728x90 AdSpace

Latest News

Rabu, 06 Juli 2011

PENCEGAHAN KRISIS AIR MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AIR WUDHU

Nur Mutmainnah
Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT
The phenomenon of the water crisis that is happening in this earth was the matter of life-threatening. As humans that have the potential to be reasonable, then the attitude becomes one of saving options in protecting the water ecosystems. Alternatives that can be done is by utilizing water as the waste reduction measures. This paper aims to reveal important information about the water crisis, the contribution of Muslims as a form of responsibility to the intensity of usage of water and its application in the form of utilization of waste water to perform ablution. The method used by the writer of a book study of religious books and digital media such as the Holy Qur’an, accompanied by a simple field research. Resulting in several advantages such as savings, in which the effectiveness of these advantages can give effect to the other.

PENDAHULUAN
Krisis besar yang terjadi di lingkungan kita saat ini yaitu krisis air. Semakin banyak jumlah populasi manusia, maka semakin banyak kebutuhan air yang dipergunakan dan mengeluarkan energi yang cukup besar pula. Akibatnya, saat ini kondisi volume air semakin sedikit, ditambah dengan kurangnya kesadaran manusia untuk hemat air.
Untuk mencegah krisis air yang lebih besar lagi, maka dibutuhkan solusi bersama, karena ini merupakan bagian dari tanggung jawab manusia sebagai konsumen utama dan terbesar air. Termasuk umat Islam, yang dalam hal ini “lebih” dalam pemakaian air.
 Tulisan ini berusaha mengungkapkan tentang kontribusi apa yang dapat dilakukan umat Islam untuk setidaknya mencegah krisis air yang melanda alam raya ini.  Disebutkan pula beberapa ayat Alqur’an dan Alhadits yang berkaitan dengan wudhu, penciptaan air sebagai manfaat, serta larangan berbuat tabzir (boros) dan kerusakan yang terjadi di bumi. Dan hal ini merupakan tantangan bagi manusia sebagai khalifah di bumi, khususnya bagi umat Islam yang berada di posisi kedua setelah kaum Nasrani dalam jumlah populasi terbanyak.

METODOLOGI
Tulisan ini menggunakan metode observasi partisipan dan kajian pustaka. Data yang diperoleh oleh penulis bersumber dari pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dari media elektronik (televisi) dan juga ikut terlibat dalam menerapkan ide yang nantinya menjadi bahan solusi. Selain itu, metode studi pustaka digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi, dalam hal ini data yang menjadi rujukan antara lain adalah buku-buku, koran, serta media lainnya seperti digital software yang berkaitan dengan Alqur’an dan Alhadits.
Langkah-langkah penelitian untuk memperoleh data secara kronologis dapat dirinci sebagai berikut: (1) mengamati fenomena alam melalui media cetak dan elektronik, dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan berbagai krisis yang terjadi (antara lain krisis air bersih dan global warming dicari melalui buku rujukan, berita televisi dan koran secara random; (2) mengaitkan perintah wudhu dengan fenomena alam, dengan sinkronisasi ayat perintah dan ayat kontradiksi, dalam hal ini ayat perintah untuk berwudhu dan ayat yang melarang untuk berbuat tabdzir (boros) dan kerusakan, melalui fasilitas mesin pencari yang tersedia dalam Alqur’an digital; (3) mengungkapkan manfaat air yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia serta fenomena yang terjadi padanya berupa krisis air, (4) mencari solusi dan menarik kesimpulan dari pembahasan secara keseluruhan.
Penulis berharap agar tulisan ini tidak hanya dijadikan sebagai bahan bacaan dan renungan saja, tetapi juga dapat diaplikasikan di lapangan secara nyata. Karena dalam tulisan ini menampilkan ide dengan kemudahan untuk diterapkan, yang menjadi solusi bersama umat Islam untuk keberlangsungan umat manusia di bumi ini.

PEMANFAATAN AIR DALAM ISLAM:  TELAAH RITUAL WUDHU
Pemanfaatan air sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia, karena merupakan bentuk penghematan yang mencerminkan sikap penjagaan dan pelestarian terhadap alam. Berkaitan dengan hal tersebut, praktek ritual wudhu pun menghendaki adanya penghematan.
