mengandung antropomofisme (pemberian sifat manusia kepada dewa-dewa). Tuhan juga kadang kala diinterpretasikan sebagai Alam Semesta sendiri oleh orang Sikh.
Penganut agama Sikh dikehendaki mengikuti pengajaran sepuluh orang guru Sikh, bersama dengan kitab suci yang bernama Guru Granth Sahib, yang bukan saja menulis penulisan enam daripada sepuluh guru Sikh tersebut, tetapi juga mengandung karya-karya yang ditulis oleh orang dari pelbagai latar belakang sosio-ekonomi dan agama. Teks dalam Guru Granth Sahib telah diputuskan oleh Gobind Singh, guru yang kesepuluh, sebagai guru Khalsa Panth yang terakhir. Tradisi dan ajaran agama ini berkait rapat dengan sejarah, masyarakat dan budaya Punjab. Kebanyakan orang Sikh tinggal di Punjab, dan sebelum pemisahan India dan Pakistan, jutaan orang Sikh tinggal di wilayah Punjab di Pakistan.

Sejarah

Agama Sikh bermula di Sultanpur, berhampiran Amritsar di wilayah Punjab, India. Penggagas agama ini ialah Guru Nanak (1469-1539), Agama Sikh percaya kepada adanya satu Tuhan dan dipanggil waheguru. Selepas beliau meninggal dunia, penggantinya juga diberi pangkat guru. Sebanyak sepuluh guru telah mengambil alih tempat beliau dan secara perlahan-lahan. Rangkaian ini berakhir pada tahun 1708 selepas kematian Gobind Singh yang tidak meninggalkan pengganti manusia tetapi meninggalkan satu himpunan skrip suci yang dipanggil Adi Granth. Skrip ini kemudian diberi nama Guru Granth Sahib. Gobind Singh juga telah menumbuhkan sebuah persatuan "Persaudaraan Khalsa Sikh" dan memulakan pemakaian seragam untuk lelaki Sikh yang taat kepada agamanya yang diberi gelaran "Lima K".

Lima K

Lima K atau panj kakaar/kakke ini perlu dipakai sepanjang masa karena diarahkan pakai oleh mahaguru Sikh yang ke-10, Guru Gobind Singh Ji. Guru Gobind Singh telah mewajibkan 5 K dipakai pada tahun 1699 di Anandapur Sahib. Hari itu dinamakan Vasakhi.
Lima K ini termasuklah:
  • kesh (rambut yang tidak dipotong)
  • kanga (sikat)
  • kara (gelang ditangan kanan)
  • kirpan (pisau kecil yang tidaklah begitu tajam)
  • kachha (celana pendek selutut)
Tempat sembahyang agama Sikh dipanggil Gurdwara. Gurdwara Emas di Amritsar, India merupakan tempat suci bagi penganut Sikh.

Guru-guru Sikhisme

Perkataan guru datang daripada perkataan bahasa Sanskrit gurū, yang bermaksud "pengajar" atau "mentor". Tradisi dan falsafah Sikhisme telah dibentuk oleh sepuluh orang guru dari tahun 1499 sampai 1708. Setiap guru menyokong dan menambah pesan yang diajar oleh guru sebelumnya, menyebabkan pengasasan agama Sikhisme ini. Nanak adalah guru pertama, dan telah memilih seorang pendidik sebagai guru seterusnya. Gobind Singh merupakan guru manusia yang terakhir. Sebelum kematian beliau, Gobind Singh mengeluarkan keputusan bahwa Guru Granth Sahib adalah guru terakhir dan abadi bagi orang Sikh.
Berikut merupakan serangkaian guru Sikhisme dalam urutan:
No
Nama
Tanggal Lahir
Tanggal Menjadi Guru
Tanggal Kematian
Umur
Catatan
1
15 April 1469
20 Agustus 1507
22 September 1539
69
Penggagas agama Sikhisme
2
31 Maret 1504
7 September 1539
29 Maret 1552
48

3
5 Mei 1479
26 Maret 1552
1 September 1574
95

4
24 September 1534
1 September 1574
1 September 1581
46
Menyiapkan pembinaan Kuil Emas
5
15 April 1563
1 September 1581
30 Mei 1606
43
Penulis Adi Granth
6
19 Juni 1595
25 Mei 1606
28 Februari 1644
48
Pembawa Miri dan Piri
7
16 Januari 1630
3 Maret 1644
6 Oktober 1661
31

