| 
Jika    lelah yang kurasa sekarang, aku yakin kau juga merasakannya. Lelah    menantimu. Lelah menanti janji Allah untuk segera mempertemukan kita    dalam kesempatan untuk menggenapkan separoh dari agama ini. Lelah… dan    teramat lelah….!!!! 
 
Itulah  yang sekarang kurasakan. Lelah   untuk tetap menjaga hati dan iman ini.  Lelah untuk istiqomah menanti   hingga janji Allah tiba. Lelah untuk  tetap tersenyum dalam menghadapi   setiap pertanyaan.. 
 
“Kapan menikah…..?” 
 
Di    tengah kelelahan itu, izinkan aku sekedar melukiskan kekeluan hati  yang   sulit terucap dengan lisan. Dan izinkan pula aku sedikit mengutip  surat   cinta dari Allah, sebagai kewajiban kita untuk saling  mengingatkan   dalam hal kebaikan dan  kesabaran… 
 
 
“Perempuan-perempuan  yang keji untuk   laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk  perempuan-perempuan   yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan  yang baik untuk   laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk  perempuan-perempuan   yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang  yang dituduhkan orang.   Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia  (syurga) (QS An-nur : 26)” 
 
Huuf….!!!! 
 
Lega    rasanya, bisa sedikit menyampaikan ini. Meski jika boleh sedikit  jujur,   kutulis petikan firman Allah itu hanya sekedar menghibur hatiku  yang   teramat lelah. Menghibur hatiku yang terkadang perih melihat  kebahagiaan   temanku atau  bahkan yang usianya di bawahku telah  mendapat izin Allah   untuk melangsungkan pernikahan. Hatiku yang  terkadang iri melihat   temanku melahirkan anaknya dan terasa lengkap  sudah dirinya diciptakan   sebagai seorang perempuan. Yang telah  berkesempatan untuk menjadi    seorang  ibu. 
 
Lelah…!!! Dan teramat lelah….!!!! 
 
Untuk  sebuah   penantian yang aku sendiri tidak tahu kapan berakhirnya.  Selaksa doa   yang terus terlantun seakan menjadi arang untuk  mengobarkan asa. Sebuah   harapan untuk segera menemui hari yang paling  membahagiakan. Ya… Hari   pernikahan. Hari dimana kita bisa menunpahkan  segala rasa cinta yang ada   dengan halal dan penuh ridha Allah. 
 
Sekilas,  hatiku   tersenyum kecil saat membayangkan hal itu. Tapi, senyum itu  terpaksa   harus ku tepis karena kenyataan saat ini masih jauh dengan  sebuah   harapan yang ada. Sebuah kenyataan ternyata kau belum ada di  depanku.   Belum datang untukku. Meski aku tahu, kau telah dipersiapkan  Allah   untukku. 
 
Aku  tidak tahu kenapa sampai sekarang Allah belum   mempertemukan aku  denganmu. Padahal, doa dan usaha tak pernah berhenti   menghiasi  langkahku. Usaha untuk menyempurnakan ikhtiar dan doa untuk    menggenapkan tawakal. Semuanya telah  kulakukan. 
 
Yah…  tapi kembali lagi mau tidak mau aku harus   berkompromi dengan semua  ketetapan Allah. Meski aku telah meminta dengan   sepenuh harap, Allah  tidak akan pernah memberikan apa yang aku   inginkan. Tapi Allah hanya  memberikan apa yang aku butuhkan. Meski   berulang kali hati kecilku  mengatakan bahwa aku telah siap untuk   menikah, Tapi, hanya Allah yang  jauh lebih tau tentang kesiapan diriku   daripada diriku sendiri. 
 
Telah  berulang kali datang di   hatiku orang yang kusangka dia adalah dirimu.  Mencoba memasuki hati dan   mencoba mengambil tempat yang kuperuntukkan  untukmu. Tapi, berulang kali   juga mereka harus keluar dan mengaku  kalah karena berbagai sebab. Dan   sekarang, ternyata aku masih  menunggumu. Menunggu kedatangan seseorang   yang aku sendiri belum tahu  siapa dirimu. 
 
Lelah… dan teramat letih…!!! 
 
Jika aku mengucapkan satu kata. “MENUNGGU” 
 
Penantian    yang aku sendiri  juga belum tahu    kapan  berakhirnya. Sedangkan di  sekitarku, telah banyak pemandangan indah yang   kulihat. Ibu-ibu muda  yang usianya di bawah umurku telah sempurna   menjadi seorang perempuan  dengan melahirkan buah hati mereka yang   lucu-lucu. Kembali lagi hatiku  harus menjerit dalam Tanya 
 
“Kapan tiba waktunya untukku…..?” 
 
Menjalani    hidup sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu rumah tangga dan    menjalani fitrah seorang perempuan sebagai seorang “IBU” bagi buah    hatiku. 
 