Taharah (bersuci) merupakan kewajiban setiap Muslim dalam menjaga kebersihan. Menurut istilah, taharah adalah menyucikan badan, pakaian dan tempat shalat dari kotoran yang berupa najis, serta menyucikan anggota badan dari kotoran yang berupa hadas.[1] Taharah dilakukan dengan cara mandi, berwudhu atau pun tayamum. Di dalam tulisan ini, term yang menjadi spesifikasi adalah wudhu.
 Wudhu telah menjadi aktivitas bagi seorang Muslim di seluruh dunia. Sebelum melaksanakan kewajiban yang merupakan tiang agama, umat Muslim berwudhu minimal lima kali dalam sehari sesuai dengan ketentuan waktu shalat fardhu, karena wudhu merupakan salah satu syarat sah shalat.
Di antara lima syarat sah wudhu, salah satunya yaitu wudhu harus menggunakan air suci dan menyucikan. Karena untuk membersihkan sesuatu yang kotor bukanlah dengan menggunakan kotoran lagi, melainkan dengan menggunakan sesuatu yang bersih. Begitu pula dengan air yang digunakan untuk berwudhu. Bahkan bekas air wudhu yang sudah terpakai pun masih bersih. Lalu, apakah sisa air wudhu tersebut akan dibiarkan mengalir begitu saja bercampur air kotor yang ada di selokan?
Mari kita renungi pertanyaan-pertanyaan berikut sejenak. Dapatkah kita bayangkan berapa liter air yang dihabiskan oleh seorang Muslim setiap harinya hanya untuk berwudhu? Berapa biaya listrik yang dikeluarkan dari pemakaian jet pump dirumah untuk berwudhu? Atau berapakah biaya PAM yang dikeluarkan dari pemakaian air untuk wudhu? Kemudian coba dikalikan dengan jumlah umat Islam di bumi ini. Sudahkah umat Islam peduli kepada lingkungan? Sadarkah kita bahwa bumi sedang mengalami krisis air dan pemanasan global? Tahukah kita bahwa semakin banyak populasi manusia, maka lebih banyak energi yang akan di konsumsi serta lebih banyak air yang akan dikonsumsi? Masihkah kita akan tetap egois dengan tidak memikirkan ada orang lain yang sama-sama membutuhkan air dan energi, yang keduanya tergolong sebagai Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbarui?  Lantas, apa bentuk kontribusi kita sebagai umat Islam menghadapi tantangan-tantangan tersebut?
Wudhu dalam bahasa Arab berasal dari kata وَضُؤَ – وُضُوءًا وَوَضَاءَةً , artinya adalah bersih,   membersihkan,  berwudhu, bagus dan elok.[2] Sedangkan para ulama sepakat bahwa wudhu ditinjau dari segi syariah adalah membasuh atau mengusap anggota badan tertentu yang sudah ditetapkan dan disyariatkan Allah, dengan menggunakan air yang suci dan menyucikan, berdasarkan firman Allah dalam Alqur’an Surat Al-Maa’idah ayat 6:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) È.û÷üt6÷ès3ø9$#
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.”
Wudhu dilakukan sebagai sarana pembersihan dan penyucian diri, baik lahir maupun batin untuk mempersiapkan diri menghadap Sang Ilahi saat shalat. Sebab, dengan berwudhu berarti kita telah mengupayakan agar kotoran (najis) yang melekat di badan hilang, sekaligus meyakini bahwa kotoran (dosa) yang diperbuat oleh anggota tubuh pun ikut pergi bersama air yang mengalir dari wudhu. Itulah sebenarnya hakikat dari wudhu itu sendiri, sehingga Allah swt. telah mewajibkannya.
Perintah berwudhu juga telah disebutkan dalam hadits sebagai berikut:
أبو هريرة يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تقبل صلاة من أحدث حتى يتوضأ. قال رجل من حضرموت: ما الحدث يا أبا هريرة؟ قال فساء أو ضراط.          
Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah diterima shalat orang yang berhadats sehingga ia berwudhu.’” Seorang laki-laki dari Hadramaut bertanya, “Apakah hadas itu, wahai Abu Hurairah?” Ia menjawab, “ Buang angin yang tidak berbunyi atau buang angin yang berbunyi.”[3]
Abu Abdillah berkata, “Nabi saw. menjelaskan bahwa kewajiban wudhu itu sekali-sekali.[4] Beliau juga berwudhu dua kali-dua kali.[5] Tiga kali-tiga kali,[6] dan tidak lebih dari tiga kali. Para ahli ilmu tidak menyukai berlebihan dalam berwudhu, dan melebihi apa yang dilakukan oleh Nabi saw.”
Banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dari wudhu, antara lain dari segi kesehatan. Wudhu bisa menjadi alat yang paling efektif untuk mencegah terjadinya kanker kulit. Dalam buku Shalat: Olah raga untuk Jasmani dan Rohani, Mokhtar Salem mengatakan bahwa hasil penelitian medis, kanker kulit disebabkan oleh berbagai bahan kimia -baik zat-zat hasil pembuangan limbah industri maupun kosmetik- yang menempel pada kulit. Selama ini belum ditemukan cara paling tepat untuk menghindari penyakit tersebut. Anjuran dokter kulit hanyalah sebatas pencegahannya, yaitu dengan membersihkan kulit secara rutin. Dan dengan wudhu, anjuran tersebut dapat terlaksana karena setiap hari paling tidak umat Islam melakukan wudhu lima kali dalam sehari.
Selain untuk menyempurnakan kewajiban shalat lima waktu, wudhu juga diaplikasikan untuk berbagai kepentingan. Ada yang berwudhu karena ingin menjaga diri agar tetap suci dan terhindar dari perbuatan maksiat, ada juga yang berwudhu untuk menyegarkan badan ketika kantuk dan lelah melanda, untuk melaksanakan shalat sunnah (seperti: Qiyamu al-Lail dan Dhuha), ritual sebelum tidur,[7] atau bahkan untuk memperbarui wudhu yang batal ketika shalat didirikan. Sangat beragam sekali motif berwudhu. Dengan begitu, disaat-saat seperti itu terjadi peningkatan frekuensi wudhu, dari lima kali kemudian meningkat hingga enam sampai tujuh kali dalam sehari. Dan ini berlangsung setiap hari, dilakukan oleh hampir sekitar satu miliar umat Islam di berbagai negara dunia.
Terlebih lagi, hampir menjadi sebuah kebiasaan berwudhu menggunakan keran. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun tidak sedikit pula air bersih yang terus dibiarkan mengalir pada saat sedang menyeka bagian tubuh selama berwudhu. Air yang telah terpakai untuk wudhu juga hanya dibiarkan begitu saja mengalir ke selokan. Padahal air tersebut masih bersih dan masih bisa digunakan untuk menyiram tanaman jika ada kemauan untuk memanfaatkannya. Ini merupakan bentuk pemborosan air yang implikasinya berpengaruh pada lingkungan. Seolah umat Islam yang sangat menjunjung tinggi akhlak terpuji justru tidak berakhlak kepada lingkungan. Selain itu, mereka tidak sadar dan tidak peduli terhadap informasi bahwa di daerah lain masih banyak yang sangat membutuhkan air bersih, namun sulit utuk mendapatkannya. Sikap pemborosan (tabzir) seperti ini sangat dibenci dalam Islam. Bahkan Allah swt. menyindir orang-orang yang bersikap boros sebagai saudara syaitan. Dalam Alqur’an Surat Al-Israa ayat 27 disebutkan:
¨bÎ) tûïÍÉjt6ßJø9$# (#þqçR%x. tbºuq÷zÎ) ÈûüÏÜ»u¤±9$# ( tb%x.ur ß`»sÜø¤±9$# ¾ÏmÎn/tÏ9 #Yqàÿx. ÇËÐÈ  
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
Salah satu bentuk pemborosan lainnya dalam berwudhu yaitu berlebihan dalam menggunakan air. Rasulullah saw. sendiri pun tidak pernah mencontohkan wudhu dengan air yang berlebihan, karena beliau tahu bahwa Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan dalam segala sesuatu, "إنَّهُ لَا يُحِبُّ المُسرِفِينَ".
Dari sikap boros dan berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu, berarti umat Islam telah merusak bumi. Banyak fakta tentang kerusakan yang terjadi di bumi yang akan disebutkan berikutnya, disebabkan oleh kelalaian manusia. Tentunya hal ini bertentangan dengan firman Allah yang melarang umatnya berbuat kerusakan di bumi.
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash/ 28 : 77)

HAKIKAT AIR BAGI KEHIDUPAN
Air tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pada dasarnya, tubuh manusia terdiri dari 70%-80% unsur air. Saat proses pembentukan manusia, telur yang dibuahi terdiri dari 96% air. Di dalam rahim ibu, janin hidup di kelilingi oleh cairan amnion yang mirip dengan komponen pada air laut, dan bernafas melalui plasenta. Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tubuh manusia berkembang, persentase air berkurang dan menetap sampai batas 70% ketika usia dewasa.[8] Wajar ketika beberapa ahli yang mengatakan bahwa manusia sebenarnya adalah air. Dan jika sedikit saja manusia kekurangan air, maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam tubuhnya.