8
7 Juli 1656
6 Oktober 1661
30 Maret 1664
7

9
1 April 1621
20 Maret 1665
11 November 1675
54

10
22 Desember 1666
11 November 1675
7 Oktober 1708
41

11
-
7 Oktober 1708
-

Kitab suci agama Sikhisme

Tokoh suci Sikhisme
Tokoh lain: Bhai Vir Singh dan Bhai Kaan Singh Nabha

Hari-hari keagamaan

Agama Sikh bukan kepada bangsa Punjabi saja. Bahkan siapa yang mampu membaca dan memahami isi kandungan Sri Guru Granth Sahib dan mengikuti amalan Sikh boleh menganut agama ini. Upacara masuk agama ini dipanggil Amrit Sanskar yang bermula dengan lima khalsa memohon supaya seorang itu dimasukkan kedalam persatuan atau "brotherhood" Khalsa. Selepas itu, mereka yang ingin memasuk agama ini harus meminum air "Amrit" sejenis air madu yang diaduk dengan Kirpan. Selama diaduk kelima-lima khalsa ini akan membaca lima Banis yang suci yaitu:
  • Jap Sahib, (dikarang oleh Sri Guru Gobind Singh Ji)
  • Japji Sahib (dikarang oleh Guru Nanak)
  • Tav Prasaad Seveiye (dikarang oleh Guru Gobind Singh Ji)
  • Benti Chaupai (dikarang oleh Sri Guru Gobind Singh Ji)
  • Anand Sahib (dikarang oleh Guru Amardas)
Air ini samalah seperti air baptisme dalam agama Kristian.
Pertamanya, air ini dituang di telapak tangan kanan dan diminum oleh setiap orang yang memasuk agama ini. Kemudian air ini dialirkan sebanyak lima kali pada mata dan kepala mereka. Akhirnya setiap calon meminum air ini dari mangkuk yang sama sehingga habis.

Adat istiadat penganut Sikh

Adat istiadat bermula sejak kelahiran sehinggalah kematian penganut Sikh. Pemberian hadiah merupakan amalan biasa untuk menyambut kelahiran bayi. Pemberian nama merupakan upacara penting dan ia dikenali sebagai Naamkaran. Disini bayi yang baru lahir itu akan diberikan nama selepas Granthi membaca Ardas. Kemudian kitab mereka Sri Guru Granth Sahib akan dibuka secara rambang. Bayi itu akan dinamakan mengikut huruf pertama dalam mukasurat itu. Nama akhir untuk penganut Sikh adalah sama dan berbeda hanya mengikut jantan yaitu Singh bagi lelaki, dan jika perempuan dipanggil Kaur. Singh bermaksud "Singa" dan Kaur pula bermaksud "Puteri".
Apabila seseorang remaja lelaki mencapai umur sebelas hingga enam belas tahun dia akan melalui satu upacara - pemakaian sorban. Upacara yang dipanggil Dastar Bandhni biasanya dilakukan oleh para agama Sikh dipanggil Granthi atau ketua masyarakat.
Bagi seorang Sikh, perkawinan adalah suci dan mereka percaya pada sistem monogami. Dalam agama mereka, perceraian adalah mustahil dan tidak dibenarkan. Walaupun begitu, perceraian masih boleh dilakukan di mahkamah sipil.

Bilangan penganut Sikh

Terdapat 26 juta penganut Sikh. 75 % menetap di India. 60 % tinggal di negeri Punjab, India yaitu 2/3 daripada penduduk negeri Punjab. Tempat lain ialah di of Haryana, Himachal Pradesh, Jammu and Kashmir, Rajasthan, Uttar Pradesh, Uttaranchal, Maharashtra dan Delhi. Ramai daripada mereka berhijrah ke Kanada, United Kingdom, Amerika Syarikat , Timur Tengah, Afrika Timur, Asia Tenggara, Eropah Barat, Australia dan New Zealand.





http://qitori.wordpress.com/2008/07/29/zikir-di-dalam-ajaran-hindu-sikh-dan-kristen/