Selaksa doa  dalam sujud harap tak pernah lekang di tiap   sepertiga malam  terakhirku. Mencoba mengadu pada tiap doa yang   terlantun. Mencoba  mengiba dalam tiap tangis yang terus membasahi   sajadah. Dan Mencoba  bertanya dalam heningnya istikharah. 
 
“Dimana    dia ya Allah….???? Seorang laki-laki yang telah kau janjikan untukku.    Seorang laki-laki sebagai penyempurna agamaku, penjaga ketaatanku    sekaligus  penggenap langkah dakwahku….??????” 
 
Lelah… dan teramat letih…!!! 
 
Jika    hati ini mencoba mengeja setiap rencana Allah. Tapi satu keyakinan  yang   akan terus membuatku tersenyum di tengah hati yang semakin lelah.  Janji   Allah mungkin tidak datang dengan “SEGERA”. Tapi akan selalu  datang   dengan “PASTI”. Seperti apa yang telah Allah janjikan dalam  surat An-Nur   : 26. Sekarang, aku memang tidak tahu siapa dirimu dan  dimana   keberadaanmu. Tapi aku yakin, kau akan dipertemukan Allah  denganku saat   masing-masing kita telah baik di mata Allah. 
 
Jika  aku menginginkan   kau seorang yang baik dimata Allah, maka izinkanlah  aku untuk selalu   memperbaiki diriku dengan kebaikan sesuai ketentuan  Allah. 
 
Jika   aku  menginginkan kau memberikan cintamu hanya untukku, maka izinkan   mulai  sekarang aku menjaga hati dan cinta ini hanya untukmu. 
 
Jika  sekarang aku menginginkanmu menjaga akhlak dan pandanganmu untukku,  maka,  izinkanlah mulai sekarang aku menjaga akhlak dan pandanganku  hanya untukmu. 
 
Sehingga,    ketika telah tiba waktunya bagi Allah untuk mempertemukan kita,    indahnya cinta yang terbingkai dengan syurga pernikahan akan menjadi    penggenap separoh dari agama ini. 
 
Jika  aku boleh jujur,   penantian panjang ini layaknya malam yang semakin  gelap dan pekat. Hanya   cahaya iman dan sabar yang akan menjadi  penerang. Tapi aku yakin, malam   yang semakin gelap dan pekat itu,  tidak akan berlangsung selamanya.   Karena semakin waktu berangkat jauh  membawa gelapnya malam, semakin   dekat pula waktu menuju pagi dengan  sambutan mentari yang cerah. 
 
Ya…    di saat pagi itulah Allah akan mempertemukan kita sesuai janji-Nya.    Pagi yang cerah dengan sapaan mentari yang ramah. Bersama kidung cinta    yang akan terus terlantun membawa nyanyian syurga yang Allah turunkan    untuk kita. Gerbang pernikahan yang indah dengan hiasan bunga ridha  dan   restu dari Allah. 
 
Insya Allah  akhi… 
 
Waktu itu pasti akan datang bersama izin dari Allah. 
 
Entah    kapan, aku sendiri juga belum tahu. Biarkan Allah yang merenda ini    dengan indah. Antara harapan dan kenyataan, ada jarak dan waktu. Jarak    itu bisa satu centimeter, bisa juga satu kilometer. Atau bahkan lebih.    Waktu itu bisa satu hari atau bisa juga satu tahun. Atau bahkan lebih.    Dan di dalam jarak dan waktu itulah, kita isi dengan kesabaran dan  doa.   Sabar bukan berarti diam. Sabar bukan berarti pasiv. Sabar bukan  berarti   hanya duduk menunggu. Tapi sabar adalah ekspresi usaha tanpa  henti.   Ayunan langkah kaki untuk terus berikhtiar meraih apa yang  Allah   janjikan. Jodoh memang mutlak kekuasaan Allah. Jodoh memang ada  di   tangan Allah. Tapi, kalau kita tidak berusaha menjemputnya, akan  terus   di tangan Allah. Tidak akan pernah sampai di tangan kita.  Biarkan aku   mencoba menjemputmu dengan memperbaiki diri. Biarkan aku  menantimu   dengan memperbaiki iman. Biarkan aku menunggumu dengan terus    melangkahkan    kaki  semampuku dalam usaha dan ikhtiar. 
 
Akhi…. 
 
Di  tengah lelahnya   hati ini, izinkan aku tetap menunggu dengan iman yang  tak pernah surut.   Meski kadang godaan rasa putus asa terus  menghinggap di hati. Aku hanya   perlu menyandarkan cinta dan harapan  pada Allah. Karena, menyandarkan   harapan pada manusia hanya akan  menemui kekecewaan. Biarkan penantian   yang aku sendiri belum tahu  kapan berakhirnya ini menjadi ladang ibadah   yang disediakan Allah  untukku. Dan orang-orang yang sedang menanti   sepertiku. 
 
 Terus perbaiki diri akhi…. 
 
Aku masih setia menantimu. 
 
dari www.dudung.net  | 
0 komentar:
Posting Komentar