Allah swt. menciptakan air dengan segala manfaatnya. Seperti disebutkan dalam Alqur’an, berikut adalah ayat-ayat yang menjelaskannya:
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä y7¯Rr& ts? uÚöF{$# Zpyèϱ»yz !#sŒÎ*sù $uZø9tRr& $pköŽn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur 4 ¨bÎ) üÏ%©!$# $yd$uômr& ÇósßJs9 #tAöqyJø9$# 4 ¼çm¯RÎ) 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÌÒÈ  
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fushshilat/ 41 : 39)
$uZø9¨tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6B $uZ÷Gu;/Rr'sù ¾ÏmÎ/ ;M»¨Zy_ ¡=ymur ÏŠÅÁptø:$# ÇÒÈ  
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”. (Q.S. Qaaf/ 50 : 9)
uqèdur Ï%©!$# t¤y tóst7ø9$# (#qè=à2ù'tGÏ9 çm÷ZÏB $VJóss9 $wƒÌsÛ (#qã_̍÷tGó¡n@ur çm÷YÏB ZpuŠù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ts?ur šù=àÿø9$# tÅz#uqtB ÏmŠÏù (#qäótFö7tFÏ9ur ÆÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±s? ÇÊÍÈ  
“Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (An-Nahl/ 16 : 14)
öNs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ¼çms3n=|¡sù yìÎ6»oYtƒ Îû ÇÚöF{$# ¢OèO ßl̍øƒä ¾ÏmÎ/ %Yæöy $¸ÿÎ=tGøƒC ¼çmçRºuqø9r& §NèO ßkŠÎgtƒ çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB ¢OèO ¼ã&é#yèøgs $¸J»sÜãm 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ 3tø.Ï%s! Í<'rT{ É=»t7ø9F{$# ÇËÊÈ  
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Az-Zumar/ 39 : 21)
$yJ¯RÎ) ã@sWtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# >ä!$yJx. çm»uZø9tRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# xÝn=tG÷z$$sù ¾ÏmÎ/ ßN$t6tR ÇÚöF{$# $£JÏB ã@ä.ù'tƒ â¨$¨Z9$# ÞO»yè÷RF{$#ur #Ó¨Lym !#sŒÎ) ÏNxs{r& ÞÚöF{$# $ygsùã÷zã ôMoY­ƒ¨$#ur  Æsßur !$ygè=÷dr& öNåk¨Xr& šcrâÏ»s% !$pköŽn=tæ !$yg9s?r& $tRâöDr& ¸xøs9 ÷rr& #Y$pktX $yg»uZù=yèyfsù #YŠÅÁym br(x. öN©9 šÆøós? ħøBF{$$Î/ 4 y7Ï9ºxx. ã@Å_ÁxÿçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbr㍤6xÿtGtƒ ÇËÍÈ  
“ Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (Q.S. Yunus/ 10 : 24)
Dari keterangan ayat-ayat di atas, maka telah jelas bahwa Allah menciptakan air dengan manfaat yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan kata lain bahwa manfaat air bersifat universal, tidak hanya untuk suatu kaum atau golongan tertentu saja, melainkan untuk seluruh manusia. Dari air, makhluk hidup dari jenis tumbuhan dan hewan hidup, serta dengan kedua hal tersebut ditambah dengan air itu sendiri, maka manusia dapat bertahan hidup.
Begitu banyak rahasia yang terkandung di dalam air, yang selama ini jarang diketahui manusia dan dianggap hal yang remeh. Padahal, bukankah pada ayat-ayat di atas Allah telah menyuruh manusia untuk menggunakan akal pikirannya untuk mengetahui rahasia-Nya, agar dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sebagai rasa syukur kepada-Nya?