Zikir Di dalam Ajaran Hindu, Sikh dan Kristen

Ternyata, ajaran Zikir kepada Tuhan tidak hanya ada di dalam ajaran Islam saja. Hampir semua agama mempunyai doktrin Berzikir Kepada Tuhan. Misalnya di dalam agama Hindu, di dalam Kitab Bhagavad Gita tercantum ajaran suci ini sebagaimana disebutkan di dalam edisi Bahasa Inggerisnya :
“I am easily attainable by that ever steadfast Yogi who constantly remembers Me daily, not thingking another, O Partha!”(Bhagavad Gita VIII – 14)
“Aku dengan mudah dapat dicapai melalui ketabahan Yogi yang secara langgeng mengingat-Ku setiap hari dan tiada memikirkan yang lain, wahai Partha!”
Ajaran Hindu mengistilahkan zikir atau mengingat Tuhan dengan istilah Smarana. Di dalam ajaran Hindu. Ajaran mengingat Tuhan ini diajarkan untuk dipraktekkan secara terus menerus sepanjang hidup seseorang sebagai Jalan Keyakinan untuk mencapai DIA.
Seseorang yang senantiasa mengingat-Nya selama 6 bulan dan meninggalkan praktek tersebut untuk sementara, kemudian kembali melanjutkan praktek mengingat-Nya selama 6 bulan lagi dan begitu seterusnya tidak akan dapat mencapai DIA.
Mengingat-Nya harus dilakukan secara kontinyu tanpa henti dan tiada mengenal waktu, keadaan dan tempat.
Di dalam ajaran Hindu, praktek mengingat Tuhan juga termasuk mendengarkan kisah-kisah yang berkaitan dengan Tuhan, membicarakan tentang Dia, mengajarkan kepada orang lain tentang Dia dan melakukan meditasi tentang sifat-sifat-Nya secara terus menerus.
Smarana adalah ajaran untuk mengingat nama dan sifat-sifat-Nya dengan tidak putus-putus. Pikiran harus dibersihkan dari obyek apapun dari dunia.
Smarana adalah suatu keadaan dimana pikiran menjadi terpikat oleh Kemuliaan Tuhan semata.
Praktek Smarana ini tidak dibatasi oleh waktu-waktu tertentu. Tuhan harus senantiasa diingat di setiap saat tanpa terputus sepanjang seseorang masih dalam kesadarannya yang utuh.
Dimulai dari bangun tidur di pagi hari sampai seseorang kembali tidur setelah dirinya merasakan penat di malam hari. Di dunia ini seseorang tidak memiliki kewajiban lainnya selain Mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan semata dapat menghancurkan semua tekanan-tekanan duniawi. Mengingat Tuhan semata dapat mengalihkan pikiran kita dari obyek-obyek pikiran.
Mengingat Tuhan adalah metoda Sadhana yang sangat sulit. Adalah tidak mungkin mengingat-Nya setiap saat secara kontinyu. Pikiran sering memperdaya seseorang.
Seseorang bisa saja berpikir bahwa dirinya sedang bermeditasi mengingat Tuhan tetapi aktualnya dia sedang memikirkan beberapa obyek dunia ini atau bahkan memikirkan untuk mendapat nama dan ketenaran atau kemasyhuran.
Demikianlah ajaran Hindu mengajarkan doktrin Smarana atau Mengingat Tuhan. 1]
Di dalam ajaran Sikh Darma pun, Sang Guru menyuruh manusia untuk mengingat Tuhan di setiap tarikan nafasnya dan mengatakan bahwa penyakit ruhani akan datang kepada manusia di saat ia melupakan Tuhan. Sang Guru berkata :
“All afflictions visit the person who forget God’s name”
“Semua penderitaan akan datang mengunjungi seseorang yang melupakan nama Tuhan”
“When i repeat His name i am alive, when i forget to do so i die”
“Ketika saya mengulang-ulang menyebut nama-Nya maka akupun hidup, (sebaliknya) ketika aku lupa melakukan hal itu maka aku pun mati”
Demikian Guru-guru Sikh mengajarkan doktrin Mengingat Tuhan. 2]
Ajaran mengingat Tuhan juga termaktub di dalam The Gospel of Barnabas (Injil Barnabas) pasal 109 seperti yang tertulis di dalam Edisi Inggerisnya :
`As God liveth, in whose presence standeth my soul, it is lawful to sleep somewhat every night, but it is never lawful to forget God and his fearful judgement: and the sleep of the souls is such oblivion.’