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Doktor Masaru Emoto, ilmuwan asal Jepang, bahwa sesungguhnya sifat air adalah sensitif. Air dapat merespon setiap kata-kata atau informasi yang kita ucapkan. Apabila kita megirimkan Hado[9] yang baik kepada air dengan mengatakan kata-kata positif, maka air akan mempersembahkan kristal-kristal yang indah. Begitu pula sebaliknya, jika kita mengirimkan sinyal-sinyal negatif kepada air, maka kristal yang terbentuk pun hasilnya akan buruk, bahkan tidak membentuk kristal sama sekali.[10]
Karena otak manusia sebagian besar terdiri dari air, maka setiap apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi keseluruhan dari perbuatan tubuh. Hal yang tidak kalah dahsyatnya adalah bahwa manusia dapat menyembuhkan dirinya sendiri, dengan memberi informasi positif atau sugesti kepada tubuh untuk sembuh. Para ahli pengobatan alternatif pun sering memberi air do’a untuk pasiennya, dalam penelitian tersebut di atas menyatakan bahwa air do’a dapat menyembuhkan pasien karena telah diberi pesan yang positif oleh sang “tabib”. Para motivator juga sering mengatakan bahwa kesuksesan ditentukan oleh diri kita sendiri. Semua ini karena sifat air yang ada dalam diri manusia yang dapat merespon berbagai informasi, positif untuk hasil yang positif dan negatif untuk hasil yang negatif. Itulah sebabnya mengapa orang Jepang sering mengikat kepalanya dengan kain yang bertuliskan hal yang dapat memotivasinya ketika sedang belajar atau bekerja keras. Bahkan kata-kata “Ganbatte” atau “Semangat” sangat sering didengungkan oleh orang-orang untuk menularkan informasi yang positif agar mereka giat dalam bekerja.
Begitu pentingnya kekuatan yang tersembunyi dari air. Sehingga kalau kita sadari, ternyata pesan negatif telah membentuk perilaku yang buruk. Inilah yang menjadi potret sekaligus perbaikan diri bagi setiap Muslim. Setiap hari manusia beraktivitas tak pernah luput dari air, mulai dari mandi, mengolah makanan, minum, mencuci, berwudhu dan lain sebagainya. Karena menganggap sebagai aktivitas yang rutin, seringkali manusia lupa dan hilang kesadarannya untuk melakukan penghematan. Ketidak-sadaran inilah yang kemudian mendukung percepatan perubahan iklim. Mengapa? Karena ketidak-sadaran manusia menyebabkan kelalaian berupa pemborosan.
Begitu besar nikmat yang diberikan Allah kepada manusia, dan apabila manusia lalai, maka Allah berhak mencabut kembali nikmat yang telah diberikan-Nya. Sangat pantas, ketika akhir-akhir ini terjadi berbagai fenomena alam yang begitu menakutkan, seperti perubahan iklim yang mengakibatkan krisis air dan pemanasan global. Ini semua tidak lain karena manusia lalai, kurang bersyukur dalam menjaga fasilitas yang telah diberikan Allah.
FENOMENA KRISIS AIR
Krisis besar yang kini berlangsung di dunia ialah krisis air. Meski planet Bumi nampak sebagai planet biru jika dilihat dari luar angkasa, planet yang terindah dalam Solar System karena tiga perempat dari permukaannya dipenuhi oleh air. Tetapi hanya 3% dari seluruh air yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Dari 3% ini, sebagian besar ada dalam bentuk es di Kutub Utara, Kutub Selatan, puncak-puncak gunung, air bawah tanah dan uap air di atmosfir. Apa yang tersedia bagi umat manusia hanya 0,% dari semua air di dunia.[11]
Level air bawah tanah menjadi lebih rendah di banyak bagian dunia, sehingga menjadi sulit untuk memperoleh air bersih. Karenanya, pompa-pompa yang lebih besar dibutuhkan sehingga lebih banyak lagi energi yang dibutuhkan. Dan pada gilirannya hal ini berpengaruh terhadap pemanasan global. Bila air bawah tanah terus terkuras, maka penurunan permukaan tanah dapat terjadi, dan tidak dapat dipungkiri perlahan tapi pasti seluruh kota akan tenggelam oleh ancaman banjir tiap kali hujan turun.[12]
Krisis air merupakan bagian dari perubahan iklim. Menurut prediksi, dampak perubahan iklim yang terjadi antara lain dapat mengakibatkan jutaan manusia terancam punah (pada tahun 2080) yang disebabkan oleh kelangkaan air. Perubahan temperatur global pada air di temperatur 1o-2o C mengakibatkan pegunungan es kecil mulai menghilang dan persediaan air menipis di beberapa daerah; di temperatur 3o-4o C mengakibatkan penurunan ketersediaan air di banyak daerah, termasuk mediterania dan afrika selatan; di temperatur 5o C meningkatnya muka air laut yang mengancam kota besar.[13]
(Gambar Danau Chad di Afrika yang airnya mulai mengering)[14]
Dari gambar tersebut, terlihat fakta yang benar-benar terjadi di Afrika. Tanpa disadari, ternyata danau Chad yang menjadi sumber air bagi daerah sekitarnya mulai mengering.  Ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin banyak, tetapi tidak diikuti oleh sikap hemat warga dan juga tidak adanya penaggulangan masalah ini.
Di Indonesia, krisis air bersih telah terjadi di berbagai daerah. Cukup ironi, karena Indonesia merupakan negara tropika yang beriklim basah (humid). Beberapa pulau di Indonesia telah mengalami defisit air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT masing-masing sebesar 52,809 milyar; 9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter kubik.[15] Berdasarkan catatan Walhi, sebanyak 64 dari total 470 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Indonesia saat ini dalam kondisi yang kritis. Dari 64 DAS kritis tersebut, lokasinya antara lain di Sumatera 12 DAS, Jawa 26 DAS, Kalimantan 10 DAS, Sulawesi 10 DAS, Bali, NTB dan NTT 4 DAS, Maluku serta Papua 2 DAS.[16] Puluhan desa di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan di Nusa Tenggara Timur, ancaman ini telah terbukti nyata. Warga harus menempuh jarak kurang lebih 5 kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, di Serang, Jawa Barat serta 16 daerah lainnya di Jawa Tengah juga terancam kekurangan air bersih.
SOLUSI
Setelah mengetahui betapa pentingnya air untuk kehidupan umat manusia dan memahami kondisi yang terjadi di bumi ini, diharapkan kita, sebagai Muslim dapat memberikan kontribusi demi keberlangsungan hidup khalayak ramai. Kita harus menyadari bahwa jumlah penganut Islam di seluruh dunia saat ini mencapai 1,57 miliar jiwa, dan hampir satu dari empat penduduk dunia mempraktikkan ajaran Islam[17] Apabila dari 1,57 miliar jiwa tersebut melaksanakan wudhu setiap harinya, itu artinya umat Islam ikut bertanggungjawab dalam upaya penanganan kerusakan bumi, termasuk krisis air - dalam hal ini merupakan salah satu akibat dari pemborosan penggunaan air dalam berwudhu. Terlebih lagi jumlah penganut agama Islam terbanyak adalah di Indonesia, yaitu sekitar 207 juta jiwa.
Kontribusi paling sederhana yang dapat diberikan oleh setiap Muslim yaitu dengan cara memanfaatkan limbah air wudhu. Bukan untuk digunakan sebagai wudhu kembali, namun digunakan untuk menyiram tanaman. Mungkin ini bukan merupakan sebuah ide untuk pertama kalinya, bahkan dibeberapa lingkup telah merealisasikan ide ini walaupun hanya sebagian kecil saja.
Krisis air yang terkait pula dengan isu global warming, di harapkan bagi warga masyarakat untuk dapat menanam pohon satu orang satu pohon. Jika dalam satu keluarga berjumlah empat orang, maka empat pohon yang harus ditanam. Sebagai langkah penghematan air, usahakan agar tidak menyiram tanaman dengan air bersih yang biasa digunakan untuk dikonsumsi. Mulailah dengan mengubah gaya hidup yang boros dengan gaya hidup hemat, salah satuya dengan memanfaatkan limbah air wudhu. Perubahan iklim haruslah diikuti dengan kesadaran perubahan gaya hidup yang lebih baik. Bukan sekedar teori saja, namun ketika ingin mengubah keadaan lebih baik, mulailah dari diri sendiri, dengan fokus terhadap hal-hal yang mudah untuk dilakukan. Dan pemanfaatan limbah air wudhu sangat mudah dilakukan, bagi individu maupun dalam lingkup masyarakat.
Limbah itu sendiri artinya adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis, terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.[18] Namun, agaknya kehadiran limbah air wudhu justru perlu dimanfaatkan ketimbang terbuang sia-sia, mengalir ke selokan dan akhirnya tercemar pula. Padahal jika disadari, limbah air wudhu termasuk bersih dalam kategori untuk menyiram tanaman, karena tidak terkontaminasi oleh polusi. Lain halnya dengan limbah air bekas mandi, tidak dapat dimanfaatkan karena tercampur dengan sabun.