Then answered he who writeth: `O master, how can we always have God in memory? Assuredly, it seemeth to us impossible.’
Said Jesus, with a sigh: `This is the greatest misery that man can suffer, O Barnabas. For man cannot here upon earth have God his creator always in memory; saving them that are holy, for they always have God in memory, because they have in them the light of the grace of God, so that they cannot forget God. But tell me, have ye seen them that work quarried stones, how by their constant practice they have so learned to strike that they speak with others and all the time are striking the iron tool that worketh the stone without looking at the iron, and yet they do not strike their hands? Now do ye likewise. Desire to be holy if ye wish to overcome entirely this misery of forgetfulness. Sure it is that water cleaveth the hardest rocks with a single drop striking there for a long period.
`Do ye know why ye have not overcome this misery? Because ye have not perceived that it is sin. I tell you then that it is an error, when a prince giveth thee a present, O man, that thou shouldst shut thine eyes and turn thy back upon him.
Even so do they err who forget God, for at all times man receiveth from God gifts and mercy.’
Yesus berkata : “Demi Allah yang aku berdiri di hadapan-Nya bahwa tidur sejenak tiap malam itu dibolehkan, akan tetapi sama sekali tidak dibolehkan melupakan Allah dan Hari Pembalasan-Nya yang dahsyat itu. Sedang tidurnya roh itu tiada lain hanya kelupaan”
Bertanyalah yang menulis ini (Barnabas) : “Wahai Guru, bagaimanakah kita dapat selalu mengingat Allah? Bagi kami, hal itu nampaknya mustahil”
Sambil menarik nafas panjang Yesus menjawab,”Sebenarnya itu adalah sebesar-besarnya kesengsaraan yang diderita oleh manusia wahai Barnabas! Karena di sini di bumi ini manusia tidak bisa secara terus menerus ingat kepada Allah Penciptanya, kecuali para manusia suci. Mereka terus menerus mengingat Allah, karena pada diri mereka ada cahaya nikmat Allah sehingga mereka tidak bisa melupakan-Nya. Akan tetapi katakanlah padaku, ‘Adakah kamu lihat mereka yang bekerja mengeluarkan batu-batu dari gunung, betapa dengan kebiasaan yang terus menerus mereka bisa memukul sambil bercakap-cakap dengan pukulan besi di atas batu tanpa melihatnya dan tanpa mengenai tangan mereka? Maka berbuatlah kamu sedemikian itu.
Bercita-citalah untuk menjadi manusia manusia suci jika kamu benar-benar menginginkan untuk mengalahkan kesengsaran lalai itu. Maka dapat dipastikan bahwa air itu bisa melubangi batu yang paling keras (sekalipun) dengan tetesan air yag jatuh di atasnya berulang kali dalam waktu yang lama.
Tahukah kamu mengapa kamu tidak bisa mengalahkan kesengsaraan itu? Karena kamu belum mengerti bahwa itu (lalai dari mengingat-Nya) adalah suatu dosa! Dari itu kukatakan kepadamu wahai insan! Bahwa sungguh suatu kesalahan apabila engkau diberi oleh seorang Raja suatu anugerah namun engkau malah memejamkan kedua matamu dan kamu palingkan wajahmu daripadanya. Begitulah (perumpamaan) kesalahan mereka yang lalai dari mengingat-Nya. Karena (sesungguhnya) manusia itu secara terus menerus menerima karunia-karunia dan nikmat dari Tuhan” (Injil Barnabas Pasal 109)
Juga anda bisa lihat di dalam Perjanjian Lama , Nehemiah 4 : 14 pun tertulis : “After i looked these things over, i stood up and said to the nobles and the officials and rest of the people, ‘Do not be affraid of them. Remember the Lord, who is great and awesome and fight for your kin, your son, your daughters, your wives and your homes”
Laa hawla wa laa quwwata illa billah – Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua.
Catatan Kaki :
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: AGAMA SIKH Description: Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top