Aplikasi pemanfaatan limbah air wudhu dapat dilakukan secara individu di rumah tangga, atau secara kolektif di masjid-masjid atau pun di gedung-gedung, seperti sekolah, kampus dan perkantoran. Sebagai contoh, jika pemanfaatan limbah air wudhu ini dilakukan di rumah, maka cukup menyediakan wadah berupa ember persis di bawah keran air wudhu. Biarkan sisa air wudhu mengalir ke ember tempat penampungan limbah, kalau sudah penuh dapat digunakan untuk menyiram pohon dan tanaman lainnya di pekarangan rumah. Jika hal ini dilakukan di tempat umum seperti masjid dan gedung, pastinya tempat wudhu disediakan khusus. Biasanya dihubungkan ke pipa saluran pembuangan. Dari pipa ini, sebaiknya diubah salurannya dari yang tadinya menuju ke arah pembuangan menjadi menuju ke arah wadah khusus penampungan, yang nantinya bisa disalurkan lagi ke taman-taman sekitar untuk menyiram tanaman. Untuk lebih aplikatifnya, memang alat atau wadah khusus tadi seharusnya difasilitasi oleh pemerintah ataupun pihak yang berwenang, seperti imam masjid, rektor maupun kepala sekolah.
Setiap usaha pasti memiliki hasil, yang tentunya harus dilalui oleh proses terlebih dahulu.  Hasil yang diperoleh dari usaha untuk memanfaatkan limbah air wudhu yaitu antara lain:
1. Mengurangi Timbulnya Krisis Air
Saat ini jumlah populasi manusia semakin banyak yang tidak diikuti dengan kesadaran untuk menghemat penggunaan air, dapat memicu timbulya krisis air. Dengan memanfaatkan kembali air wudhu berarti kita telah menghemat penggunaan air. Mungkin susah terlihat hasilnya jika yang melakukan pemanfaatan limbah air wudhu ini hanya satu atau dua keluarga saja dalam rumah. Akan tetapi, jika semua keluarga Muslim di seluruh dunia berkontribusi untuk turut mengaplikasikan ide tersebut, maka hasilnya akan jauh lebih maksimal.
2. Mencegah Pemanasan Global yang Semakin Parah
Penanganan masalah pemanasan global hingga kini tak terselesaikan juga. Banyak usaha yang telah dilakukan, hingga konferensi besar yang berkelanjutan dilakukan oleh industri-industri besar dari berbagai negara di belahan dunia. Masalah ini membutuhkan usaha bersama, tidak bisa hanya sekelompok orang saja yang tergabung dalam suatu perusahaan industri yang bertanggung jawab dalam menanganinya. Tidak pula hanya menuntut dengan berbagai aksi tanpa penanganan bersama secara serius. Ini membutuhkan kesadaran setiap individu untuk melakukan perbaikan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu upaya penanganan pemanasan global adalah setiap satu orang menanam satu pohon. Kita dapat melakukan penghematan air yaitu dengan menggunakan limbah air wudhu untuk menyiram pohon atau tanaman tersebut. Secara hitungan matematis, jika 1 orang Muslim menanam satu pohon dan menyiramnya dengan limbah air wudhu, berarti minimal ada 1 miliar pohon yang tertanam oleh umat Islam yang merupakan salah satu kombinasi bentuk kontribusi dalam penanganan masalah ini.
3. Penghematan Listrik dan PAM
Apabila di rumah salah seorang warga Muslim yang memanfaatkan limbah air wudhu, maka keuntungan yang diperoleh ialah tagihan rekening listrik dari pemakaian jet pump berkurang, atau tagihan PAM yang semakin murah akibat penghematan yang dilakukan. Sebab, ia tidak perlu mengeluarkan air bersih dari keran untuk menyiram tanamannya. Ia bisa menyimpannya kembali untuk digunakan dalam keperluan lain yang lebih penting, seperti untuk kebutuhan minum, memasak, mandi dan kebutuhan pokok lainnya, dan menyiasati cara menyiram tanaman dengan limbah air wudhu.
Dari sini membuktikan, bahwa satu masalah lagi teratasi. Kita tidak perlu khawatir akan terjadi krisis listrik[19] yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia, karena menghemat air berarti menghemat listrik. Krisis listrik terjadi sebagai akibat dari penggunaan listrik secara berlebihan, sehingga pihak PLN terpaksa harus memadamkan listrik secara bergilir.
KESIMPULAN
Salah satu cara seorang Muslim dalam menjaga kebersihannya adalah dengan berwudhu. Wudhu menjadi sebuah kewajiban bagi setiap individu Muslim untuk menyempurnakan syarat sah shalat, dengan segala hakikat yang terkandung di balik perintah wudhu. Wudhu sangat banyak manfaatnya, salah satunya untuk kesehatan. Namun di sisi lain, wudhu juga menjadi penyebab kerusakan bumi berupa krisis air, yang diakibatkan oleh ketidak-seriusan manusia menjadi khalifah di bumi dalam menjaga lingkungan. Kerusakan bumi ditandai oleh perubahan iklim berdampak pada krisis air dan pemanasan global. Umat Islam ikut bertanggung jawab dalam penanganan masalah tersebut, karena setiap harinya jumlah air yang digunakan sangat banyak, ditambah dengan wudhu.
Untuk itu, diperlukan kesadaran penuh untuk memperbaiki kondisi ini agar tidak semakin parah. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan oleh umat Islam yaitu dengan memanfaatkan limbah air wudhu, sebagai langkah penghematan air. Bahkan dengan memanfaatkan limbah air wudhu, kita juga mendapat banyak manfaat lainnya. Suatu pemanfaatan yang mendatangkan manfaat lainnya.
Memanfaatkan limbah air wudhu merupakan langkah kecil, praktis dan sederhana yang bisa dilakukan untuk menangani berbagai masalah lingkungan yang terjadi di bumi. Namun, diharapkan bagi umat Islam agar tidak menganggap remeh dengan upaya-upaya yang kecil. Sebab, sesuatu yang besar berawal dari sebuah langkah-langkah kecil yang dilakukan secara kontinu. Apalagi ketika hal ini dilakukan oleh manusia dalam jumlah yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA



[1] Prof. Dr. Taufik Abdullah, dkk., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 3: Ajaran, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 31.
[2] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 1564.
[3] M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 74.
[4] Lihat Shahih Bukhari, menunjuk kepada hadits Ibnu Abbas yang disebutkan secara maushul pada  “باب الوضوء مرّة مرّة
[5] Menunjuk kepada hadits Abdullah bin Zaid yang disebutkan pada  “باب الوضوء مرّتين مرّتين
[6] Menunjuk kepada hadits Utsman r.a. yang disebutkan secara maushulkan pada
باب الوضوء ثلاثا ثلاثا
[7] Lihat Shahih Bukhari, pada باب فضل من بات على الوضوء (bab Keutamaan Orang yang Tidur Malam dengan Berwudhu)
[8] Masaru Emoto, The True Power of Water, (Bandung: MQ Publishing, 2006), hlm.17-18.
[9] Hado adalah energi, fluktuasi gelombang atau kumpulan getaran yang ada pada semua benda yang ada di alam semesta dan sulit dilihat. Energi ini bisa berbentuk positif atau negatif, dan mudah dipindahkan dari satu benda ke benda lainnya.
[10] Lihat Masaru Emoto, The True Power of Water, hlm.113.
[11] Art-ong Jumsai Na Ayudhya, Ph.D. Engineering, Ph.D. Education, Human Values in Water Education Instructional Model, (Institute of Sathya Sai Education Indonesia, 2009), cet. 2, hlm. 1.
[12] Lihat Human Values in Water Education Instructional Model, hlm. 3.
[13] KOMPAS, “Malapetaka di Depan Mata : Hadapi Perubahan Iklim Perlu Perubahan Gaya Hidup, 07 Desember 2009, hlm 1.
[14] Gambar ini disajikan oleh keynote speaker Art-ong Jumsai Na Ayudhya, BA., MA., DIC., Ph.D. Engineering, Ph.D. Edu., dalam Seminar Internasional dan Workshop  Human Values-Based Water, Sanitation And Hygiene Education, sebuah program dari UN-HABITAT, SEAMEO, Society for Preservation of Water dan Institute of Water Education, pada tanggal 11-12 Juni 2008 di Bukit Sion School, Jakarta.
[15] http://antaranews.com/berita, diambil pada tanggal 15 Desember 2009.
[16] http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa, diambil pada tanggal 15 Desember 2009
[17] http://www.republika.co.id, diambil pada tanggal 07 Desember 2009.
[18] http://id.wikipedia.org, diambil pada tanggal 08 Desember 2009.
[19] KOMPAS, Krisis Listrik : Jangan Ada Lagi Pemadaman, 01 Desember 2009,     hlm 1.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: PENCEGAHAN KRISIS AIR MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AIR WUDHU Description: Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top